Kepentingan nasional diartikan sebagai alat untuk menjelaskan, membenarkan, menawarkan, dan menegur perilaku politik luar negeri suatu negara. Hal-hal yang terkait dalam kepentingan nasional sering dilihat sebagai tujuan awal dari kebijakan luar negeri.

Menurut HJ Morgenthau, seorang pakar politik internasional, kepentingan nasional adalah usaha negara untuk mengejarpower (pengaruh, kekuasaan, dan kekuatan), yakni segala sesuatu yang bisa mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain. Dalam hal ini power adalah pengaruh, kekuasaan, dan kekuatan.

Sebagai contoh. Untuk Indonesia, secara umum kepentingan nasional adalah sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 45 alinea 4 yang berbunyi: "… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial." Jadi, dalam menjalankan hubungan dengan negara lain, dalam berinteraksi dengan negara lain, Indonesia harus mendasarkan hubungannya, interaksinya pada hal tersebut.

Hal serupa—artinya mendasarkan hubungannya pada kepentingan nasional—juga berlaku dalam hubungan antara Arab Saudi dan Inggris. Hubungan kedua negara, sebetulnya, memiliki sejarah panjang. Jalinan hubungan di antara kedua negara bermula sejak PD I. Ketika itu, Ibn Saud menandatangani Perjanjian Darin (1915) dengan Pemerintah Inggris. Namun, hubungan diplomatik secara resmi baru dimulai tahun 1929. Saat itu, Inggris membuka kedutaan besarnya di Riyadh. Empat tahun kemudian, 1930, Arab Saudi baru membuka kedutaan besarnya di London.

Kini, setelah melalui perubahan zaman serta naik turun hubungan, Inggris dan Arab Saudi menegaskan ikatan hubungannya lagi. Hal itu ditandai dengan kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman ke Inggris, Rabu lalu. Dan, Inggris pun menyambutnya dengan penuh kehormatan, upacara kerajaan.

Hal itu menandakan kedua negara saling menghormati dan sama-sama menganggap hubungan kedua negara sangat penting. Kepentingan pada masa lalu dan sekarang tentu sangat berbeda. Inggris, misalnya, yang akan segera meninggalkan Uni Eropa secara penuh, sangat memerlukan bisa menjalin hubungan dengan banyak negara, termasuk Arab Saudi, yang potensial untuk kepentingan ekonomi dan juga keamanan.

Sebaliknya, Arab Saudi pun yang kini tengah melakukan reformasi dalam segala bidang berkepentingan meningkatkan hubungannya dengan Inggris untuk tujuan baik ekonomi, politik, maupun keamanan. Bagi Arab Saudi, sangat penting menjalin hubungan baik dengan Inggris supaya tidak sangat bergantung pada satu negara, misalnya AS.


Kompas, 9 Maret 2018