Angka pengangguran terbuka bergeming di sekitar 7 juta orang atau 5,5 persen dari angkatan kerja. Data Badan Pusat Statistik bahkan menunjukkan meningkatnya angka pengangguran dari 7,03 juta orang per Agustus 2016 menjadi 7,04 juta orang pada periode sama 2017 (Kompas, 13/11).

Penyebabnya, pertumbuhan jumlah angkatan kerja yang tak dibarengi kemampuan ekonomi untuk menyerapnya. Rendahnya kemampuan penyerapan terjadi sejalan dengan menurunnya elastisitas pertumbuhan terhadap lapangan kerja. Jika pada 2004 setiap persen pertumbuhan ekonomi mampu menyerap 450.000 tenaga kerja, sejak 2012 hanya mampu menyerap kurang dari 200.000 tenaga kerja.

Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen, dan pertumbuhan angkatan kerja 3 juta orang per tahun, sulit menurunkan pengangguran secara signifikan, kecuali dilakukan terobosan kebijakan pro-penciptaan lapangan kerja untuk menyediakan lapangan kerja produktif.

Oleh karena itu, selain menggenjot pertumbuhan ekonomi, kita mengapresiasi langkah pemerintah untuk fokus pada masalah pengangguran dan penciptaan lapangan kerja pada 2018 dengan menugaskan sejumlah kementerian untuk menggerakkan berbagai program padat karya dan pemberdayaan. Dengan langkah ini diharapkan terjadi penurunan pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan.

Tanpa upaya serius pemerintah memperluas lapangan kerja, kita mencemaskan terjadinya bom waktu sosial mengingat selain kecenderungan meningkatnya pengangguran terdidik di perkotaan, sektor-sektor yang mengalami penciutan penyerapan lapangan kerja adalah sektor-sektor yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, khususnya tenaga kerja tidak terampil.

Berkaca dari mismatch yang terjadi antara lapangan kerja dan tenaga kerja selama ini, lapangan kerja yang diciptakan sudah selayaknya juga difokuskan di kantong-kantong yang paling memerlukan dengan mempertimbangkan pula struktur demografi angkatan kerja.

Secara sektoral, peningkatan penyerapan tenaga kerja terjadi di sektor jasa, manufaktur, perdagangan, transportasi, dan keuangan. Sebaliknya, sejumlah sektor menunjukkan gejala penciutan lapangan kerja, khususnya pertanian dan pertambangan. Pelambatan penyerapan juga terjadi di sektor konstruksi meski ada proyek pembangunan infrastruktur besar-besaran oleh pemerintah.

Tren penurunan pertumbuhan dan penyerapan angkatan kerja di sektor seperti pertanian di satu sisi menggambarkan pergeseran struktur perekonomian nasional, tetapi di sisi lain mengkhawatirkan karena sektor ini masih jadi tumpuan hidup tenaga tak terampil perdesaan.