Bom mobil bunuh diri yang diledakkan oleh pengemudinya di Markas Polisi Anti Huru-hara, Jumat lalu, menewaskan sedikitnya 11 personel polisi dan mencederai 78 orang. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Turki Binali Yildirim langsung menuduh Partai Pekerja Kurdistan (PPK) berada di balik bom mobil bunuh diri itu.
Belakangan, PPK mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom yang dilakukan 48 jam setelah Turki melancarkan operasi militer di Suriah timur laut. Turki sendiri menyebutkan, operasi militer itu memiliki target ganda, yakni milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) dan milisi Unit Pelindung Rakyat (YPG) Kurdi, kepanjangan tangan PPK.
Turki tenggara berbatasan dengan Suriah timur laut dan Irak utara, serta Iran barat laut. Operasi militer Turki di Suriah timur laut itu disebut operasi "Perisai Eufrat" dan menurut surat kabar Turki, Hurryet, dimaksudkan untuk membangun zona aman di Suriah timur laut. Zona aman itu memanjang 70 kilometer dari timur ke barat, dan melebar 20 kilometer dari utara ke selatan. Dan, untuk membangun zona aman, wilayah itu harus dikosongkan dari milisi NIIS dan milisi YPG Kurdi, yang dianggap Turki sebagai kelompok teroris. Turki menempatkan 15.000 tentara untuk mewujudkan dan mengamankan zona aman itu.
Dengan membangun zona aman ini, Turki mencegah warga Kurdi membentuk wilayah federal Kurdi di Suriah utara dan timur laut yang membentang dari Arifin hingga Hasakah. Selain itu, ada dugaan, Turki juga sedang mengupayakan kembali rekonsiliasi dengan Suriah.
Ledakan bom mobil bunuh diri di Cizre, Jumat lalu, merupakan petunjuk bagi Turki untuk menetapkan musuh utamanya, yakni NIIS atau Kurdi. Ultimatum yang dikeluarkan Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik terhadap milisi YPG untuk mundur dari tepi barat Sungai Eufrat, dan kembali ke tepi timur, memperlihatkan Turki belum menetapkan hal itu. Oleh karena, akhir-akhir ini, milisi YPG menyeberang ke tepi barat Sungai Eufrat untuk memerangi NIIS di kota Manbij, Aleppo, Suriah.
Memusuhi kedua-duanya pada saat yang bersamaan itu tidak bijaksana karena hanya akan membuat keamanan Turki lebih rentan, dan menuntut kewaspadaan yang tinggi dari otoritas keamanan Turki. Jumat lalu, milisi Kurdi berada di belakang ledakan bom mobil bunuh diri di Cizre, kali lain bisa saja ancaman datang dari milisi NIIS. Sama sekali itu bukan berarti kita mengharapkan ledakan bom akan terjadi di Turki. Kita hanya ingin mengingatkan, menghadapi dua musuh lebih sulit daripada satu musuh.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Agustus 2016, di halaman 6 dengan judul "Milisi Kurdi Membalas Militer Turki".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar