Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 11 Agustus 2017

TAJUK RENCANA: Pesan Toleransi dari Yogya (Kompas)

Pesan toleransi, itulah pesan terpenting acara Temu Orang Muda Asia 2017 (Asian Youth Day 2017), 2-6 Agustus 2017, di Yogyakarta.

Acara temu orang muda yang diikuti sekitar 2.000 orang muda Katolik dari 22 negara di Asia dan bertema "Joyful Asia Youth, Living the Gospel in Multicultural Asia" itu dimulai sejak 30 Juli 2017. Acara di Yogyakarta merupakan puncak pertemuan mereka dengan masyarakat Indonesia dari sejumlah daerah dari 11 keuskupan. Pertemuan tahunan ini yang ketujuh, pertama kali di Indonesia, sebelumnya di sejumlah negara lain di Asia.

Mereka live in, tinggal bersama dalam keluarga-keluarga non-Katolik, ditemani orang muda dari Islam. Hanya beberapa hari, tetapi mereka menyaksikan keragaman masyarakat Indonesia. Salah satu syarat kehidupan yang harmonis dalam situasi keberagaman adalah toleransi: menghargai dan menghormati hak asasi masing-masing.

Pesan terakhir yang disampaikan dalam acara penutupan yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, 7 Agustus, itu mengisyaratkan kerinduan hidup bersama yang rukun, saling bertenggang rasa, dan saling menghargai. Negara-negara di Asia adalah representasi keberagaman dan keragaman menjadi kekuatan.

Kalau pesan mereka kita tarik dalam kondisi aktual Indonesia, niscaya mengharukan, sekaligus mengentak. Berdasarkan data Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, selama 2016 diterima 97 aduan pelanggaran hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan. Pelaku terbanyak, 52 di antaranya, adalah pemerintah daerah.

Melakukan perubahan dari intoleran menjadi toleran tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh proses panjang, apalagi sangat terkait dengan kondisi perpolitikan. Mengubah perilaku intoleran ke perilaku toleran sebagai habitus, selain butuh perlindungan hukum, juga keteladanan para elite agama dan juga elite politik.

Kalau sikap dan kebiasaan intoleran dibiarkan berkembang, potensi sisi negatif keberagaman berakibat memecah belah. Kita melawan fakta sejarah dan keinginan para pendiri negara bahwa Indonesia didesain dan dikembangkan atas keberagaman.

Pujian para pemimpin dunia atas kondisi kerukunan Indonesia di atas keanekaragaman jangan sampai jadi lip service atau sindiran. Kita kembangkan dan buktikan, Indonesia benar-benar layak menerima pujian itu.

Dalam konteks itu pertemuan anak-anak muda Asia di Yogyakarta menampilkan kerinduan dan harapan. Pesan toleransi mereka menjadi pelecut agar kita membangun kehidupan yang toleran. Perlindungan plus penegakan hukum serta teladan elite politik dan elite pemimpin agama-agama niscaya menjadi acuan merealisasi pesan toleransi yang sifatnya abadi untuk kita, Indonesia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Pesan Toleransi dari Yogya".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger