Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 05 Agustus 2017

TAJUK RENCANA: Tingkatkan Kewaspadaan (Kompas)

Keterlibatan komandan senior Negara Islam di Irak dan Suriah dalam rencana pengeboman pesawat di Australia patut jadi perhatian aparat di Indonesia.

Apalagi, Wakil Komandan Kepolisian Australia (AFP) Michael Phelan menyebutkan, pengiriman sejumlah peralatan yang dapat dibuat bom rakitan itu lolos dari pemeriksaan di Bandara Sydney pada 15 Juli 2017. Ia menambahkan, komandan senior NIIS berusaha menyelundupkan alat peledak. Bom rakitan itu akan dipakai untuk meledakkan pesawat Etihad Airways, tetapi dapat digagalkan. Empat orang ditangkap dalam sebuah penggerebekan di Sydney, Sabtu (29/7).

Dua orang bersaudara, Khaled Khayat dan Mahmoud Khayat, dituduh menyiapkan atau merencanakan tindakan terorisme. Polisi mengatakan, semua peralatan dikirim lewat perusahaan kargo internasional dari Turki via operator NIIS di Suriah.

"Dengan bantuan komandan NIIS, terdakwa mendapatkan alat yang kami yakini dapat berfungsi sebagai bom rakitan untuk ditempatkan pada penerbangan itu, tetapi mereka lebih dahulu ditangkap," kata Phelan. Ia menegaskan, butuh waktu cukup lama untuk membuat bom dari peralatan yang dikirim itu.

Senin lalu, Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) mengaku bertanggung jawab atas peledakan bom di Kedutaan Besar Irak di Afganistan dan sebuah masjid di Herat. Kedua serangan itu mengindikasikan upaya NIIS untuk membawa konflik keluar dari Timur Tengah.

Kantor berita Reuters melaporkan, pejabat keamanan percaya NIIS sudah berada di sembilan provinsi di Afganistan, antara lain di Nangarhar, Kunar, Jawzjan, Faryab, Badakhshan, dan Ghor. Mengutip Kepala Kepolisian Kunar Juma Gul Hemat, Reuters melaporkan, mereka bukan hanya dari Pakistan atau bekas Taliban, melainkan dari negara lain dan kelompok kecil lainnya telah menjanjikan kesetiaan kepada NIIS.

NIIS terus menebar teror, bahkan mereka berusaha memperluas aksi teror bukan hanya di kawasan Timur Tengah, melainkan juga ke belahan dunia lain, seperti Asia Tengah, Eropa, Asia Tenggara, dan Australia. Setelah Mosul direbut pasukan Pemerintah Irak, dan di tengah gempuran dahsyat pasukan koalisi Rusia ke Raqqa, NIIS mencoba mengalihkan perjuangannya ke Asia Tengah.

Kita tidak boleh lengah menghadapi aksi terorisme yang bisa terjadi setiap saat. Manila belum menguasai keamanan di Mindanao. Begitu juga Bangkok, yang belum sepenuhnya menguasai keamanan di Thailand selatan.

Meski kondisinya sedikit lebih baik, Indonesia tetap harus waspada karena dalam banyak hal masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan masyarakat Mindanao dan Thailand selatan. Kondisi keamanan tak dapat dibebankan sepenuhnya kepada aparat, dan kesadaran masyarakat terhadap ancaman itu perlu terus ditingkatkan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Tingkatkan Kewaspadaan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger