Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 13 Desember 2017

Surat Kepada Redaksi: Lenyapnya Embun Pagi dan Petir Sore Hari di Cibinong//Tanggapan ‎Bank Mega//Tanggapan Indomobil (Kompas)


Lenyapnya Embun Pagi dan Petir Sore Hari di Cibinong

Setelah para pengusaha ramai-ramai berinvestasi membangun industri air mineral dengan kemasan gelas plastik, botol, dan galon di Cibinong, mulailah terasa akibat buruknya. Ini gara-gara air tanah disedot dengan menggunakan sumur-sumur raksasa artesis.

Banyak warga, termasuk saya, merasa bahwa udara di Cibinong kian hari bertambah panas. Bahkan, petir sore dan embun pagi pun lenyap, diduga ditelan alat teknologi artesis penyedot air tanah di wilayah Kecamatan Citeureup, Sentul, dan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Padahal, dulu, rutin di sana embun pagi dan petir sore hari. Namun, anugerah alam itu akhir-akhir ini hilang drastis.

Industri air mineral di sana bagaikan jamur pada musim hujan. Salah satu industri air mineral di Cibinong dan di Citeureup pernah beberapa kali dituding oleh konsumen yang mengonsumsi air kemasan itu tercemar lumut atau kotoran. Namun, tudingan itu ditepis oleh pihak pengolahan air tanah mineral. Pihak pabrik menyatakan, air kemasan mengeluarkan lumut jika terlalu lama terkena matahari.

Kami mengharapkan perhatian serius pihak BMKG untuk mendeteksi atau menganalisis secara ilmiah: berapa derajat celsius suhu udara di wilayah Kecamatan Citeureup, Sentul, dan Cibinong saat ini. Tentu pendeteksian ini mesti dikawal oleh para penegak hukum.

Artinya, selain mengusut modus penipuan dengan memanipulasi hasil sedotan air bawah tanah sebagai air pegunungan, sekaligus juga tentang lenyapnya embun pagi serta petir pada setiap sore hari yang kami duga dampak penyedotan air tanah secara besar-besaran.

Manaharan Siahaan Perum Bakosurtanal, Jalan Raya Cikaret, Pabuaran, Cibinong, Jawa Barat

Tanggapan
Bank Mega

Sebagai tanggapan atas surat Bapak Setiawan Suryana di Kompas (11/11), "Tagihan Jalan Terus", kami telah menghubungi beliau untuk menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami, memberi penjelasan terkait dengan keluhannya, dan menyelesaikan masalah kartu kredit Bank Mega yang bersangkutan. Bapak Setiawan Suryana telah menerima penjelasan yang diberikan dan tidak mempermasalahkannya lagi.

Christiana M DamanikSekretaris Perusahaan PT Bank Mega Tbk

Tanggapan Indomobil

Menanggapi surat Bapak Hans Tanaga di harian Kompas (18/11) berjudul "KM Mobil Baru", kami atas nama unsur pimpinan PT Indomobil Multi Trada cabang Daan Mogot menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.

Kami telah datang ke kediaman yang bersangkutan untuk menjelaskan secara langsung dan menyelesaikan masalah secara kekeluargaan. Bapak Hans menerima penjelasan kami.

Terima kasih atas kepercayaan kepada PT Indomobil Multi Trada cabang Daan Mogot.

Agus Wijaya Tedjakelana

Branch Manager
PT Indomobil Multi Trada Cabang Daan Mogot, Jakarta

Kurang Simpati

Nelayan menjadi satu dari sekian banyak profesi yang belum terinventarisasi, terklasifikasi lengkap, dan terhitung di Indonesia. Profesi ini layak dihargai dibandingkan dengan profesi lain yang justru menurunkan harkat kemanusiaan.

Memang, dari segi keekonomian, nelayan umumnya belum bernasib baik. Di sinilah peran pemerintah dan beberapa asosiasi kenelayanan untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan.

Penelusuran tim Kompas selama 9-10 November 2017 atas kondisi Teluk Jakarta setelah pencabutan moratorium reklamasi menghasilkan di antaranya satu tulisan simpati yang mengungkapkan kesusahan hidup para nelayan yang berdiam dan bekerja di sekitar kawasan reklamasi (Kompas, 4/12).

Hanya disayangkan, tulisan yang penuh simpati berakhir dengan empat kata bernada ejekan: "Siapa suruh jadi nelayan?" Bahkan, keempat kata itu justru menjadi judul tulisan.

Bagaimana perasaan hati penulis kalau menempatkan diri sebagai nelayan yang hidup "susah sejak dulu" dan "kian terimpit sejak Pulau N dibangun"?

Wim K Liyono Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Komppas, 13 Desember 2017
Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger