Dunia sangat terkejut dengan tindak kekerasan yang berlangsung di Masjid Al-Raudhah, kota Bir al-Abd, Sinai Utara, pada Jumat lalu itu. Apa yang terjadi sungguh di luar batas nalar kita semua. Bayangkan, di tempat ibadah yang tenang dan damai, sekelompok orang tega meledakkan bom dan menembaki ratusan warga yang baru selesai menjalankan shalat Jumat.

Jumlah korban tewas mencapai 305 orang. Laporan- laporan media menyebutkan, peristiwa ini merupakan serangan paling mematikan dalam sejarah Mesir modern.

Masyarakat internasional serentak segera mengecam sekeras-kerasnya serangan tersebut. Tindakan menyasar dan membunuh secara membabi buta ratusan warga sipil tak berdosa, termasuk anak-anak, tidak bisa diterima sama sekali, bahkan dalam kondisi perang sekalipun.

Dalam serangan-serangan sebelumnya di Sinai, pihak yang mengklaim bertanggung jawab biasanya kelompok Wilayah Sinai, sayap organisasi ekstrem Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Namun, dalam insiden di Masjid Al-Raudhah, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab.

Sebelum ini, serangan mematikan memang sudah beberapa kali terjadi di wilayah Sinai dengan sasarannya adalah tentara atau polisi, serta komunitas Kristen Koptik. Penembakan dan peledakan bom dengan sasaran warga Muslim yang sedang berada di masjid tergolong baru. Namun, warga yang disasar dalam serangan Jumat itu memang berasal dari tarekat Sufi yang dianggap sebagai lawan oleh kelompok ekstrem di Sinai. Seorang pemimpin Sufi setempat beberapa waktu lalu tewas dibunuh oleh anggota kelompok ekstrem.

Sejak Presiden Muhammad Mursi digulingkan pada tahun 2013, aksi kekerasan di Sinai meningkat. Sebanyak 40.000-50.000 tentara Mesir kini dikerahkan di Sinai guna meredam berbagai tindak kekerasan tersebut.

Sayangnya, upaya pemerintahan Presiden Abdel Fatah el-Sisi untuk mengatasi serangan-serangan teror tampaknya jauh dari berhasil. Kala kelompok NIIS sudah berada dalam kondisi sangat lemah di basis mereka di Irak ataupun Suriah, serangan teror di wilayah Mesir justru semakin brutal dan tak terkendali.