Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 27 September 2016

Aplikasi NIDN//Ilmu Fisiognomi//Paket Tak Sampai (Surat Pembaca Kompas)

Aplikasi NIDN

Saya salah seorang tenaga pengajar yang telah mengabdi kepada negara sebagai PNS selama 35 tahun. Saya diangkat menjadi dosen tetap pada salah satu perguruan tinggi negeri di luar Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sejak 2002, saat berumur 49 tahun.

Regulasi Peraturan Menteri Ristek dan Dikti Nomor 26 Tahun 2015 tentang registrasi pendidik pada perguruan tinggi, Pasal 4 Ayat d menjelaskan bahwa dosen tetap berhak mendapatkan nomor induk dosen nasional (NIDN) saat berusia paling tinggi 58 tahun.

Pada akhir 2015, ada normalisasi NIDN bagi dosen di luar Kementerian Riset dan Dikti dan pada saat itu kami telah memiliki NUP. Namun, saat diproses berdasarkan data yang ada, aplikasi menolak karena umur telah lewat 58 tahun.

Empat bulan lalu, kami mencoba mengajukan kenaikan penilaian angka kredit (PAK) dengan maksud masih ada peluang untuk naik pangkat satu kali berdasarkan regulasi yang ditetapkan. Namun, tidak dapat diproses karena sistem aplikasi mensyaratkan harus memiliki NIDN.

Melalui surat pembaca ini, kami mengharapkan kiranya Bapak Menteri Ristek dan Dikti dapat mempertimbangkan diterbitkannya NIDN kami agar proses PAK dan kepangkatan kami dapat diproses.

JAMALUDDIN RAHIM, TELKOMAS MAKASSAR

Ilmu Fisiognomi

Saya menjadi saksi ahli dalam persidangan Jessica. Ketika giliran Dr Eva Anjani Zulfa menjadi saksi ahli yang diajukan oleh penasihat hukum Jessica, ia menyebut saya menggunakan ilmu fisiognomi. Saya berkeberatan dengan sebutan itu karena fisiognomi yang diuraikannya adalah fisiognomi usang ala teori Lombroso yang tidak bisa lagi digunakan abad ini.

Kenyataannya, di Amerika Serikat berkembang ilmu fisiognomi yang dipopulerkan oleh Hakim Edward Jones. Penerusnya kemudian meneliti mengenai karakter manusia lewat wajah (bukan wajah penjahat!) terhadap ratusan tokoh dari politisi, bintang film, sampai mantan presiden AS. Populasi, sampel, dan responden sahih dan representatif dengan tingkat akurasi mencapai 92 persen.

Sebagai kriminolog yang menganut pendekatan multidisiplin, saya mendalami dan mempelajari ilmu tersebut. Selain itu, saya juga antropolog (lulus doktor Antropologi UI, 1993) yang mendalami dan membaca bahasa tubuh dalam memeriksa tersangka Jessica. Teknik ini pernah diteliti dan diterapkan agen FBI Joe Navaro (2008) dan pakar antropologi Prof David Givens (2008) dari Washington University.

Sepanjang kariernya, mereka mampu menunjukkan seseorang itu jujur, cemas, takut, bohong, dan seterusnya, berdasarkan bahasa tubuh seseorang. Joe Navaro dan Prof David Givens memecahkan banyak kasus kejahatan menggunakan teknik bahasa tubuh. Kedua teknik, baik fisiognomi maupun bahasa tubuh, saya gunakan dalam kasus Jessica.

Penjelasan saya ini untuk meluruskan pendapat Eva Anjani Zulfa yang dimuat diKompas (Selasa, 20/9). Ilmu membaca wajah dan bahasa tubuh bukan ilmu perdukunan seperti yang disangkakan tim pembela.

TB RONNY NITIBASKARA, GURU BESAR KRIMINOLOGI UI

Paket Tak Sampai

Saya membeli barang dari sebuah tokoonline, yang pengiriman barangnya menggunakan jasa JNE Reguler. Tokoonline tersebut berada di Jakarta dan lokasi saya pun di Jakarta.

Menurut informasi di laman JNE, pengiriman di dalam kota Jakarta untuk JNE Reguler memakan waktu 1-2 hari, tidak menghitung hari Minggu dan hari libur nasional.

Paket dikirim oleh toko online pada 7 September 2016 pukul 19.32. Pada 8 September, menurut hasil tracking resi di laman JNE, paket sudah tiba di Inbound Station Jakarta, Tomang pukul 06.20 (Status: Received at Inbound Station Jakarta, Tomang 3).

Ternyata paket tersebut tidak diantar pada 9 September, saya masih berpikir positif dan mengira mungkin akan diantar pada 10 September.

Karena 10 September adalah hari Sabtu, sedangkan alamat pengantaran adalah kantor saya, saya menelepon JNE untuk menanyakan status pengiriman sekaligus menginformasikan bahwa alamat itu adalah alamat kantor dan tutup pada hari Sabtu. Informasi diterima CS JNE.

Sampai saat surat pembaca ini ditulis pada 20 September, belum ada kabar dari JNE kapan paket saya akan diantar. Saya sudah menelepon JNE berkali-kali setiap hari, tetapi jawaban yang diberikan selalu yang itu-itu saja, bahwa proses pengiriman akan dimaksimalkan.

LM MALEACHI, TAMAN SEMANAN INDAH, JAKARTA BARAT

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 September 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger