Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 26 November 2016

TAJUK RENCANA: Krisis Bayangi Warga Mosul (Kompas)

Perang merebut kota Mosul di Irak utara dari Negara Islam di Irak dan Suriah menimbulkan keprihatinan kemanusiaan yang harus segera diatasi.

Perang merebut kota kedua terbesar di Irak itu dikumandangkan pada 17 Oktober 2016. Sejauh ini pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) berhasil merebut beberapa kota kecil di sekitar Mosul, bahkan membuat kelompok NIIS terkepung.

Meski terkepung, pasukan NIIS tidak mau menyerah, bahkan mereka mulai menggunakan drone untuk menyerang posisi pasukan pemerintah yang didukung koalisi. "Drone ini ditemukan di salah satu rumah yang berhasil kami ambi alih," kata Letjen Abdul Wahab al-Saidi, pemimpin pasukan Irak.

Pasukan Pemerintah Irak memperkirakan ada sekitar 6.000 anggota pasukan NIIS yang sekarang menguasai sebagian Mosul, sementara ada 100.000 anggota pasukan koalisi yang siap merebut kota Mosul. Namun, pasukan koalisi menghadapi perlawanan sengit dari NIIS.

Pasukan NIIS bergerak di seluruh kota memanfaatkan terowongan, menggunakan bom mobil, serta menempatkan penembak jitu dan mortir. NIIS masih punya jalan-jalan kecil di Gurun Sahara yang bisa dijadikan jalur suplai logistik mereka masuk ke kota Mosul.

Di sisi lain, warga Mosul mulai merasakan krisis menyusul ancaman kekerasan terhadap anak-anak dan perempuan. Pemerintah dan militer Irak menyarankan 1,5 juta warga Mosul tinggal di rumahnya karena khawatir anggota NIIS ikut menyusup jika terjadi eksodus.

Namun, tidak mengungsi, lain cerita bagi Omar Ali. Dengan memegang foto anaknya, Omar Ali menangis dan berkata, "Lihatlah, ini anak saya. Apa salah dia. Dia hanya bermain dan sekarang meninggal."

Krisis pangan juga mulai dirasakan warga Mosul. Rasha mencari sesuatu di dapurnya sambil memegang sedikit beras. Itu adalah stok beras terakhir yang dimilikinya. "Saya sekarang hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi nanti," katanya.

Hanya beberapa blok dari rumahnya di kota Aden yang padat, pasukan Irak sedang bertempur melawan NIIS. Sama seperti Rasha, ribuan warga di kota ini hanya bisa melihat pasukan koalisi bertempur untuk mencoba merebut kembali Mosul.

Seperti warga Aleppo timur di Suriah, krisis yang membayangi warga Mosul adalah konsekuensi logis dari peperangan. Namun, keadaan ini tidak boleh dibiarkan terus berlarut karena seperti di Aleppo, krisis kemanusiaan lebih masif sangat mungkin terjadi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat berperan lebih besar untuk mengurangi penderitaan warga Mosul. Kondisi Mosul yang sebagian bisa dikontrol pasukan koalisi bisa menjadi jalan bagi masuknya bantuan kemanusiaan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 November 2016, di halaman 6 dengan judul "Krisis Bayangi Warga Mosul".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger