.

Sejak reformasi 1998, perjalanan demokrasi Indonesia dengan segala dinamikanya menjadi pusat perhatian dunia. Masyarakat internasional pun menilai bahwa demokrasi di Indonesia berkembang luar biasa pesat dan berjalan ke arah yang tepat.

Banyak negara menggunakan demokrasi Indonesia sebagai rujukan sekaligus sumber inspirasi dan energi pemajuan demokrasi. Namun, semua ini tentunya dengan perjuangan dan tantangan.

Demokrasi Indonesia yang direformasi itu, faktanya memang masih relatif muda usia. Namun, Indonesia berhasil mengukuhkan diri menjadi negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan India. Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull memuji demokrasi Indonesia yang kompatibel dengan Islam dan modernisasi.

Satu dekade setelah reformasi, pada 2008 Indonesia berinisiatif menyelenggarakan Forum Demokrasi Bali (BDF), pertemuan internasional tingkat menteri yang diselenggarakan di Bali. Sampai kini, BDF, forum tahunan itu, menjadi ikon demokrasi negara-negara Asia Pasifik dan berbagai kawasan lain.

Bagi Indonesia, promosi demokrasi merupakan bagian tak terpisahkan dari kebijakan luar negeri. Demokrasi juga menjadi salah satu aset penting diplomasi Indonesia. Karena itu, BDF ikut membantu mewujudkan terbentuknya arsitektur demokrasi yang kuat di kawasan dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan, dengan menganut prinsip persamaan, saling pengertian, dan menghargai satu sama lain. Indonesia membangun demokrasi tidak saja di dalam negeri, juga berperan aktif di beberapa negara dan kawasan.

Ketika membuka BDF Ke-9 tahun lalu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk menjadikan BDF sebagai suatu forum yang nyaman bagi setiap negara untuk berbagi pengalaman dalam berdemokrasi dan saling memperkuat satu sama lain.

Tahun ke-10

BDF telah memberi kontribusi penting bagi pemajuan demokrasi dunia. Indonesia, termasuk melalui Institute for Peace and Democracy (IPD), menyelenggarakan berbagai kegiatan, seperti lokakarya, seminar, dan pelatihan mengenai demokrasi, yang diikuti negara-negara berbagai kawasan.

Menurut Menteri Luar Negeri Malaysia Dato' Sri Anifah Aman, BDF akan terus merefleksikan kepentingan banyak negara serta mengonsolidasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi. Bahkan BDF dapat membangun kerja sama memperkuat demokrasi di Asia dan dunia. Sementara itu, pemimpin Parlemen Mongolia Gonchigdorj Radnaasummberel memuji Indonesia layak menjadi acuan negara-negara Asia yang sedang mengembangkan demokrasi.

Sebagai lanjutan upaya, perjuangan, dan kontribusinya dalam pemajuan demokrasi, pada 7-8 Desember 2017, Pemerintah Indonesia menyelenggarakan BDF Ke-10 di Bali dengan tema "Does Democracy Deliver?"

Tema ini diangkat guna melihat apakah mesin demokrasi benar-benar berjalan dan diterapkan dengan benar. Memastikan demokrasi bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, terutama dalam mengelola keragaman, kesetaraan, keadilan sosial, keamanan, dan kemajuan ekonomi.

Dalam penyelenggaraan BDF Ke-10, setidaknya ada tiga hal yang membedakannya dari BDF tahun-tahun sebelumnya.

Pertama, mendahului BDF Ke-10, Kementerian Luar Negeri Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Tunisia dan ITES (Institut Tunisien des Etudes Stratégiques) menyelenggarakan BDF Chapter Tunis pada 2 Oktober 2017 di Tunisia. Ini merupakan salah satu bukti nyata bahwa komitmen Indonesia dan spirit BDF merentang luas menjangkau kawasan lain di luar Indonesia. Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dalam pidato kunci pada forum tersebut mengharapkan BDF Chapter Tunis dapat membantu menginspirasi institusionalisasi demokrasi di Afrika Utara, sekaligus memberi nilai tambah BDF Ke-10.

Menteri Luar Negeri Tunisia Khimenes Jinaoui mengatakan, BDF Chapter Tunis sebagai BDF pertama di luar Indonesia semakin memperkuat postur Indonesia sebagai negara dengan komunitas Islam moderat yang berkomitmen tinggi pada penguatan demokrasi melalui dialog.

Indonesia berkomitmen

Kedua, pada saat dan tempat yang sama dengan BDF Ke-10, untuk pertama kalinya, sekitar 150 mahasiswa dari beberapa negara di dunia akan mengikuti Bali Democracy Students Conference (BDSC). Konferensi ini sekaligus menunjukkan sekali lagi komitmen Pemerintah Indonesia menanamkan nilai-nilai demokrasi, termasuk kepada generasi muda. Dengan tema "From Campus for Democracy", BDSC diharapkan menjadi jembatan penyebaran pemahaman nilai-nilai demokrasi di kalangan mahasiswa dan generasi muda.

Ketiga, pertama di dalam sejarah BDF, para menteri yang hadir berbicara dan berdialog dengan peserta dalam sebuah panel yang dipandu moderator. Panel tersebut diharapkan mampu melahirkan pemikiran-pemikiran baru sekaligus pemahaman yang lebih baik dalam upaya penegakan demokrasi dengan manfaat nyata yang dapat dirasakan masyarakat.

Karena itu, panel menteri ini mendiskusikan subtema "Democracy in Managing Diversity, Security, Equity and Social Justice". Tahun-tahun sebelumnya, para menteri dan ketua delegasi lain menyampaikan pernyataan dalam sesi debat.

Diperjuangkan

Demokrasi tidak hanya memberi hak bersuara sama bagi individu, tetapi juga memberi kesempatan luas kepada negara untuk melakukan perubahan dan kemajuan di berbagai bidang.

Namun, di banyak negara demokrasi, terutama di Asia Pasifik dan Afrika, ternyata pembangunan, kesejahteraan ekonomi, keadilan sosial, perdamaian, dan stabilitas politik masih menjadi perhatian serius dan persoalan mendasar. Wajar jika kemudian muncul pertanyaan, apakah demokrasi memberi manfaat dan bermakna dalam mengatasi berbagai persoalan tersebut.

Demokrasi bukan hadir secara tiba-tiba. Demokrasi harus dipelihara dan diperjuangkan. Retno Marsudi mengatakan, demokrasi adalah proses yang berkelanjutan dan bukan tujuan, karena tujuan kita bernegara adalah mencapai kesejahteraan dan decent lifebagi seluruh rakyat.

Tema BDF Ke-10, "Does Democracy Deliver?" tentu sangat relevan dilihat selain dari makna dan tujuan demokrasi, juga dengan perkembangan, situasi, dan tantangan yang dihadapi sejumlah negara dan kawasan. Bahkan, apalagi dikaitkan dengan keseriusan Indonesia dalam diplomasi politik, keamanan, dan perdamaian dunia. Sejalan dengan slogan "Indonesia True Partner for World Peace", maka BDF Ke-10 menjadi forum yang sangat penting dan strategis.

Namun, yang paling utama tentunya adalah agenda ke depan dan tindak lanjut BDF Ke-10.

Al Busyra Basnur