AFP PHOTO / GREG BAKER

Presiden China Xi Jinping (tengah) mendapat aplaus saat ia tiba di lokasi Kongres Rakyat Nasional (NPC) untuk pemungutan suara amandemen Konstitusi China di Gedung Balai Agung Rakyat, Beijing, China, Minggu (11/3).

Lewat voting, Parlemen China menghapus masa jabatan presiden dua periode. Hal itu melapangkan jalan bagi Presiden Xi Jinping untuk memerintah selama hidup.

Dari 2.964 orang yang memberi suara di Kongres Rakyat Nasional China, Xi meraih dukungan 2.958 suara, 2 menolak, 3 abstain, dan 1 suara dinyatakan batal. Dalam Konstitusi China 1982, seorang presiden di China hanya dapat memimpin dua periode, masing-masing lima tahun.

Xi terpilih menjadi Presiden China pada Maret 2013, lima bulan setelah menjabat Sekretaris Jenderal Partai Komunis China (PKC) November 2012. Masa jabatan kedua Xi akan berakhir pada 2023. Dengan persetujuan parlemen di atas, Xi dapat melanjutkan masa jabatannya seumur hidup.

Setelah meraih karier di puncak partai, Xi dengan cepat melakukan konsolidasi dan menjadikan China sebagai kekuatan adikuasa (superpower) di regional.

Di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, China membuat batasan masa jabatan presiden hanya dua periode. Hal itu dilatari oleh suasana kebatinan dari era kediktatoran Mao Zedong dengan Revolusi Budaya-nya yang memicu peristiwa berdarah di Tiananmen.

Setelah meraih karier di puncak partai, Xi dengan cepat melakukan konsolidasi dan menjadikan China sebagai kekuatan adikuasa (superpower) di regional. Dia juga memerangi korupsi dengan menghukum lebih dari 1 juta anggota partai, yang membuat popularitasnya terus naik. Xi menjadi pemimpin China paling terpopuler sejak Mao Zedong.

Dua amendemen lain yang dirancang untuk menopang supremasi Xi juga disetujui dalam pemungutan suara yang sama di Kongres PKC: penambahan sebuah filsafat politik yang disebut "Pemikiran Xi Jinping" masuk dalam konstitusi dan pembentukan "Komisi Pengawas" untuk menyelidiki anggota partai dan pegawai negeri sipil.

Apa pun, voting parlemen itu memunculkan kontroversi. Li Datong, mantan Pemimpin Redaksi China South Daily, berkirim surat ke parlemen. "Dua periode masa kepresidenan itu sangat bagus dan efektif untuk mencegah otokrasi atau menempatkan individu di atas partai dan negara," tulis Li.

AP PHOTO/ANDREW HARNIK

Presiden AS Donald Trump (kedua kiri) dan Ibu Negara Melania Trump, serta Presiden China Xi Jinping dan istrinya Peng Liyuan berpose bersama di Kota Terlarang di Beijing, China, 8 November 2017

Bahkan, Li mengingatkan, penghapusan dua kali masa jabatan kepresidenan, langkah itu akan "dianggap sebagai lelucon dalam sejarah China di masa depan".

Elizabeth Economy, penulis buku tentang Xi berjudul The Third Revolution, mengatakan, usaha Xi untuk meraih "semua lini kekuatan" mencerminkan keyakinannya bahwa hanya dia yang dapat menempatkan China kembali sebagai poros dunia. "Risiko terbesar Xi adalah menjadikan dirinya seperti penangkal petir. Xi harus bertanggung jawab terhadap apa pun yang terjadi di China, termasuk jika ekonomi China melambat," katanya.