Trotoar dan Gorong-gorong
Sangat menarik, di mana-mana kini giat dilakukan pembenahan prasarana publik. Yang saya perhatikan tiga obyek menjadi prioritas: trotoar, gorong-gorong, dan polisi tidur.
Di banyak kota, terutama Jakarta, trotoar dibenahi agar cuma bisa digunakan pejalan kaki. Untuk menjaga dari terobosan para pemotor, apa boleh buat, banyak trotoar dipagari dengan kawat. Rencana perbaikan trotoar di sepanjang Thamrin-Sudirman, Jakarta, memang hebat.
Namun, di luar wilayah protokol itu, keadaannya menyedihkan. Pemasangan konblok atau tegel terkesan seenaknya. Kontur tanah diabaikan, bahkan jika terhalang akar pohon atau tiang listrik, konblok dipaksakan bergelombang dengan memecah seenaknya tanpa direkat semen. Apabila muncul kabel-kabel besar dari dalam tanah, penyusunan konblok pun "disesuaikan".
Begitu pula jalur kuning khusus bagi penyandang disabilitas. Baik di Jakarta (Jalan Gatot Subroto) maupun yang kebetulan saya lihat minggu lalu di Semarang (sekitar Kota Tua), kualitas tegel berwarna kuning itu sama buruknya, mudah pecah dan gompal. Jeleknya, tegel dengan kondisi retak pun tetap dipasang.
Sudah umum kita lihat got dan kali penuh sampah. Selama ini saluran got ditutupi dengan lembaran semen cetak yang dipasang semaunya. Celah yang tak rapat memungkinkan kotoran sampah masuk ke dalam gorong-gorong. Sebaiknya setiap lubang, termasuk yang mengalirkan air dari badan jalan, diberi sekat kawat atau besi agar yang bisa lolos cuma air dan sampah terjaring.
Berbagai cara dilakukan warga untuk membangun polisi tidur guna menghambat pengguna kendaraan ngebut. Namun, tak ada standar bentuk dan ukuran. Banyak warga di lingkungan pinggiran kota membuat polisi tidur demikian tinggi sehingga membentur dasar mobil. Ada lagi yang membuat penghalang jalan itu separuh, di kiri kanan jalan, berselang-seling.
Sebaliknya, mungkin perlu dipikirkan memasang polisi tidur setiap 10 meter sepanjang jalur darurat di sisi tol. Soalnya, jalur untuk emergency itu diterabas mobil-mobil bagus yang sangat kencang dan tak sabar mengikuti jalur umum, mengagetkan pengemudi yang lebih tertib.
Renville Almatsier
Jl KH Dewantara 36, Ciputat,
Tangerang Selatan, Banten
Tanggapan PLN
Menanggapi surat pembaca di harianKompas edisi 15 Maret 2018 halaman 7, "Menunggu PLN Ganti MCB", yang ditujukan kepada PLN, dapat kami sampaikan penjelasan sebagai berikut.
PLN memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang dirasakan Bapak GHO PS Andrianto, pelanggan PLN yang menyampaikan laporan melalui surat pembaca harian ini.
Sebagai informasi, laporan Bapak Andrianto itu masuk melalui Sentral Kontak PLN pertama kali pada 10 Agustus 2017 pukul 22.14. Petugas PLN mendatangi pelanggan pada pukul 23.05 dan telah memperbaiki kerusakan sehingga listrik menyala kembali.
Tindak lanjut penyelesaian atas laporan melalui surat pembaca: petugas PLN telah menemui Bapak Andrianto secara langsung pada 15 Maret 2018.
Petugas mengganti MCB serta memberikan penjelasan terkait tertundanya penggantian material pada meter listrik. Pelanggan memahami informasi tersebut.
Perlu kami sampaikan untuk kemudahan mendapatkan informasi dan layanan petugas PLN, pelanggan dapat menghubungi Sentral Kontak PLN yang aktif melayani pelanggan 24 jam melalui telepon (kode area) 123, situs www.pln.co.id, surat elektronik pln123@ pln.co.id, Facebook PLN 123 dan Twitter @PLN_123, serta aplikasi PLN Mobile yang dapat diunduh secara gratis melalui Playstore atau Appstore.
Demikian penjelasan kami atas keluhan pelanggan terhadap layanan PLN.
M Ikhsan Asaad
General Manager PT PLN (Persero)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar