Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 29 Agustus 2016

Waspada Tipu-tipu (YULIA LR BATU NILAM, PALEMBANG)

Bermula dari perkenalan lewat internet dan WhatsApp, Bapak Alan yang warga negara asing akan mengirim kado persahabatan ke alamat saya. Pada Minggu, 7 Agustus 2016, saya diberi tahu bahwa kado sudah dikirim. Keesokan harinya (8/8), saya ditelepon wanita mengaku petugas Bea dan Cukai bernama Citra.

Penelepon dengan nomor ponsel 081807378646 ini memberi tahu bahwa paket Bapak Alan dari luar negeri sudah sampai di Jakarta. Saya diminta transfer uang Rp 1,5 juta ke nomor rekening BNI 0336160407 atas nama Agriany untuk biaya pengiriman paket ke rumah.

Seusai mentransfer, saya memberi tahu lewat SMS kepada Ibu Citra. Dua jam kemudian, saya ditelepon yang bersangkutan, memberi tahu bahwa paket sudah di-scan dan berisi sepatu, parfum, perhiasan, dan uang dollar AS sambil mendesak saya untuk transfer Rp 1,5 juta lagi. Kalau tidak, paket akan terkena biaya overstay dan menyalahi peraturan karena berisi uang.

Saya konfirmasi dengan Bapak Alan dan ia membenarkan tentang paket yang dikirim. Keesokan harinya, saya kembali transfer. Beberapa jam kemudian, saya terima surat elektronik dari Mr Richard Henderson dari The British High Commission (richardhenderson227@gmail.com), menginformasikan pengirim paket tidak mengasuransikan paket dan saya wajib membayar biaya asuransi.

Dalam surel juga dilampirkan sertifikat United Nation Anti Terorist Clearance Certificate. Mereka (Ibu Citra dan Mr Richard) meminta saya transfer Rp 14 juta ke nomor rekening BNI 0445109570 atas nama Nur Azizah. Beberapa hari kemudian, saya diminta transfer lagi Rp 15 juta ke nomor rekening BNI 0429653680 atas nama Maya Arianty. Total uang yang saya transfer Rp 32 juta.

Sampai sekarang paket tidak kunjung tiba dan uang yang saya transfer raib. Saya baru sadar bahwa ini adalah penipuan mafia yang mengatasnamakan Bea dan Cukai. Para pelaku tidak dapat dihubungi lagi, padahal uang yang saya transfer adalah pinjaman dari Ibu yang akan digunakan untuk umrah.

Saya sudah lebih dari lima tahun memegang kartu kredit Bank Mandiri, tetapi baru pertama mengalami kejadian ini. Tanggal 1 Agustus 2016, pukul 01.57, saya terbangun karena mendengar notifikasi SMS bertubi-tubi dari kartu kredit Mandiri. Ternyata ada puluhan transaksi daring dari kartu kredit saya yang tidak saya lakukan.

Transaksi menggunakan mata uang dollar AS dan berlangsung secara daring. Dari puluhan transaksi itu, notifikasinya ada yang berhasil dan ada yang gagal. Kartu kredit saya tidak pernah berpindah tangan dan selalu ada di dompet saya. Mengapa hal ini sampai terjadi? Apakah ada sindikat penjual data finansial?

Segera saya menghubungi call centerMandiri 14000. Selain memblokir kartu kredit, saya juga meminta pengecekan atas penggunaan kartu kredit saya tersebut. Namun, sampai saat ini belum ada penjelasan tentang pembobolan kartu kredit ini.

Kedua anak saya, Michelle Hendra dan Ivonne Hendra, menjadi sales promotion girl (SPG) atau pramuniaga acara Telkomsel di PRJ Hall D periode Juni-Juli 2016. Di awal perjanjian, pembayaran upah dan biaya yang dikeluarkan pramuniaga akan dibayarkan dua minggu setelah acara. Ternyata sampai sekarang belum ada pembayaran dan semua pihak saling tunjuk melempar tanggung jawab.

Sesuai kontrak yang ditandatangani pramuniaga kepada Legal Pro: Hendra, pembayaran upah dijanjikan akhir Juli 2016. Sdr Hendra kemudian mengundur pembayaran ke tanggal 4 Agustus 2016.

Karena terjadi dead lock, salah satu orangtua SPG (Novela) sampai khusus bertemu dengan LP: Boyo. Disepakati pembayaran upah pada 18 Agustus 2016. Namun, pada 18 Agustus 2016 tidak ada pemberitahuan pembayaran upah anak-anak saya dari Sdr Hendra.

Sejak awal memang terlihat adanya itikad tidak baik ini karena ada kehilangan kartu perdana Rp 16 juta di tangan team leader. Untuk diketahui, setiap hari di PRJ ada reconcile antara SPG dan team leader. Apabila ada selisih langsung dimintakan uang pengganti kehilangan atau kerugian. Kehilangan Rp 16 juta menimbulkan spekulasi ada permainan di tingkat atas.

Menurut Sdr Hendra, kerugian itu akan ditanggung bersama dan dipotong rata ke semua SPG. Saya tidak rela upah anak saya dipotong, apalagi masih banyak ketidakjelasan lain, termasuk untuk penggantian tiket masuk beberapa pramuniaga.

Mohon kepada pihak Optimus, LP, dan Legal Pro untuk tidak mengambil hak para pramuniaga dan segera membereskan persoalan ini.

Tanggal 10 Juli 2016 saya menghubungicall center Transvision untuk menutup layanan karena tidak puas dengan layanannya dan sudah beralih ke layanan TV berbayar lain.

Tanggal 12 Juli 2016 sore, saya dihubungi bagian penutupan Transvision Pusat (Saudara Rifki/Riski) untuk menginformasikan bahwa jika tidak menutup, akan diberi bonus open all channel selama enam bulan (Juli-November 2016). Saya setuju.

Namun, 29 Juli 2016, saya cek beberapachannel Transvision ternyata sudah tertutup. Saya kembali menghubungi call center Transvision untuk meminta penjelasan dan dijanjikan akan segera ditangani. Namun, setelah ditunggu dan beberapa kali menghubungi call centerTransvision, hingga sekarang tidak ada kabar.

Saya baru beberapa bulan menjadi nasabah kartu kredit Maybank. Minggu pagi, 7 Agustus 2016, ada lima surel dan SMS mengejutkan dari Maybank mengenai notifikasi tentang beberapa transaksi dengan kartu kredit saya. Padahal, saat itu, saya di rumah dan kartu kredit ada di dompet.

Transaksi saya terakhir dengan kartu kredit Maybank di Griya Serba Antik, Jakarta Selatan, Sabtu, 6 Agustus 2016 pukul 16.16 WIB, Rp 1.890.000 dengan status approved.

Setelah saya cek, semua transaksi palsu tersebut di beberapa tempat dan semua berlokasi di Amerika Serikat. Padahal, saya berada di Jakarta pada tanggal transaksi palsu tersebut. Bagaimana bisa terjadi, di bank besar Maybank ada penipu menggunakan kartu kredit saya?

Sebagai nasabah baru, saya panik dan kecewa. Pemalsuan kartu kredit adalah tindakan kriminal.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Agustus 2016, di halaman 13 dengan judul "Waspada Tipu-tipu".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger