Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, meski fundamental ekonomi baik, mengingatkan kembali pentingnya pendalaman sektor keuangan.
Pelemahan nilai tukar terjadi pada mata uang banyak negara. Penyebabnya adalah pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang baru, Jerome Powell, awal pekan ini, tentang membaiknya perekonomian AS. Pernyataan tersebut menguatkan prediksi pasar uang bahwa The Fed akan empat kali menaikkan suku bunga sepanjang tahun ini.
Dana asing yang berada di pasar uang banyak negara langsung keluar. Tak terkecuali Indonesia dengan akibat nilai tukar rupiah melemah. Pada Kamis (1/3), nilai tukar mencapai Rp 13.793 per dollar AS menurut kurs yang diterbitkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate yang dikeluarkan Bank Indonesia.
Pelemahan rupiah sebetulnya sudah diduga akan terjadi dengan membaiknya sejumlah indikator ekonomi AS, antara lain turunnya angka pengangguran dan naiknya imbal hasil obligasi Pemerintah AS. Gubernur Bank Sentral AS sebelum Powell, Janet Yellen, sudah mengindikasikan bahwa suku bunga akan naik.
Meskipun sejumlah pihak menyebutkan pelemahan nilai tukar tersebut merupakan dinamika normal, kita tetap tidak boleh mengabaikan sejumlah masukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Bagi pengusaha, terutama yang menggunakan bahan baku impor, stabilitas nilai tukar diperlukan untuk menyusun perencanaan bisnis. Pelemahan rupiah juga berdampak pada beban pemerintah membayar pinjaman dalam dollar. Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah seharusnya menguntungkan ekspor Indonesia. Sayangnya, ekspor kita masih didominasi oleh komoditas primer dan pelemahan nilai tukar terjadi bukan karena direncanakan untuk mendorong ekspor.
Pada umumnya negara-negara menginginkan nilai tukar mata uangnya kuat karena menyimbolkan kekuatan ekonomi negara bersangkutan. Meski demikian, ada negara yang sengaja membuat nilai tukar mata uangnya lemah karena ingin menaikkan daya saing produk ekspor. Namun, hal itu harus dilakukan melalui perencanaan menyeluruh, diikuti dengan kebijakan dan strategi yang jelas.
Pelemahan rupiah kita terjadi berulang kali dan tidak mendorong ekspor produk industri. Banyak saran dilontarkan agar kita lebih mendorong pendalaman keuangan, baik dari sisi ukuran dan likuiditas pasar, perluasan akses pada layanan keuangan, maupun efisiensi industri keuangan.
Pada saat yang sama kita tetap perlu terus mendorong penguatan industri dengan konten lokal tinggi berorientasi ekspor. Kalaupun berbahan baku ekspor tetap memiliki daya saing di pasar ekspor atau masuk dalam rantai pasok global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar