Kontribusi China terhadap pertumbuhan ekonomi dunia lebih dari 30 persen, melampaui akumulasi kontribusi AS, Jepang dan negara-negara Eropa. China adalah kontributor utama pengentasan orang miskin dunia, dengan tingkat kontribusi melampaui 70 persen.

Sidang Kongres Rakyat Nasional (KRN) dan Sidang Majelis Permusyawaratan Politik (MPPR) China telah usai. Hasilnya adalah memilih pemerintahan baru, diluluskannya Rancangan Amandemen Konstitusi, dan dimulainya reformasi kelembagaan negara.

Sidang KRN dan MPPR  sebagai "Dua Sesi" telah mengeluarkan sinyal kuat, yakni China akan memperdalam reformasi dan memperluas keterbukaan sehingga China dapat berkontribusi lebih besar bagi perkembangan dunia.

Kini pembangunan sosialisme yang berkarakteristik China sudah memasuki babak baru, sehingga menjadi sorotan masyarakat internasional. Terutama pengaruh apa saja yang akan dibawa oleh China terhadap dunia di masa depan.

Sudah 40 tahun

Ini bukan topik baru. Tahun ini adalah peringatan 40 tahun diberlakukannya kebijakan reformasi dan keterbukaan di China, di mana China telah berkembang dari negara miskin menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia.

Kontribusi China terhadap pertumbuhan ekonomi dunia lebih dari 30 persen, melampaui akumulasi kontribusi AS, Jepang dan negara-negara Eropa. China adalah kontributor utama pengentasan orang miskin dunia, dengan tingkat kontribusi melampaui 70 persen.

China aktif mendorong PBB merealisasi agenda pembangunan berkelanjutan serta menanggapi perubahan iklim global. China merupakan negara yang paling banyak mengirim pasukan pemelihara perdamaian. China membangun platform kerja sama internasional dan menyediakan produk-produk keperluan publik internasional.

Akan tetapi perkembangan China selalu diiringi dengan "suara bising". "Teori keruntuhan Tiongkok" bermunculan, namun teori itu malah satu per satu runtuh lebih dulu. Kini ada "teori ancaman Tiongkok" yang membesar-besarkan "Sharp Power" China, dan "mengingatkan" dunia agar mewaspadai model pembangunan China. Bagaimana duduk perkaranya? Apa yang ditawarkan China era baru pada dunia?

Pada Oktober 2017,  Kongres Nasional ke-19 Partai Komunis China melakukan "top-level design" terhadap diplomasi China di era baru, sekaligus menetapkan dua target utama, yakni "aktif mendorong pembentukan komunitas senasib sepenanggungan umat manusia serta pembentukan hubungan internasional tipe baru".

Sidang KRN China meluluskan Rancangan Amandemen Konstitusi, dengan tambahan tiga teori pada bagian pengantarnya, antara lain "berpegang teguh pada jalan pembangunan yang damai", "mempertahankan strategi keterbukaan yang saling menguntungkan dan menang bersama (win-win)" serta "mengintensifkan pembentukan komunitas senasib sepenanggungan".

Dua target utama serta tiga teori dalam Konstitusi baru itu, sepenuhnya mencerminkan tekad bulat China di era baru untuk menempuh jalan pembangunan yang damai, sekaligus menunjukkan keinginan mengusahakan pembangunan dan kemakmuran bersama dengan berbagai negara dunia.

Kerja sama dunia

Tiongkok pada era baru akan menempuh jalan pembangunan yang berbeda. China akan secara aktif memelihara keadilan internasional, tidak memaksakan kehendak, aktif mendorong pembangunan "Satu Sabuk Satu Jalan", meningkatkan pertukaran dan kerja sama dengan negara-negara lain; dan aktif berpartisipasi dalam reformasi dan pembentukan sistem pemerintahan global.

Di tengah ekonomi dunia yang melesu, kita seharusnya bekerja sama mendorong pertumbuhan. Namun, proteksionisme malah semakin bergolak. Pemikiran Zero Sum yang "menomorsatukan negeri sendiri" telah merusak kerja sama yang saling menguntungkan.

Terhadap unsur-unsur instabilitas yang meningkat, kita seharusnya berupaya bersama menghadapinya, namun mentalitas perang dingin yang telah ketinggalan zaman kembali muncul ke permukaan, persekutuan militer terus meningkat, menyebar-luaskan "teori ancaman Tiongkok". Padahal, China di era baru bukan konfrontasi melainkan kerja sama; bukan ancaman melainkan persahabatan, bukan Zero Sum melainkan win-win. Jadi di mana ancamannya?

Tiongkok pada era baru akan menempuh jalan pembangunan yang berbeda. China akan secara aktif memelihara keadilan internasional, tidak memaksakan kehendak, aktif mendorong pembangunan "Satu Sabuk Satu Jalan", meningkatkan pertukaran dan kerja sama dengan negara-negara lain; dan aktif berpartisipasi dalam reformasi dan pembentukan sistem pemerintahan global. China pada era baru, tidak hanya mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya tetapi juga menyediakan "lautan biru yang baru" untuk maju bersama negara negara lain.

Untuk ASEAN

Apa yang dapat ditangkap oleh ASEAN sebagai tetangga China? Ibarat pepatah China yang berbunyi "paviliun tepi air akan disinari bulan terlebih dahulu",  ASEAN adalah prioritas China dalam implementasi inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan.

Presiden Xi Jinping menunjukkan bahwa sangat penting membina hubungan kemitraan strategis China-ASEAN pada tingkat yang lebih tinggi, dan bersama-sama membentuk komunitas senasib sepenanggungan China-ASEAN.

Anggota Dewan Negara merangkap Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam jumpa pers Sidang KRN menggarisbawahi, kerja sama China-ASEAN adalah contoh kerja sama paling sukses dan paling dinamis di Asia Pasifik. China menempatkan ASEAN pada halaman pertama agenda kerja samanya dengan luar negeri.

Tahun ini bertepatan dengan 15 tahun pembentukan hubungan kemitraan strategis China-ASEAN. Kedua pihak tengah menyusun "Visi Hubungan Kemitraan Strategis China-ASEAN Tahun 2030".

Kami gembira ASEAN bersedia meningkatkan sinergi strategi kedua belah pihak dan memperdalam kerja sama pragmatis di berbagai bidang, supaya hubungan China-ASEAN di era baru dapat membuahkan hasil melimpah. Ini akan menjadi kekuatan vital dalam upaya memelihara perdamaian dan kestabilan kawasan, layaknya "jangkar" kapal, dan pada akhirnya berubah menjadi sepasang sayap yang membawa ekonomi kawasan melambung tinggi.

Mari bergandengan tangan mewujudkan eskalasi hubungan China-ASEAN, membentuk komunitas senasib sepenanggungan Asia, serta membangun dunia yang damai, aman, makmur, terbuka dan inklusif!

KEMLU RI

Para Meneri Luar Negeri se-ASEAN menggelar pertemuan pertama mereka di Singapura, Selasa (6/2), sebagai kegiatan awal untuk rangkaian kegiatan ASEAN sepanjang 2018.