Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 18 Agustus 2017

TAJUK RENCANA: Atasi Segera Krisis Kemanusiaan (Kompas)

Krisis di Yaman semakin sulit dikendalikan menyusul semakin banyaknya warga sipil yang tewas dalam perang saudara selama 30 bulan ini.

Dalam enam bulan pertama 2017 jumlah warga sipil Yaman yang meninggal akibat serangan koalisi yang dipimpin Arab Saudi mencapai 5.676 orang, jauh dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 3.936 orang. Lebih dari 3 juta warga Yaman dilaporkan mengungsi.

Kluster perlindungan untuk Yaman yang disponsori Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) menyatakan, jumlah korban tewas selama perang saudara lebih dari 10.000 orang. Koordinator Masalah Kemanusiaan (OCHA) memperkirakan lebih dari 45.000 orang mengalami cedera.

Sementara itu, hingga awal Agustus 2017 korban tewas akibat kolera di Yaman mencapai 2.000 orang dan sedikitnya 5.000 orang setiap hari terjangkit penyakit ini. Kondisi ini jauh lebih buruk dibandingkan dengan wabah kolera yang pernah menimpa Haiti pada 2010 yang merenggut sedikitnya 9.000 orang.

Kolera mulai menyebar di Yaman diperkirakan sejak April 2017. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sampai Juni 2017 baru sekitar 100.000 warga yang terkena. Namun, hingga awal Agustus penderita kolera di Yaman sudah mencapai 500.000 orang. Pemberian vaksin antikolera tidak efektif mencegah penyebaran karena masifnya warga yang terjangkit kolera.

Perang saudara ini tak mungkin segera berakhir mengingat dukungan terhadap faksi-faksi yang berperang bersifat ideologis. Kelompok Syiah Houti mendapat dukungan Iran, sedangkan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi didukung Arab Saudi yang Suni. Iran dan Arab bersaing untuk menjadi "pemimpin" di kawasan Timur Tengah.

Bahkan, dalam pasukan koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi terjadi persaingan antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Bank Sentral Yaman yang loyal kepada Arab Saudi menuduh koalisi Arab menghambat masuknya mata uang baru Yaman yang dicetak di Rusia. Bandara Aden, ibu kota Yaman yang "dikuasai" Emirat Arab, tidak mengizinkan pesawat pengangkut uang itu mendarat.

Dalam kasus serangan udara oleh pasukan koalisi Arab dalam enam bulan terakhir ini, laporan UNHCR dan OCHA tidak merinci negara mana dari koalisi yang harus bertanggung jawab. Wilayah serangan meliputi Provinsi Taiz, Saada, Hajjah, Sanaa, Al Jawf, dan Marib. Yang jelas, sejak Maret 2015 wilayah udara Yaman sepenuhnya dikuasai Arab Saudi.

Krisis kemanusiaan di Yaman harus segera dicarikan solusinya untuk menghindari korban yang kian banyak. Upaya kemanusiaan harus didahulukan daripada penyelesaian politik yang solusinya tidak mudah karena permasalahannya semakin kompleks.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Atasi Segera Krisis Kemanusiaan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger