Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 07 Agustus 2017

ARTIKEL OPINI: Arti Strategis 50 Tahun ASEAN ( JOSE TAVARES)

Di usia yang ke-50, ASEAN telah meletakan platform diplomasi regional yang andal. Negara-negara, termasuk yang berkekuatan besar, berhimpun secara reguler di kawasan ini untuk secara kolektif menggapai kepentingan dan mengelola tantangan bersama. Tidak dapat dimungkiri, ASEAN telah bertransformasi menjadi wadah diplomasi strategis bagi kepentingan beberapa negara, kecil dan besar, yang tak jarang berseberangan.

Di tengah dunia yang dirundung ketidakpastian, ASEAN yang telah berumur setengah abad ini tumbuh semakin dinamis dan penuh kepastian. Kepastian mengenai arah ke depan melalui komitmen tertinggi para kepala negara atau pemerintahan yang tertuang dalam cetak biru ASEAN Vision 2025: Forging Ahead Together. ASEAN tidak luput dari pandangan skeptis yang pada mulanya beranggapan bahwa ASEAN akan mengikuti jejak pendahulunya, ASA dan Maphilindo, yang berusia singkat.

Deklarasi Bangkok bukan hanya menciptakan fondasi dasar untuk memajukan kerja sama dalam bidang ekonomi, sosial budaya, perdamaian dan stabilitas. Namun, yang tak kalah penting adalah bahwa deklarasi itu diikuti dan diperkuat dengan deklarasi Zone of Peace, Freedom and Neutrality, Treaty of Amity and Cooperation, dan Bali Principles yang menaburkan nilai dan norma tata perilaku damai dalam hubungan antarnegara di kawasan.

Mencapai tujuan tersebut bukan hal mudah. ASEAN harus mengikis pandangan tradisional yang melihat hubungan antarnegara didominasi kepentingan jangka pendek dan zero sum game. Melalui pendekatan konstruktif, ASEAN melakukan rekayasa sosial-politik untuk mengubah wajah kawasan yang tidak ramah, konfrontatif dan muram, menjadi kawasan produktif dan saling menguntungkan.

Capaian ASEAN

Perdamaian dan stabilitas kawasan merupakan capaian utama ASEAN. Walaupun sering kali terabaikan dan seolah tercipta dengan sendirinya, sesungguhnya hal itu merupakan hasil upaya yang gigih dan berkesinambungan. Kondisi ini merupakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial yang memberikan manfaat kepada masyarakat.

Pada 2016, total produk domestik bruto (PDB) ASEAN telah mencapai 2,55 triliun dollar AS dengan rata-rata PDB per kapita 4.021 dollar AS per tahun dan pertumbuhan PDB mencapai 4,8 persen, lebih tinggi daripada PDB global yang berada pada kisaran 3,1 persen. Total perdagangan ASEAN naik sebesar 700 miliar dollar AS pada periode 2007-2015 dengan total nilai perdagangan pada 2016 mencapai 2,22 triliun dollar AS, menjadikan ASEAN dengan ekonomi keenam terbesar dunia danketiga terbesar di Asia.

Dari totalperdagangan, porsi perdagangan intra-ASEAN 520,96 miliar dollar AS atau 23,48 persen. Rata-rata pertumbuhan ekonomi 5,2 persen pada 2007-2015, menjadikan ASEAN salah satu kawasan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.

Total investasi di ASEAN pada 2016 mencapai 119,9 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, 18,5 persen (sekitar 22,18 miliar dollar AS) merupakan investasi intra-ASEAN, dengan 42,7 persen masuk ke Indonesia. Di bidang pariwisata, pada 2016 tercatat 108,8 juta wisatawan berkunjung ke ASEAN, di antaranya 48,9 juta wisatawan intra-ASEAN. Geliat pilar-pilar kegiatan ekonomi itu menjadikan ASEAN salah satu pusat perkembangan ekonomi dunia.

Dalam bidang sosial-budaya, capaian ASEAN tak bisa dipandang sebelah mata. ASEAN Coordination Center for Humanitarian Assistance on Disaster Management yang berada di Jakarta,sebagai badan koordinasi bantuan kemanusiaan di kawasan, menjadi salah satu capaian penting dalam meningkatkan respons kawasan dalam menghadapi dan menanggulangi dampak bencana. Selain itu, kerja sama dalam isu kesehatan, pendidikan, dan lingkungan hidup menjanjikan koordinasi yang lebih baik untuk mengumpulkan sumber daya dan meningkatkan kapasitas bersama guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN. Dinamika kerja sama di kawasan berakibat pada pengurangan jumlah kemiskinan absolut yang pada 1990 mencapai 45 persen dari total penduduk ASEAN 436.736.000 jiwa,turun drastis menjadi 15 persen pada 2010 dari total penduduk ASEAN 609.161.000 saat itu.

Kemajuan kawasan Asia Tenggara sangat kontras jika kita bandingkan dengan kawasan berkembang lain di dunia. Kondisi Amerika Latin dan Karibia, misalnya, mengalami masa sulit dalam beberapa tahun terakhir, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) mengalami kontraksi dengan pertumbuhan sebesar minus 0,3 persen pada kuartal IV-2016. Kondisi Timur Tengah juga mengalami tekanan berat dengan adanya konflik diplomatik dan konflik bersenjata yang tidak kunjung selesai.

Uni Eropa (UE), kiblat organisasi regional dunia, juga mengalami kendala. Munculnya sentimen anti-regionalisme mengancam integrasi Eropa, ditandai oleh Brexit, yang berpotensi diikuti negara anggota UE lain. Walaupun secara ekonomi UE masih merupakan organisasi terbesar, guliran kondisi keamanan, migrasi, dan ekonomi dunia menjadi ancaman yang tidak bisa dipandang remeh oleh UE.

Di saat bersamaan, apresiasi dunia internasional terhadap ASEAN terus meningkat. Kini, ASEAN memiliki 11 mitra wicara (Amerika Serikat, Australia, India, Jepang, Kanada, Korea Selatan, China, Rusia, Selandia Baru, UE, PBB); tiga mitra sektoral (Pakistan, Norwegia, Swiss); dan satu mitra pembangunan (Jerman) dengan berbagai modalitas kerja sama dan bantuan. Sementara itu, puluhan negara dan kelompok regional lain berkehendak menjadi mitra ASEAN.

Capaian itu tak didapat dengan mudah. Setidaknya beberapa faktor menjadi kunci utama keberhasilan ASEAN. Pertama, ASEAN berhasil menanamkan budaya dialog dan konsultasi untuk menghasilkan penyelesaian damai bagi berbagai sengketa antarnegara. Sengketa teritorial yang semula dianggap batu sandungan bagi kerja sama regional dapat diselesaikan melalui proses diplomasi dan hukum untuk mencapai tujuan lebih besar. Pembangunan identitas sebagai satu kawasan menjadi sangat penting mengingat kesatuan antarnegara di kawasan akan menciptakan profil kawasan yang lebih signifikan.

Kedua, equal footing melalui konsensus memberikan rasa percaya kepada seluruh anggota bahwa perbedaan yang ada dapat dibicarakan secara baik-baik. Konsensus juga menjamin isu-isu sensitif di kawasan, seperti HAM dan demokrasi, tetap punya tempat di ASEAN. Di sisi lain, konsensus memberikan ruang bagi tiap negara untuk bergabung, berkembang, dan bertransformasi bersama ASEAN. Prinsip pengambilan keputusan ini telah memberikan kesatuan pada ASEAN yang terbentuk dari beragam budaya, agama, sejarah, taraf ekonomi, dan sistem pemerintahan.

Ketiga, kerja sama ekonomi ASEAN mampu menciptakan pertumbuhan stabil dan berkelanjutan. Krisis ekonomi di Asia pada penghujung 1990-an telah mendorong model kerja sama ekonomi yang lebih baik di ASEAN. Perdagangan dan investasi intra-ASEAN terbukti menjadi salah satu penopang pemajuan ekonomi ASEAN di tengah laju perlambatan ekonomi dunia.

Tantangan ke depan

Stabilitas keamanan dan pertumbuhan ekonomi yang baik bukan merupakan kondisi alami, tetapi membutuhkan upaya untuk menciptakan dan memeliharanya.

Pemeliharaan perdamaian dan penyelesaian masalah perbatasan antarnegara anggota ASEAN tetap merupakan tantangan ASEAN yang perlu terus diupayakan penyelesaiannya. Selain itu, sengketa teritorial dan maritim, seperti Laut China Selatan, menunjukkan ancaman tradisional tetap merupakan tantangan bagi ASEAN. Persaingan antara negara-negara berkekuatan besar dengan bangkitnya China sebagai kekuatan baru di samping kekuatan adidaya Amerika Serikat, serta Rusia, India, dan Jepang juga membawa perubahan kontestasi kekuatan di kawasan perlu disikapi dengan bijak oleh ASEAN.

Di tengah kontestasi kekuatan tersebut, sentralitas ASEAN dalam menghadapi dominasi kekuatan-kekuatan besar dipertanyakan. Keberpihakan pada satu kekuatan akan mengingkari roh kolektivitas ASEAN dan akan melunturkan sentralitasnya. Oleh karena itu, ASEAN tak serta-merta memihak salah satu kekuatan, tetapi akan secara jernih memilah isu per isu sesuai dengan kepentingan kolektif ASEAN.

Mantan Menteri Luar Negeri RI, Adam Malik, mengatakan, "…negara yang lebih kecil di kawasan tak mempunyai harapan untuk memengaruhi pola pengaruh dominasi dari negara-negara besar. Kecuali mereka bertindak kolektif hingga membangun kapasitas untuk membentuk kesatuan, stabilitas, dan tujuan bersama". Saat ini, tujuan ASEAN telah tecermin dengan terbentuknya Masyarakat ASEAN yang membawa perdamaian, stabilitas, dan kemajuan bagi rakyat secara berkelanjutan.

Masyarakat ASEAN juga memberikan kapasitas kepada ASEAN untuk menciptakan mekanisme keamanan dan ekonomi kawasan dengan menggandeng negara/organisasi internasional yang berpengaruh untuk peningkatan kesejahteraan di ASEAN. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya pembangunan Masyarakat ASEAN menjadi kunci bagi ASEAN guna menentukan arah masa depan kawasan.

Dalam konteks internal, pembangunan Masyarakat ASEAN agar lebih bermanfaat bagi masyarakat menjadi perhatian utama sekaligus tantangan. ASEAN harus memastikan agar pembangunan Masyarakat ASEAN menjadi proses yang inklusif, yang berpusat dan berorientasi pada rakyat. Partisipasi seluruh pemangku kepentingan perlu ditingkatkan melalui mekanisme di badan sektoral dan konsultasi di tingkat nasional. Penguatan kerja sama dalam bidang yang melingkupi kepentingan masyarakat, seperti HAM, kesehatan, kesejahteraan sosial, dan ekonomi mikro, kecil, dan menengah perlu dapat perhatian lebih guna menjamin manfaat Masyarakat ASEAN dirasakan oleh semua lapisan.

Di saat yang sama, ASEAN perlu menjadi organisasi yang proaktif dan responsif atas berbagai dinamika di kawasan. ASEAN perlu memberikan solusi bersama bagi kasus terorisme di Marawi dan pembangunan serta rekonsiliasi di Rakhine State guna mencegah munculnya instabilitas kawasan. Paradigma prinsip non-intervensi yang kaku dan lamanya proses konsensus harus diubah untuk menghadapi tantangan ASEAN yang semakin kompleks.

Dengan meningkatnya harapan dan tuntutan masyarakat terhadap ASEAN, sudah sepatutnya Sekretariat ASEAN diperkuat dengan personalia dan anggaran yang lebih besar agar secara lebih efektif membantu negara anggota melaksanakan komitmennya. Berbagai tantangan tersebut menandakan pekerjaan ASEAN yang tidak akan pernah selesai.

Mengelola berbagai potensi konflik, memperkokoh kemandirian, serta menjaga kesatuan dan sentralitas ASEAN menjadi pekerjaan yang senantiasa perlu diperkuat. Setelah 50 tahun terbentuk, ASEAN sejatinya telah berhasil menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan serta mendorong kemajuan ekonomi dan sosial. Dengan memahami ASEAN secara lebih baik, kita dapat memperkuat aset regional ini bagi kepentingan masyarakat di kawasan.

JOSE TAVARES, DIREKTUR JENDERAL KERJA SAMA ASEAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Arti Strategis 50 Tahun ASEAN".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger