Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 02 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Rintangan Hubungan Jepang-Rusia (Kompas)

Pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Moskwa nyaris terlepas dari perhatian media.

Padahal, dalam pertemuan tersebut—yang dilaksanakan pada hari Kamis pekan lalu—ditandatangani 29 nota kesaling-kesepahaman (MOUs). Banyaknya MOU yang ditandatangani tersebut menunjukkan bahwa kedua belah pihak berkomitmen untuk meningkatkan hubungan. Meskipun seperti yang banyak kali terjadi, tidak semua MOU dilaksanakan secara tuntas.

Kalau dihitung sejak April 2013, sudah dilaksanakan 17 pertemuan bilateral antara para pemimpin Jepang dan Rusia. Dengan begitu banyaknya pertemuan, apa sesungguhnya yang menjadi tujuan akhir Rusia? Pertanyaan senada juga diajukan kepada Jepang. Rusia berharap apa dengan mengembangkan hubungan dengan Jepang pada saat dinamika politik Asia-Pasifik sekarang ini semakin meningkat? Masih ada beberapa pertanyaan lain yang bisa diajukan berkait dengan hubungan kedua negara.

Tetapi, tentu yang pertama, Rusia ingin mengembangkan hubungan dengan Jepang untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Hal tersebut merupakan alasan yang sangat wajar melihat perkembangan perekonomian Jepang. Dan, kedua, dengan mengembangkan hubungan dengan Jepang, Rusia ingin keluar dari "isolasi" atau mungkin tepatnya "semi-isolasi" dari Barat setelah menganeksasi Krimea pada tahun 2014.

Meskipun, sebenarnya, fokus utama kebijakan luar negeri Rusia tetap ke Barat, lalu belakangan meningkat ke Timur Tengah. Karena itu, Jepang tidaklah menjadi fokus utamanya. Salah satu penyebabnya adalah Rusia tidak memandang Jepang sebagai faktor independen karena hubungan keamanannya dengan Amerika Serikat atau kuatnya hubungan Tokyo dan Washington. Faktor inilah yang antara lain menjadi salah satu "rintangan" Jepang tidak dijadikan sebagai fokus kebijakan luar negeri Rusia.

Meski demikian, Tokyo berkepentingan untuk mengembangkan hubungannya dengan Moskwa. Salah satu alasannya adalah meningkatnya peranan China yang memiliki hubungan baik dengan Rusia. Jepang berharap dengan mengembangkan hubungan dengan Rusia, maka Moskwa akan kurang "tergantung" pada Beijing dan bahkan jangan sampai membangun blok bersama.

Sebenarnya, hubungan kedua negara sekarang ini sudah lebih maju dibanding di masa sebelumnya. Moskwa dan Tokyo sudah bisa "melupakan" sumber sengketa mereka selama ini, yakni kepulauan Kuril, yang diklaim kedua negara. Mereka sepakat bahwa Kuril tetap masuk wilayah Rusia, tetapi akan jadi obyek aktivitas ekonomi bersama.

Membaiknya hubungan kedua negara akan memberikan sumbangan besar bagi perdamaian dan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia-Pasifik.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Rintangan Hubungan Jepang-Rusia".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger