Cikal bakal peringatan Hari Ibu adalah pelaksanaan Kongres Wanita Indonesia pertama tahun 1928 di Yogyakarta. Kongres menyuarakan tekad memperbaiki posisi perempuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, termasuk penolakan atas perkawinan anak.

Waktu telah berlalu hampir 90 tahun sejak kongres pertama dilaksanakan, tetapi yang menjadi cita-cita kongres baru sebagian terwujud. Dari sisi pendidikan, jumlah perempuan yang bersekolah hingga perguruan tinggi tidak berbeda dari laki-laki. Namun, dalam banyak sektor perempuan masih memerlukan tindakan khusus sementara untuk dapat mengatasi ketertinggalan.

Dalam lapangan kerja, jumlah perempuan bekerja lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki, sebagian besar bekerja di sektor informal yang tingkat ketidakpastiannya tinggi. Dalam bidang politik, jumlah perempuan di lembaga legislatif belum dapat mencapai jumlah ideal 30 persen.

Yang paling memprihatinkan adalah masih tingginya perkawinan anak. Upaya menaikkan batas usia perkawinan untuk perempuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dari 16 tahun menjadi 18 tahun kandas di Mahkamah Konstitusi. Padahal, perkawinan usia dini membawa lebih banyak kerugian bagi perempuan dan masyarakat karena menghilangkan kesempatan perempuan mendapat pendidikan lebih tinggi dan mengembangkan diri dan pada sisi lain mengancam kesehatan dan hidup perempuan serta bayinya apabila hamil dan melahirkan pada usia muda.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memilih tema "Perempuan Berdaya, Indonesia Jaya" untuk peringatan Hari Ibu 2017. Pelaksanaan dipusatkan di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Pilihan tersebut agar perempuan di kawasan timur dapat belajar dari kemajuan perempuan dari bagian lain Indonesia yang datang ke peringatan dan mengurangi kesenjangan.

Kita berharap banyak kepada perempuan sebagai sosok yang melahirkan dan memelihara kehidupan ikut menjawab tantangan saat ini dan ke depan. Menguatnya politik identitas dapat mengancam Indonesia sebagai negara kesatuan. Perempuan sebagai yang melahirkan dan memelihara kehidupan dapat membawa pesan damai, hidup selaras, dan menjaga toleransi, terutama menghadapi pilkada tahun 2018.