Langkah tersebut termasuk mengingat kembali saat-saat kita merasa bahagia sesuai dengan definisi tentang kebahagiaan yang telah kita tentukan untuk kemudian membuat senarai aktivitas-aktivitas, orang-orang, obyek-obyek, pengalaman-pengalaman, dan lainnya yang mencetuskan perasaan positif. Misalnya, apabila kita memilih mendefinisikan kebahagiaan sebagai cinta kasih dan relasi kasih, kita hendaknya berpikir kembali peristiwa yang lalu yang membuat kita merasa bahagia dan mengidentifikasikan hal-hal yang menentukan kondisi bahagia tersebut, seperti pergi bersama teman-teman dan berlibur dengan keluarga.
Jika kita definisikan kebahagiaan adalah harmoni, kita membuat senarai berbagai hal, seperti lari bersama, mempraktikkanmindfulness (berkesadaran) yang membuat kita merasa akan kehadiran emosi yang positif pula. Dengan kata lain, langkah kedua termasuk menciptakan portofolio benda-benda berikut foto-foto, lagu-lagu, orang-orang, dan aktivitas-aktivitas yang kita yakini merupakan penentu dan membuat kita merasa berbahagia
Inkorporasi kebahagiaan
Latihan kebahagiaan juga terdiri atas dua langkah, yaitu upaya guna meningkatkan taraf kebahagiaan, dalam hal ini dengan cara mendefinisikan kebahagiaan dan menjadikan kebahagiaan sebagai bagian dari diri. Yang terpenting dalam hal ini adalah mendiskusikan secara cepat bagaimana kedua langkah tersebut itu menjadi latihan yang dapat membantu kita memperoleh kebahagiaan hakiki, dan menghayati penurunan taraf kebahagiaan.
Kita mencoba mengingat alasan saat kita menurunkan taraf kebahagiaan, yang disebabkan kita tidak memiliki gagasan konkret mengenai apa yang kita maknai tentang kebahagiaan bagi kita. Langkah pertama dalam melatih kebahagiaan tersebut adalah mendefinisikan kebahagiaan yang menyertakan gagasan konkret tentang bagaimana arti kebahagiaan bagi diri kita dan secara nyata mengarah pada upaya mencari alasan mengapa kita merasa bahagia. Perlu kita ketahui bahwa penyebab kita menurunkan tingkat kebahagiaan adalah karena keyakinan negatif yang kita akui dalam ungkapan kalimat seperti "kebahagiaan akan membuat diri kita malas" atau "kebahagiaan akan membuat kita menjadi mementingkan diri sendiri" atau "kebahagiaan adalah sesuatu yang mengalir dengan cepat".
Mendefinisikan kebahagiaan merupakan kebanggaan yang "otentik" (perasaan di mana kita percaya bahwa kita sudah mendapatkan sesuatu yang berharga). Pernyataan tersebut membantu kita meraih keyakinan akan keberadaan kebahagiaan yang terasosiasikan dengan kemalasan karena pada dasarnya pencapaian sesuatu yang baik tidak akan mungkin tanpa memusatkan energi untuk mencapainya, seperti halnya saat kita memperoleh kebahagiaan untuk mencintai dan mendapatkan koneksi membantu kita memperoleh keyakinan bahwa kebahagiaan sering membuat diri kita cenderung mementingkan diri sendiri. Kecuali itu, memperoleh kebahagiaan selalu terkait dengan harmoni dan kenyamanan yang menunjukkan bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang mengalir dengan cepat.
Mengapa kita cenderung menurunkan tingkat kebahagiaan? Karena kita sering memusatkan makna kebahagiaan lebih dari kebahagiaan itu sendiri. Dengan mengambil upaya untuk mendefinisikan kebahagiaan, kita akan memperoleh manfaat yang lebih besar daripada sekadar mendefinisikan kebahagiaan. Dalam hal ini, kita memberikan perhatian dan menempatkan hal-hal yang lebih konkret dan lebih mudah untuk diproses serentak yang membuat kita merasa bahagia. Untuk itu pulalah kita menentukan pengambilan keputusan tentang rasa bahagia yang menjadi kebutuhan untuk membuat kita mampu meningkatkan penghayatan kita akan kebahagiaan tersebut.
Ragunathan, Raj mengungkapkan hal sebagai berikut: "Pemahaman tentang penurunan tingkat kebahagiaan yang terjadi saat kita berada pada masa kanak-kanak dapat mengacu pada kejadian yang dialami anak laki-laki saya. Pengalaman ini membuat diri saya merasa terajarkan oleh upaya penurunan tingkat kebahagiaan dari anak saya tersebut. Pada saat anak saya berusia tiga tahun, anak saya melihat teman-temannya menggunakan permainan mobil-mobilan kecil yang dapat dikendarai dan dikendalikan jalannya. Ia sangat menginginkan mobil mainan tersebut. Ia terus merengek untuk mendapatkan mainan tersebut, hingga akhirnya membuat kami memesannya secara online dan segera mobil mainan tersebut datang, dibungkus dengan kotak yang cukup besar berwarna coklat."
"Anak kami mengungkap kegembiraan yang amat sangat dengan kehadiran mainan baru tersebut dan secara menyeluruh perhatiannya terfokus pada permainan tersebut selama tiga hari. Namun, apa yang terjadi kemudian adalah anak itu hanya ingin bermain dengan kotak pembungkus mobil-mobilan tersebut. Mengapa? Karena ia sangat menyukai jenis karton yang digunakan sebagai kotak mainan tersebut, yang dapat juga digunakan sebagai tempat tinggal bagi mainan anjing-anjingan yang sangat ia sukai sehingga ia juga menginginkan hal yang sama dengan anjing mainannya dan masuk bersama ke dalam kotak tersebut."
"Saat itu, saya ingat, saya marah kepadanya karena saya ingin anak saya main dengan mainan mobil-mobilannya yang harganya lebih mahal daripada kotak karton pembungkusnya yang sangat menarik perhatiannya tersebut. Namun, pada saat yang sama, tiba-tiba saya merasa terpukul karena saya sadar bahwa saya mencoba memaksa anak saya memberikan prioritas nilai uang daripada kebahagiaan yang ia peroleh dari bermain di kotak tersebut."
"Saya melihat kenyataan bahwa diri saya tidak memedulikan hal yang sebenarnya membuat anak saya senang dan berbahagia, dan saya tidak melihat kenyataan bahwa kemarahan saya tersebut disebabkan anak saya tidak menghargai uang dan nilai uang, status dan keindahan serta kekuatan, dan sebagainya dari isi kotak yang sebenarnya, yaitu mobil-mobilan yang bisa dikendalikan. Dari peristiwa ini, saya menyadari bahwa kebahagiaan yang hakiki sama sekali tidak terkait dengan nilai uang. Setelah saya menghadapi kenyataan ini, saya tidak hanya membiarkan anak saya melanjutkan permainan dengan kotak yang benar-benar mengisi hatinya."
"Saya berbicara dengan diri saya sendiri bahwa saya akan melakukan hal yang sama untuk diri saya, yaitu saya tidak akan terganggu dalam menciptakan kebahagiaan melalui peningkatan kualitas keputusan saya yang saya kaitkan dengan jumlah uang yang saya keluarkan untuk itu. Sekarang, saya mendapatkan pemahaman baru, yaitu walaupun saya mengelola menolak kebahagiaan utama dalam situasi tertentu, saya yakin masih banyak hal lain yang dapat membuat saya mampu memperoleh kebahagiaan hakiki. Untuk kemudian sebagai nilai tambah lainnya, kemudian saya mengenali bahwa saya bukanlah satu-satunya orang yang bisa belajar dari tata cara hidup anak saya. Jadi, kecenderungan kita untuk menurunkan tingkat kebahagiaan adalah nilai yang utama. Dan ternyata kita cenderung untuk selalu menurunkan tingkat kebahagiaan kita demi kebahagiaan hakiki yang dapat kita raih."
Hal ini berarti bahwa upaya meningkatkan kehidupan yang membahagiakan dan mengisi kebahagiaan hakiki sangat bergantung pada bagaimana kita mengambil keputusan tentang kebahagiaan itu sendiri. Kesadaran kita akan meningkat saat kita mengambil keputusan tentang bagaimana dan mengapa kita cenderung menurunkan tingkat kebahagiaan yang mampu kita raih, tetapi tetap mempertahankan kebiasaan pertama untuk mencari kebahagiaan yang paling optimal, dalam artian memprioritaskan tetapi tidak mengejar kebahagiaan (Ragunathan, Raj. 2016).
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 April 2017, di halaman 25 dengan judul "Kebahagiaan, Apa Itu?".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar