Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 14 Maret 2017

TAJUK RENCANA: RI dan Kelaparan di 4 Negara (Kompas)

Berita tentang kelaparan ‎di empat negara, yakni Somalia, Nigeria, Sudan Selatan, dan Yaman, serta-merta memunculkan perasaan pilu.

Dikabarkan, tahun ini ada 20 juta orang menderita kelaparan dan terancam meninggal. Tanpa uluran tangan internasional, mereka tak akan tertolong jiwanya.

Berita tentang kelaparan dan tragedi kemanusiaan, khususnya di Afrika, ‎bukan kali ini saja kita dengar. Pada 1984, ada penyanyi yang lalu menjadi aktivis kemanusiaan, Bob Geldof, yang mengadakan konser untuk menggalang dana, menolong rakyat Etiopia yang kelaparan.

Namun, yang terjadi sekarang ini di empat negara dan beberapa lainnya adalah yang terburuk sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berdiri tahun 1945. Selain ancaman jutaan orang akan kehilangan nyawa, juga ada banyak yang sakit, anak-anak kehilangan masa depan, dan terjadi pengungsian besar-besaran. Koordinator Bantuan Darurat PBB Stephen O'Brien mengatakan, tragedi kelaparan di negara-negara itu lebih merupakan akibat konflik.

Sebagai pejabat yang menyaksikan langsung kondisi ‎di lapangan, O'Brien mengamati, ada perempuan dan anak-anak yang berjalan berminggu-minggu untuk mencari makan dan air. Mereka tak punya persediaan makanan. Sumber air kering. Tiada yang tersisa untuk tetap hidup.

content
TOTO S

Berkaca pada apa yang terjadi di sejumlah negara itu, kita harus bersyukur, Indonesia, dengan seabrek masalah yang dihadapi, masih diberkati. Memang masih ada penduduk miskin. Pada Maret 2016, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin Indonesia adalah 28,01 juta orang atau 10,86 persen dari jumlah penduduk. Yang membesarkan hati, angka itu cenderung menurun. Per September 2016, jumlah penduduk miskin Indonesia berkurang 250.000 orang dibandingkan Maret‎ 2016.

Sumber daya alam masih melimpah. Perekonomian masih tumbuh sekitar 5 persen. Kita masih mewacanakan pembangunan dan melaksanakannya. Jika tak keliru mengelola, Indonesia diprediksi menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama di dunia pada 2030-an nanti.

Meski demikian, di depan masih ada banyak masalah yang harus ditanggulangi. Sebagaimana bangsa lain di dunia, Indonesia juga menghadapi masalah pemanasan global dan perubahan iklim yang bisa mengganggu produksi pangan, juga bencana.

Namun, yang lebih akut adalah inefisiensi yang, antara lain, dipicu oleh perilaku korup. Dugaan korupsi dalam proyek KTP elektronik menjadi contoh paling tragis ‎dari hilangnya sumber daya, yang jika tak terjadi, bisa membuat program pembangunan terlaksana jauh lebih sukses. Kita juga belum menjadi bangsa inovatif, terlibat dalam proses nilai tambah suatu produk atau jasa, yang mampu membawa bangsa ini pada kemakmuran dan kesejahteraan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Maret 2017, di halaman 6 dengan judul "RI dan Kelaparan di 4 Negara".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger