Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 03 September 2016

TAJUK RENCANA: Saat Zika di Depan Mata (Kompas)

Manusia sejauh ini berhasil lolos dari tantangan alam yang beraneka ragam seperti halnya zika. Namun, diperlukan upaya ekstra dan sikap hati-hati.

Seperti kita baca beritanya kemarin di harian ini, Indonesia harus menghadapi ancaman virus yang satu kelompok dengan virus demam berdarah dan vektornya sama, yaitu nyamuk Aedes aegypti, karena virus ini tengah berjangkit di luar negeri, khususnya Singapura.

Di negara tetangga ini, hingga Kamis (1/9), 115 orang terinfeksi zika, di antaranya 90 warga asing, ada warga Banglades, Tiongkok, India, Malaysia, Myanmar, Taiwan, dan Indonesia.

Menyikapi perkembangan yang ada, sejumlah langkah telah dilakukan, antara lain Kementerian Kesehatan mengeluarkan panduan perjalanan bagi warga negara Indonesia yang akan berkunjung ke Singapura agar mencegah gigitan nyamuk. Ibu hamil juga tidak dianjurkan bepergian ke daerah penyebaran zika.

Selain itu, ada pula langkah pengawasan yang dimulai dari pemindaian panas tubuh, pemeriksaan kesehatan di pintu kedatangan lewat udara dan laut, hingga pemberian kartu peringatan kesehatan bagi mereka yang datang dari luar negeri. Untuk yang terakhir ini, jika dalam tempo 10 hari setelah tiba di Indonesia pemegang kartu demam tinggi, ia harus melapor ke fasilitas kesehatan terdekat.

Langkah pengawasan tidak terbatas di Bandara Soekarno-Hatta, tetapi juga di bandara lain yang melayani penerbangan dari luar negeri, khususnya dari Singapura. Setiap penumpang dari Singapura mendapat kartu untuk memantau kondisinya selama 10 hari setelah masuk di Indonesia. Didukung dengan pemasangan alat pemindai suhu tubuh (thermoscanner), disiapkannya tenaga medik dan fasilitas rumah sakit yang bisa mendukung penanganan infeksi zika, kiranya Indonesia sudah siaga menghadapi ancaman infeksi zika.

Inilah konsekuensi globalisasi, warga satu negara berinteraksi dengan warga negara lain melalui kunjungan yang acap kali tak terelakkan. Di sinilah dibutuhkan kehati-hatian dalam menjaga diri.

Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Mohamad Subuh, Indonesia tidak perlu menutup pelintasan antara Indonesia dan Singapura. Yang diperlukan adalah menyiapkan penanganan di pintu pelintasan, dalam hal ini adalah memindai panas setiap orang yang datang dari Singapura.

Harapan kita, semoga sarana pemindai di gerbang masuk internasional di Indonesia memiliki prasarana yang diperlukan dan perlengkapan itu bekerja dengan baik. Dukungan rumah sakit rujukan di beberapa kota yang punya pintu gerbang internasional, seperti Denpasar, Solo, Semarang, juga tak kalah penting.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 September 2016, di halaman 6 dengan judul "Saat Zika di Depan Mata".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger