Sejak berdiri, Arab Saudi menjadikan Mazhab Wahabi sebagai ajaran resmi negara. Mazhab ini menerapkan aturan sistem perwalian yang membuat perempuan harus mendapat izin dari pria anggota keluarga untuk beraktivitas atau berkegiatan, seperti belajar, bepergian, dan aktivitas lain. Pria anggota keluarga yang dimaksud adalah ayah, suami, atau saudara laki-laki.

Namun, di bawah kendali Pangeran Mohammed, Arab Saudi mereformasi diri melalui pelonggaran aturan seiring penerapan Visi Arab Saudi 2030. Visi ini mencakup reformasi di bidang sosial dan ekonomi sebagai antisipasi berakhirnya era minyak bumi.

Polisi Saudi sempat menangkap seorang perempuan saat menyaksikan laga sepak bola di Stadion Al-Jawhara, Jeddah, dua tahun lalu. Media setempat mengabarkan, perempuan itu menyembunyikan identitas dengan memakai celana panjang, baju lengan panjang, topi, dan kacamata.

Tahun depan, Arab Saudi mengizinkan perempuan menonton pertandingan olahraga langsung di stadion dan mengemudikan kendaraan sendiri. Stadion di kota Riyadh, Jeddah, dan Dammam siap dibuka bagi perempuan. Kerajaan juga akan melengkapi aneka fasilitas di kompleks stadion, seperti restoran, kafe, dan layar video.

"Itu sangat berarti bagi saya. Itu tidak semata karena kami bisa menonton olahraga, tetapi sekarang kami dapat meraih hak-hak kami," kata Sarah Alhelal, instruktur kebugaran di kota Khobar.

Kerajaan juga diharapkan menghapus larangan bagi perempuan pergi ke ruang publik serta memperbolehkan perempuan dan laki-laki berada dalam satu acara tertentu. Selama ini ada ruang pemisah antara perempuan dan laki-laki di ruang publik.

Berbagai program reformasi Pangeran Mohammed diperkirakan menghadapi penentangan kelompok konservatif. Namun, sejauh ini belum terungkap kepada publik suara penentangan mereka. Beberapa ulama konservatif yang selama ini kukuh menentang pemberian kelonggaran sosial kepada perempuan melunak. Bahkan, sebagian sudah berubah dengan mengikuti keinginan reformasi.

Apakah motif reformasi oleh Pangeran Mohammed untuk warganya yang 70 persen berusia di bawah 30 tahun ini? Ataukah dia ingin menangkal tuduhan Qatar yang menyatakan bahwa Arab Saudi menjadi kiblat sebagian besar kelompok radikal?