Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 24 Juli 2017

Risak pada Individu Autistik//Tanggapan BPJS//Tanggapan AXA (Surat Kepada Redaksi Kompas)

Risak pada Individu Autistik

Di tengah-tengah gencarnya Presiden Joko Widodo menyosialisasikan toleransi, timbul peristiwa intoleransi disertai kekerasan oleh beberapa mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Ada yang merekam kejadian itu, mengunggahnya ke media sosial, dan menjadi viral.

Seorang mahasiswa yang konon individu autistik dirisak (di-bully), dijadikan bulan-bulanan oleh mahasiswa lain yang merasa diri nonautistik. Mahasiswa itu akhirnya marah dan berusaha melawan dengan menendang sebuah tong sampah. Mengapa mahasiswa tersebut sampai dirisak? Karena dia berbeda. Bukan berbeda agama, suku, atau keyakinan, melainkan karena perilaku yang berbeda.

Itulah ciri individu autistik! Mereka berbeda dalam proses berpikir, cara mengungkapkan perasaan dan pendapat, serta cara berperilaku. Mereka cenderung punya dunia sendiri dan sering kesulitan menyesuaikan diri dalam dunia kita.

Meski demikian, mereka cukup peka terhadap apa yang dialaminya di dunia yang "asing" untuk mereka. Mereka biasanya tak akan agresif atau mengganggu temannya kalau tidak diganggu duluan. Pantaskah karena perbedaan tersebut mereka dikucilkan, bahkan dirisak?

Jika saja para perisak tahu betapa besar trauma yang diderita individu autistik itu, barangkali mereka akan berpikir 100 kali untuk melakukan perbuatan tersebut. Reaksi terhadap trauma itu berbeda-beda.

Ada yang langsung mogok sekolah dan kembali "masuk" ke dunianya sendiri yang aman. Ada yang terus-menerus merasa ketakutan, mengurung diri di kamar, dan tak berani keluar karena menganggap dunia luar itu jahat. Bahkan, pernah ada yang menjadi agresif terhadap semua orang dan membawa benda tajam ke mana-mana karena ia dipenuhi dengan rasa curiga.

Kejadian seperti ini menghancurkan hati para orangtua anak-anak ini. Sejak anak itu terdiagnosis autistik, ia harus menjalani terapi intensif supaya dapat menyesuaikan diri dalam dunia kita. Terapi itu luar biasa mahal. Beberapa orangtua sampai menjual rumah untuk dapat membiayai terapi anaknya yang berdurasi bertahun-tahun.

Jika individu autistik bisa masuk perguruan tinggi, itu prestasi istimewa yang sudah pasti diiringi usaha luar biasa pula dari orangtuanya. Oleh karena itu, janganlah masa depan mereka menjadi hancur hanya gara-gara perlakuan teman nonautistiknya yang tidak peka dan tidak punya empati.

MELLY BUDHIMAN

Psikiater Anak-Remaja, Ketua Yayasan Autisma Indonesia

Tanggapan BPJS

Menanggapi surat Bapak J Arifin Gondokusumo berjudul "Iuran Dobel" (Kompas, 13/7), kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.

Kami telah menelusuri riwayat tagihan dan pembayaran iuran JKN-KIS Bapak Arifin, hasilnya diketahui bahwa Bapak Arifin belum membayar iuran pada Mei dan Juni sehingga saat akan membayar iuran, muncul tagihan untuk dua bulan sebesar Rp 320.000.

Kami telah berkomunikasi dengan Bapak Arifin dan yang bersangkutan telah memahami penjelasan kami. Dengan demikian, permasalahan Bapak Arifin telah diselesaikan dengan baik.

Sebagai informasi, jika terjadi kasus serupa berupa perbedaan jumlah tagihan, peserta JKN-KIS dapat segera menghubungi BPJS Kesehatan Care Center 1500400 untuk dibantu menelusuri riwayat tagihan. Pengecekan tagihan iuran juga dapat dilakukan melalui aplikasi Mobile JKN.

BUDI MOHAMAD ARIEF

Kepala Grup Komunikasi Publik dan Hubungan Antarlembaga, BPJS Kesehatan Kantor Pusat

Tanggapan AXA

Menanggapi surat Ibu Anita Murtijaya (Kompas, 6/7), kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami terkait produk asuransi kesehatan Maestro Elite Care dengan tertanggung Bapak Tjsie Liong Kwong, ayah yang bersangkutan.

Sebelum surat Ibu Anita Murtijaya diterbitkan Kompas, tim AXA telah menghubungi yang bersangkutan dan memberikan penjelasan terkait polis Maestro Elite Care yang dimiliki, berikut informasi keputusan persetujuan pra-otorisasi pada 9 Juni 2017 serta jaminan tindakan medis.

ROY SITORUS

Head of Operations, PT AXA Financial Indonesia, AXA Tower Lantai 17, Kavling 18, Kuningan City, Jakarta 12940

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Juli 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger