Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 22 Juni 2017

TAJUK RENCANA: Kerja Sama Menjadi Kunci (Kompas)

Ancaman terorisme tidak mengenal batas negara. Karena itu, sekali lagi perlu ditegaskan, kerja sama antarnegara adalah kunci utama menghadapinya.

Ketika Abu Bakar al-Baghdadi memproklamasikan berdirinya kekhilafahan Negara Islam di Irak dan Suriah, 29 Juni 2014, mereka tidak hanya menjadi ancaman bagi Irak dan Suriah saja. Rangkaian serangan teror yang bermunculan di berbagai belahan dunia setelahnya, yang diklaim dilakukan oleh anggota atau simpatisan NIIS, menjadi ancaman bagi banyak negara.

Ruang gerak milisi NIIS di Irak baru bisa dipersempit setelah pasukan gabungan Pemerintah Irak, pejuang Kurdi, dan kelompok suku, yang didukung koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat, mulai menekan basis mereka di Mosul. Hal serupa juga dilakukan terhadap markas NIIS di Raqqa, Suriah.

Pada saat kekuatan NIIS di Irak dan Suriah mulai melemah, kelompok yang menyatakan setia kepada NIIS memulai perlawanan mereka dengan merebut kota Marawi di Pulau Mindanao, Filipina. Sama halnya seperti di Irak dan Suriah, para pendukung dan simpatisan NIIS dari kawasan berbondong-bondong pergi ke Marawi. Dari hanya sekadar perlawanan kelompok pemberontak lokal terhadap pemerintah, situasinya kini berkembang menjadi kumpulan milisi internasional yang menyatakan kesetiaan kepada entitas asing.

Kekacauan yang terjadi Irak dan Suriah serta langkah maju yang dilakukan untuk mempersempit ruang gerak NIIS beberapa waktu terakhir, hendaknya menjadi pelajaran bagi Filipina dan negara lainnya di kawasan, termasuk Indonesia. Kelompok seperti NIIS tidak bisa dihadapi hanya oleh satu negara saja, tetapi menjadi ancaman bersama yang harus dihadapi dengan kerja sama lintas negara.

Benar bahwa saat ini Filipina-lah yang paling terancam. Namun, sejumlah milisi diketahui masuk Filipina melalui wilayah Indonesia dan Malaysia. Pelintasan laut yang sangat terbuka antara pulau-pulau yang terserak di Filipina Selatan dengan Sabah, Malaysia, serta Kalimantan dan Sulawesi di Indonesia membuat kedua negara juga terancam menjadi tempat pelarian jika para milisi terdesak.

Karena itu, perlu diapresiasi inisiatif Pemerintah Indonesia untuk melakukan pertemuan trilateral kedua dengan Filipina dan Malaysia di Manila. Jika tahun lalu pertemuan serupa dilakukan untuk mengantisipasi maraknya pembajakan dan penyanderaan di Laut Sulu, kali ini fokusnya adalah kerja sama menghadapi terorisme.

Terorisme adalah ancaman bagi siapa saja dan tidak bisa dianggap remeh. Setiap negara memang punya kepentingan, tetapi kerja sama menghadapi terorisme perlu menjadi kepentingan bersama yang utama.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juni 2017, di halaman 6 dengan judul "Kerja Sama Menjadi Kunci".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger