Pertanyaan itu kiranya tepat untuk mengawali ulasan pendek ini. Apabila dikaitkan dengan kondisi terakhir, memang pertanyaan-pertanyaan di atas yang harus diajukan. Kondisi di Afghanistan nyaris tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Kalaupun berubah, justru berubah menjadi lebih buruk.
Serangan bom bunuh diri pada Sabtu lalu, di kawasan Chicken Street tempat beradanya kantor Uni Eropa, rumah sakit, dan wilayah pertokoan, menewaskan sekurang-kurangnya 95 orang dan melukai 158 orang lainnya. Serangan bom bunuh diri ini bukan yang pertama kali. Sudah demikian banyak serangan bom dan bom bunuh diri terjadi di Kabul dan sejumlah kota lainnya di Afghanistan.
Mengapa begitu mudah serangan bom terjadi? Apakah itu menunjukkan aparat keamanan tak berdaya menghadapi mereka? Apa pun jawabannya, serangan bom itu menjadi salah satu bukti bahwa masalah keamanan tetap menjadi persoalan utama negeri yang terbelah oleh perang saudara itu.
Afghanistan, memang, menghadapi masalah keamanan yang sangat berat. Selain pemerintah Presiden Ashraf Ghani harus menundukkan kelompok Taliban, kini mereka juga menghadapi kelompok bersenjata Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang masuk dari Suriah dan Irak. Kehadiran kelompok ini menambah sulit dan pelik keamanan di negeri itu. Sebab, menghadapi kelompok Taliban saja pemerintah Ashraf Ghani seperti kewalahan, apalagi ditambah lagi kelompok NIIS yang tidak kalah nekat dan menghalalkan segala cara demi tujuan mereka.
Sejak invasi militer pimpinan AS pada tahun 2001, Afghanistan telah menjadi negara yang terpecah-pecah karena perang. Serangan bom, terorisme, penculikan, penyiksaan, pemerkosaan, dan berbagai bentuk tindakan yang melukai bahkan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan menjadi peristiwa harian.
Demikian banyak orang yang tewas ataupun terluka. Sepanjang tahun 2016 saja tercatat 11.500 orang tewas ataupun terluka, menurut PBB. Sebanyak 31 dari 34 provinsi di negeri itu tidak pernah luput dari serangan. Lima bulan pertama tahun 2017, misalnya, 90.000 orang Afghanistan terpaksa tercerai-berai menjadi pengungsi; tahun 2016 tercatat 600.000 orang yang menjadi pengungsi.
Masalah keamanan hanyalah salah satu persoalan yang harus diatasi pemerintah Ashraf Ghani, belum lagi ditambah masalah korupsi, sosial, dan berbagai masalah kemanusiaan lainnya. Jalan militer pernah dipilih. Tetapi, itu tidak menyelesaikan persoalan. Jalan politik yang diambil pun tidak banyak kemajuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar