Pada Maret 2018, Indeks Harga Saham Gabungan, atau IHSG, melemah dalam. Padahal, selama 10 tahun terakhir, tidak pernah terjadi penurunan dalam selama bulan Maret. Indeks bahkan sempat ditutup pada level terendah pada tahun ini.
Sepanjang Maret lalu, indeks turun sebesar 6,59 persen. Sejak awal tahun, indeks sudah melorot sebanyak 2,62 persen. Dalam kuartal pertama tahun ini, indeks menipis 0,51 persen.
Pelemahan ini dipicu oleh faktor- faktor dari luar negeri. Isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, misalnya, mendominasi pergerakan perdagangan. Sementara isu kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS seolah tertutupi oleh perang kata-kata antara para pejabat AS dan China tentang perdagangan antardua negara.
Di pasar saham Indonesia, para investor asing melepaskan saham senilai Rp 2,44 triliun hanya dalam minggu lalu. Dihitung sejak awal tahun, para investor asing sudah mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 23,49 triliun.
Dalam tiga bulan ini, saham-saham unggulan banyak dilepaskan oleh investor asing. Saham-saham itu antara lain saham Bank BRI Tbk (BBRI), saham PT Astra International Tbk (ASII), saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan saham PT Unilever Tbk.
Walaupun demikian, ada juga saham yang banyak dibeli investor asing dan mencatatkan nilai pembelian bersih, seperti saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA), saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan saham PT Indah Kiat Pulp and Paper (INKP).
Pada April ini, diperkirakan pasar saham masih minim sentimen positif yang dapat menguatkan harga saham. Walau dari dalam negeri, data inflasi pada Senin (2/4) dan pembagian dividen mungkin akan membuat indeks bergerak menguat.
Pada Mei mendatang, diperkirakan sentimen positif dari dalam negeri hadir berupa peningkatan konsumsi masyarakat karena datangnya bulan Ramadhan. Seperti biasa, ketika bulan Ramadhan tiba, terjadi kenaikan konsumsi masyarakat.
Diperkirakan sentimen positif dari dalam negeri hadir berupa peningkatan konsumsi masyarakat karena datangnya bulan Ramadhan.
Akan tetapi, seberapa besar kenaikan itu masih menjadi tanda tanya. Jika kenaikan tidak terlalu signifikan, tentu dampaknya terhadap harga-harga saham di bursa pun tidak terlalu besar.
Jangka panjang
Koreksi di bursa pun masih dapat dimanfaatkan oleh investor jangka panjang. Harga beberapa saham sudah turun jika dibandingkan dengan tahun lalu. Saham-saham dengan fundamental baik dapat disaring dan dikumpulkan untuk diinvestasikan dalam jangka panjang.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menyaring saham-saham berfundamental baik dan dapat diinvestasikan dalam jangka panjang, misalnya mencari saham dengan return on equity (ROI) yang lebih besar dari 15 persen. ROI memberikan gambaran seberapa besar profitabilitas yang dapat diberikan saham tersebut.
Selain itu, dapat juga dilihat rasio utang atau debt to equity ratio (DER). Saham yang memiliki DER di bawah 0,5 menggambarkan saham tersebut tidak tergantung dari modal luar untuk membiayai pertumbuhan usahanya.
Rasio lain adalah current ratio yang di atas 2, menunjukkan kemampuan emiten untuk membayar utang jangka pendeknya.
Kalau ada 40 saham yang memenuhi ketiga persyaratan di atas, perkecil daftar dengan menggunakan ukuran lain, misalnya apakah emiten itu memiliki keuntungan tinggi yang didapatkan secara konsisten. Bukan setahun untung lalu tahun berikutnya merugi, dan tahun selanjutnya untung lagi. Salah satu ukurannya adalah nilai buku perusahaan yang terus meningkat, juga apakah adafree cash flow yang sehat dari emiten tersebut.
Perhatikan juga bagaimana tingkat utang emiten tersebut. Terlalu banyak utang tidak baik bagi emiten. Semakin besar utang, semakin tinggi pula risikonya. Saringan selanjutnya adalah apakah emiten itu memiliki keunggulan yang dapat diandalkan. Perubahan-perubahan dapat membuat perusahaan dapat tergerus dan kalah dalam persaingan.
Selanjutnya, apakah emiten itu memiliki bisnis yang kita mengerti? Jika seorang dokter memiliki saham emiten rumah sakit, dia tentu akan lebih mengetahui seluk-beluk bisnis rumah sakit ketimbang bisnis minyak.
Setelah memiliki daftar emiten yang semakin pendek, periksa apakah harga saham itu tepat untuk dibeli. Bisa jadi, emiten dengan fundamental bagus, harga sahamnya sudah terlalu mahal atau tidak.
Ada beberapa cara untuk menghitung nilai intrinsik perusahaan seperti cara dengandiscounted cash flow yang mengukur nilai perusahaan dari nilai diskonto kas yang dapat diambil dari bisnis yang dijalankan. Ada pula cara price earning multiple yang menghitung harga selama lima tahun berdasarkan pada rasionalitas. Cara lain adalah penilaian return on equity.
Setelah menemukan emiten-emiten yang memiliki fundamental bagus dan valuasinya masih murah, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Periksa dengan analisis teknikal apakah tren sahamnya sedang mendatar, turun atau naik. Jika terlihat tren masih terus menurun, lebih baik tunggu sejenak hingga terkonfirmasi pembalikan tren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar