Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 24 Juni 2017

TAJUK RENCANA: Kefitrian yang Bermakna (Kompas)

Setahun sekali, saat itu kembali datang. Saat menyongsong Idul Fitri, yang oleh sebagian warga ditandai dengan mudik atau kembali ke kampung halaman.

Tidak sedikit di antaranya harus mengalami mudik yang berat, menembus kemacetan parah, juga dengan risiko lalu lintas besar. Akan tetapi, kita tunduk hormat kepada keteguhan pemudik yang seolah menafikan itu semua demi perjumpaan dan bisa melepas rindu dengan orangtua, keluarga, serta handai tolan yang merupakan bagian hidup dan eksistensi mereka. Kembali bisa bersatu dengan masa lalu yang indah pada hari nan fitri, adalah berkah yang luar biasa. Berkah yang sepadan dengan kelelahan dan risiko untuk mendapatkannya.

Jika kita renungkan sedikit lebih jauh, tradisi mudik juga berkontribusi pada pemeliharaan tenun kebangsaan. Bertemu dengan sanak saudara dan handai tolan, sambil berbagi cerita tentang pengalaman hidup (termasuk dalam acara halalbihalal nanti) niscaya bisa meneguhkan tali persaudaraan, antarkeluarga, antarkomunitas, dan antaranak bangsa.

Idul Fitri 1438 Hijriah atau 2017 ingin kita beri makna lebih jauh, terkait dengan perkembangan sosial politik yang kita alami dalam beberapa waktu terakhir. Meski titik apinya di DKI, tetapi tak disangsikan lagi reperkusinya meluas hingga ke pelosok jauh Tanah Air. Ya, Pilkada DKI, diakui atau tidak, telah mengoyak tenun kebangsaan yang selama ini kita bangun.

Dalam tausiah Ramadhan, sering kali dikutip Al Quran Surat Al-Hujurat Ayat 13. Allah SWT menegaskan kepada umat manusia bahwa Dia menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal-mengenal. Ayat tersebut menegaskan bahwa perbedaan adalah titah Ilahi dan manusia harus ikhlas menerima ketentuan Yang Maha Kuasa tersebut.

Kita berharap bahwa ibadah saum Ramadhan dapat memupus kabut yang kemarin menyelimuti hati dan membawa kita semua ke dalam kesucian hati dan pikiran. Bagi bangsa Indonesia yang masih punya banyak pekerjaan rumah, pasca-Ramadhan adalah momen terbaik untuk membuktikan, bahwa ada banyak insan yang terlahirkan kembali dengan keimanan baru, dengan sikap mental spiritual baru, dan juga dengan saling pengertian baru.

Puasa Ramadhan telah tiba di ujung dan ketika takbir dan tahmid berkumandang, mari kita sambut hari kemenangan dengan hati putih bersih, dan pada hari raya Idul Fitri, marilah kita saling bermaaf-maafan untuk memulai lembaran baru kehidupan. Sekali lagi, masih banyak tantangan dan pekerjaan di depan mata.

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1438 H. Minal aidin walfaizin, mohon maaf lahir batin.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Juni 2017, di halaman 6 dengan judul "Kefitrian yang Bermakna".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger