Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 10 Maret 2017

TAJUK RENCANA: Mosul Bisa Menentukan Nasib NIIS (Kompas)

Ke mana mereka—kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah—akan pergi kalau nanti pada akhirnya Mosul jatuh ke tentara Irak?

Memang, saat ini, belum seluruh kota Mosul—yang direbut NIIS pada tanggal 10 Juni 2014 setelah dikepung dan digempur sejak tanggal 4 Juni 2014—jatuh ke tangan pasukan Pemerintah Irak. Akan tetapi, menurut berita yang tersiar, pasukan Pemerintah Irak mengklaim sudah berhasil merebut sejumlah bangunan pemerintah, bank, dan museum di bagian barat Mosul.

Selain itu, dilaporkan pula bahwa puluhan anggota NIIS tewas dalam pertempuran. Sebelumnya, pasukan pemerintah sudah merebut Mosul bagian utara, dan bahkan berhasil menguasai bandara. Januari lalu, Mosul bagian timur sudah mereka rebut.

Menurut Pemerintah Irak, paling tidak 50.000 penduduk sipil dari Mosul telah meninggalkan kota itu sejak serangan pada tanggal 19 Februari silam. Tetapi, diperkirakan masih ada sekitar 700.000 orang sipil yang ada di kota itu. Dengan terus berkobarnya peperangan, pasti pasokan kebutuhan pangan, juga air bersih, bagi penduduk sipil akan menjadi persoalan besar.

Sejak perang berkobar untuk merebut kembali Mosul dari tangan NIIS, korban tewas, terutama penduduk sipil, sudah demikian banyak. PBB, akhir Januari silam, mengungkapkan, paling kurang 1.096 orang tewas dan 694 orang lainnya terluka. Lebih dari separuh yang terluka adalah penduduk sipil.

Jatuhnya Mosul ke tangan pasukan Pemerintah Irak akan menentukan masa depan NIIS. Mosul adalah sebuah kota yang terletak 396 kilometer sebelah utara Baghdad dan menjadi ibu kota NIIS sejak mereka mendeklarasikan diri sebagai sebuah kekhalifahan di bawah kepemimpinan Khalifah Ibrahim (Abu Bakr al-Bagdadi). Dari kota itulah gerakan NIIS diatur dan dikendalikan.

Bukan tidak mungkin, apabila Mosul pada akhirnya jatuh ke tangan pasukan Irak—sementara posisi NIIS di Suriah juga semakin terdesak—maka mereka akan tersebar ke mana-mana dalam kelompok-kelompok kecil. Sebenarnya belakangan ini sudah terjadi; misalnya dengan adanya serangan bom di Eropa dan juga Indonesia yang mengaitkan dengan NIIS.

Apabila hal itu terjadi, maka akan lebih sulit untuk dihadapi. Karena cara gerakan dan operasi mereka akan berbeda dengan ketika mereka bersatu dalam sebuah kesatuan besar, sebagai pasukan. Gerakan penyusupan atau aksi-aksi yang mengancam perdamaian dalam berbagai bentuk seperti serangan bom dan terorisme bisa jadi akan muncul di banyak tempat dan negara. Ini yang harus dicermati, diwaspadai, dan dihadapi banyak pemerintah negara termasuk Indonesia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Maret 2017, di halaman 6 dengan judul "Mosul Bisa Menentukan Nasib NIIS".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger