Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 27 Maret 2018

Akurasi Data Pangan//Akun FB Hangus Dipakai Orang Lain (Surat Pembaca Kompas)


Akurasi Data Pangan

Seandainya beras adalah komoditas uang yang disimpan di perbankan nasional yang mencapai sekitar 30.000 cabang di seluruh Indonesia, maka saldo beras nasional setiap hari dapat diketahui secara tepat dengan persentase toleransi inakurasi sangat kecil (tidak material) berkat sarana teknologi informasi digital yang digunakan perbankan saat ini.

Ketakakuratan data produksi dan konsumsi beras di Indonesia adalah rahasia umum kronis. Peningkatan persentase perbedaan data produksi dari Kementerian Pertanian dengan Dinas Pertanian Asing Departemen Pertanian Amerika Serikat yang 23,6 persen-27,9 persen selama 2015-2017 memalukan kita (Kompas, 20/1/2018). Sampai kapan ketakakuratan dibiarkan? Metode terobos- an perbaikan data mana yang dapat dilakukan agar penyakit kronis perdataan nasional tersembuhkan?

Jika teknologi digital belum ada saat ini, tak terba- yangkan betapa kacau data perbankan di tingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Mengapa penggunaan teknologi digital tak dimaksimalkan dalam menghitung produksi dan konsumsi beras dan bahan pangan lain demi menentukan kebijakan pangan nasional secara lebih tepat? Bagaimana mengimplementasikan teknologi digital dalam peningkatan akurasi data perberasan dan pangan lain mulai dari tingkat komunitas petani sampai ke tingkat menteri?

Tentu diperlukan biaya investasi teknologi digital pada saat awal. Pemangku kepentingan dapat menghitung besaran investasi itu. Mereka dapat membandingkan manfaat jangka panjang implementasi teknologi digital yang menyeluruh dibandingkan dengan kerugian devisa yang harus ditanggung akibat impor beras setiap tahun, yang tidak jelas sampai kapan baru dapat dihentikan.

Peningkatan akurasi data perberasan pada akhirnya akan dapat mengembalikan citra Kementerian Pertanian di mata lembaga asing yang memiliki data lebih akurat mengenai kondisi internal kita. Selama data tidak akurat, maka selalu berlaku prinsip garbage in, garbage out.Kebijakan benar apa yang dapat diputuskan jika data yang dimiliki tidak benar?

Wim K Liyono
Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Akun FB Hangus Dipakai Orang Lain

Akun Facebook saya, Usep Romli Abdul Hamid, dengan foto profil saya berjaket putih merah di terowongan Mina-Mekkah dibajak pada 2013. Saya tak bisa membukanya dan langsung diblokir oleh FB.

Upaya pemulihan akun tersebut tak berhasil. Terpaksa saya membuat akun baru yang kemudian dibobol dan diblokir juga. Pembobolan dan pemblokiran akun FB yang terakhir saya alami pada Desember 2016. Pernah membuat keluhan kepada pihak FB melalui surat pembaca di surat kabar, saya tak mendapat tanggapan.

Saya baru berhasil membuat lagi akun baru pada Februari 2018 dengan nama Usep Romli dan dengan foto profil: saya mengenakan kain ihram di Arafah sedang wukuf pada musim haji 2015.

Melalui akun baru itu, saya menemukan akun-akun lama saya yang sudah tak dapat saya buka. Ternyata masih "hidup". Malah, akun saya, Usep Romli Abdul Hamid, itu digunakan seseorang untuk menipu: meminjam uang atau minta pulsa.

Saya cemas apabila akun tersebut digunakan untuk mengumbar ujaran kebencian, hoaks, dan provokasi yang tentu melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dengan itu, tentu saya akan menjadi tersangka pertama.

Mohon pihak Facebook mengatasi ini. Juga Siber Bareskrim Polri ikut membantu agar saya tidak menjadi korban fitnah pembajak akun Facebook saya itu.

H Usep Romli Abdul Hamid
Kp Kiaralawang, RT 004 RW 002, Desa Majasari,
Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, Jabar

Kompas, 27 Maret 2018


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger