Secara bertahap, pemerintah telah meletakkan dasar-dasar penting untuk mencapai tujuan ini. Salah satu langkah monumental ke arah ini adalah implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan bagi setiap anggota masyarakat.
Meskipun demikian, ketersediaan akses terhadap layanan kesehatan bukan tujuan akhir pembangunan kesehatan. Bagaimana memastikan agar layanan kesehatan ini berkualitas dan berkesinambungan merupakan tantangan yang harus dijawab pada tahap selanjutnya.
Promotif-preventif
Keberhasilan pembangunan kesehatan dewasa ini akan sangat ditentukan oleh seberapa jauh kita mampu menerapkan pendekatan promotif-preventif dalam menyikapi permasalahan kesehatan kita. Pendekatan ini diharapkan menjadi daya ungkit bagi terwujudnya tujuan pembangunan kesehatan melalui pemanfaatan sumber daya seefektif mungkin dan tidak membebani masyarakat dan pemerintah secara berlebihan.
Menarik untuk dilihat bahwa banyak permasalahan kesehatan masyarakat berasal dari rendahnya kesadaran tentang pentingnya upaya promotif-preventif dalam kesehatan. Profil kesehatan masyarakat Indonesia yang menunjukkan tingginya persentase penyakit kronis dan katastrofik menegaskan kecenderungan ini.
Banyak penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah hingga tidak mencapai tingkat katastrofik jika upaya-upaya promotif-preventif jadi bagian integral dari pola hidup masyarakat. Kesadaran akan pentingnya upaya promotif-preventif harus terus ditumbuhkembangkan oleh semua pemangku kepentingan pembangunan, mengingat dampaknya tidak saja pada pembangunan kesehatan, tetapi juga pembangunan nasional menyeluruh.
Internalisasi nilai-nilai tentang pentingnya memelihara perilaku hidup sehat harus dilakukan sedini mungkin ketika anak-anak mulai menginjak usia sekolah hingga dewasa. Tanpa upaya sungguh-sungguh yang konsisten, dampak yang ditimbulkan hanya bersifat temporer.
Pendekatan keluarga yang jadi ciri penting dalam pembangunan kesehatan dewasa ini bukan saja hendak memastikan adanya akses terhadap layanan kesehatan, tetapi sekaligus menjangkau mereka yang paling rentan, yang tidak mampu mengupayakan layanan kesehatan bagi diri mereka. Pendekatan keluarga dalam pembangunan kesehatan dicirikan oleh peran pro-aktif tenaga kesehatan dengan memastikan agar mereka yang tidak mampu mengakses layanan kesehatan dapat terlayani dengan baik. Ini dimungkinkan melalui kunjungan tenaga kesehatan ke rumah-rumah, terutama ke keluarga-keluarga yang tidak mampu, untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka akan layanan kesehatan yang diperlukan.
Upaya melangkah lebih jauh dari sekadar menyediakan layanan kesehatan primer ini merupakan praktik cerdas yang telah dirintis di DKI Jakarta dan diharapkan dapat direplikasi di daerah-daerah lain di Tanah Air.
Peningkatan dari upaya menyediakan layanan kesehatan ke upaya memampukan masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan secara efektif menjadi karakteristik penting dalam pembangunan kesehatan dewasa ini.
Gizi sebagai fondasi
Upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tidak dapat dilepaskan dari pembangunan kesehatan yang menempatkan perbaikan gizi sebagai aspek sentral. Terbentuknya keluarga sehat dengan gizi yang baik memainkan peran fundamental bagi capaian pembangunan berkelanjutan. Ini terutama karena gizi berfungsi sebagai fondasi bagi pencapaian tujuan-tujuan pembangunan lainnya.
Tak berlebihan jika dikatakan investasi dalam pembangunan gizi masyarakat harus berjalan paralel dengan investasi pembangunan infrastruktur. Investasi pada infrastruktur menyediakan perangkat keras untuk berkompetisi dalam persaingan global, tetapi perbaikan gizi menyiapkan perangkat lunak yang memungkinkan kita dapat berkompetisi dengan kuat dan efektif.
Karena itu, penting bagi kita untuk memahami gizi bukan hanya sebagai isu kesehatan, tapi dalam konteks tujuan pembangunan yang lebih luas. Perbaikan gizi masyarakat pada akhirnya dapat membantu upaya memutus lingkaran kemiskinan dan meningkatkan pendapatan nasional, melalui masyarakat yang sehat, produktif, dan cerdas.
Bonus demografi
Isu penting yang segera akan kita hadapi dalam beberapa tahun mendatang adalah bagaimana memanfaatkan peluang bonus demografi. Ada optimisme, tetapi ada juga pertanyaan tentang kesiapan kita untuk memanfaatkan peluang dalam transisi demografi tersebut secara optimal. Keraguan yang sering timbul adalah apakah dengan jumlah penduduk usia produktif yang meningkat signifikan pada saat itu, kita dapat memanfaatkan peluang tersebut menjadi suatu bonus bagi pembangunan kita.
Keraguan ini dapat kita tepis jika mulai sekarang kita memberikan perhatian yang lebih intensif pada pembangunan gizi masyarakat. Jelas, upaya ini memerlukan kerja sama lintas sektor yang berkesinambungan.
Diperlukan kerja sama intensif dan berkesinambungan antara sektor kesehatan, pertanian, perdagangan, perumahan, olahraga, dan lain-lain. Kerja sama ini semakin urgen saat di mana pertumbuhan penduduk usia produktif menjadi cukup tinggi, sementara penduduk usia non-produktif berkurang. Tanpa upaya kolektif ini hampir pasti kita akan tertatih-tatih menghadapi periode bonus demografi yang sangat strategis tersebut. Rentang waktu menjelang periode bonus demografi ini sangat menentukan apakah kita dapat memanfaatkannya secara optimal atau tidak.
NILA F MOELOEKMENTERI KESEHATAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar