Ketika Partai Demokratik Bebas (FDP) menyatakan menarik diri dari perundingan untuk membentuk pemerintahan bersama partai Merkel, Uni Demokratik Kristen/Uni Sosialis Kristen (CDU/CSU), dan Partai Hijau akibat perbedaan yang tidak dapat dijembatani, untuk pertama kalinya Jerman mengalami krisis politik sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Krisis terjadi karena opsi bagi Merkel menjadi sangat sempit. Opsi koalisi hanya tinggal dengan Partai Hijau dan koalisi kedua partai belum mencapai mayoritas di parlemen. Sementara Partai Sosialis Demokrat (SPD) yang meraih suara terbanyak kedua sejak awal sudah menyatakan akan menjadi oposisi. Partai tersisa lainnya, yaitu Alternatif untuk Jerman (AfD), tidak mungkin diajak berkoalisi karena membawa ideologi ekstrem kanan.

Jika opsi yang dipilih adalah pemerintahan minoritas, pemerintahan ini akan sulit menjalankan kebijakannya, terutama yang menyangkut isu-isu besar, seperti reformasi di bidang ekonomi dan pendidikan. Bukan hanya itu, Jerman yang "lemah" akan sulit menjadi lokomotif di Uni Eropa yang saat ini juga sedang menghadapi tantangan besar, mulai dari terorisme, populisme, banjir imigran, Brexit, sampai separatisme Catalonia.

Itu sebabnya, Merkel pribadi lebih condong untuk melakukan pemilu ulang. Namun, pemilu baru pun diperkirakan tidak akan banyak mengubah komposisi yang ada sekarang ini sehingga bayang-bayang kebuntuan tetap akan terjadi. Kalaupun ada partai yang kemungkinan meraih popularitas lebih besar, itu adalah AfD yang untuk pertama kalinya menembus parlemen nasional dengan 90 kursi (dari 720 kursi).

Apakah kans Merkel untuk menjadi kanselir keempat kalinya menjadi terancam? Bisa jadi. Untuk memulai proses pemilu baru, Presiden Frank-Walter Steinmeier memiliki wewenang untuk mengajukan Merkel menjadi kanselir lewat pemungutan suara di parlemen. Jika Merkel meraih suara mayoritas, ia bisa menjadi kanselir. Namun, apa pun bisa terjadi di sini, terlebih jika semangat partisan mengalahkan akal sehat.

Untung saja krisis politik di Jerman ini tidak membuat kepanikan di pasar keuangan Eropa. Selain karena perekonomian Jerman yang sangat baik, pemerintahan yang berjalan saat ini juga masih dipercaya meskipun mereka tidak bisa membuat keputusan penting.

Alhasil, jika krisis politik di negara terkaya di Eropa ini terus berlarut-larut dalam waktu panjang, dikhawatirkan stabilitas yang saat ini terjaga baik bisa terguncang. Akibatnya akan sangat serius, bukan saja bagi Jerman, melainkan juga bagi Eropa secara keseluruhan.

Kompas, 22 November 2017