Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 13 September 2016

TAJUK RENCANA: Korea Utara Tetap Nekat (Kompas)

Korea Utara benar-benar nekat. Meskipun ditentang banyak negara dan dijatuhi sanksi, negeri itu hari Jumat lalu melakukan uji coba nuklir.

Inilah uji coba nuklir kedua dalam tahun ini. Dan, merupakan uji coba nuklir kelima sejak tahun 2006 (uji coba kedua dilaksanakan pada 2009 dan uji coba ketiga pada 2013). Uji coba hulu ledak nuklir keempat dilaksanakan pada Januari silam.

Yang membuat banyak negara dan dunia prihatin adalah klaim Korea Utara bahwa hulu ledak nuklir bisa dipasang di rudal. Apabila klaim itu benar, ini adalah sebuah kemajuan besar yang bisa dicapai Korea Utara. Hal tersebut sangat berbahaya mengingat Korea Utara sekarang dipimpin oleh seorang pemimpin yang sangat "misterius" dan "tidak dapat diduga" juga "cenderung kejam". Belum lama ini, Korea Utara menghukum mati menteri pertahanannya karena mengantuk saat pemimpin negeri itu berpidato.

Negeri yang sekarang dipimpin oleh cucu pendiri Korea Utara (Kim Il Sung), yakni Kim Jong Un, memang sangat sulit ditebak maunya. Ia tidak peduli kritik, kecaman, bahkan sanksi yang dijatuhkan terhadap Korea Utara karena kebandelannya melakukan uji coba nuklir. Bahkan, Tiongkok yang merupakan sekutu utamanya—90 persen perdagangan Korea Utara dengan Tiongkok—pun marah terhadap tindakannya.

Awal tahun 1990-an, ayah Kim Jong Un, yakni Kim Jong Il, memulai program nuklir. Tujuan utama program tersebut, ketika itu, adalah sebagai usaha mempersatukan negeri setelah disapu bencana kelaparan. Program nuklir menjadi identitas Korea Utara. Presiden AS Bill Clinton berusaha menghentikan program tersebut dengan memberikan bantuan makanan pada 1994.

Akan tetapi, setelah menerima bantuan makanan, Pyongyang terus memprovokasi Barat dengan melakukan uji coba roket. Bahkan, pada 2003, Korea Utara keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi senjata nuklir dan melakukan uji coba nuklir. Kini di bawah Kim Jong Un, yang berkuasa sejak tahun 2011, Korea Utara semakin tidak peduli dengan tata pergaulan masyarakat internasional.

Apa sesungguhnya yang menjadi pendorong sehingga Korea Utara—dalam hal ini sebenarnya Kim Jong Un—nekat terus melakukan uji coba nuklir. Banyak spekulasi tentang pemimpin muda itu. Keinginan untuk tetap berkuasa dan kekhawatiran bahwa ia akan dijatuhkan, mendorong Kim Jong Un bertindak berlebihan dan selalu curiga bahkan curiga terhadap rakyatnya sendiri.

Bagaimana menghentikan kenekatan Korea Utara itu? Tiongkok, sebagai sekutu utama sekaligus penopang kehidupannya, memiliki peran sangat menentukan. Tentu, didukung negara besar lain, Tiongkok harus mencari cara lain untuk menghentikan tindakan Korea Utara, tidak hanya sekadar sanksi ekonomi seperti saat ini.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 September 2016, di halaman 6 dengan judul "Korea Utara Tetap Nekat".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger