Memang, PBB, Uni Eropa, dan lembaga HAM internasional seperti Amnesty International, sudah mengusulkan agar dilakukan penyelidikan secara independen terhadap Tragedi Hari Jumat 30 Maret di Gaza. Bahkan, partai oposisi sayap kiri di Israel pun mendukung keputusan tersebut. Indonesia juga mendesak agar penyelidikan itu dilakukan. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan lebih keras lagi dengan menyebut PM Benjamin Netanyahu sebagai "teroris".
Akan tetapi, sebagaimana yang sudah-sudah, Israel selalu tidak peduli terhadap suara dunia. Kali ini pun Israel tidak memedulikan teriakan dan tekanan dunia. Israel bagaikan negara yang berada di atas hukum dunia. Dan, dunia—terutama Amerika Serikat—membiarkan saja, seperti merestuinya.
Begitu banyak resolusi tentang konflik Palestina-Israel, tetapi tidak pernah dipatuhi Israel. Sekadar tambahan, sejak tahun 1948 hingga 2016, Dewan Keamanan PBB sudah menerbitkan 225 resolusi berkait dengan konflik Israel-Palestina, dan Israel tidak menganggap resolusi-resolusi tersebut.
Kalau kali ini—setelah Tragedi Hari Jumat; tentara Israel menembaki penduduk Jalur Gaza yang mengadakan demonstrasi damai berkait dengan Hari Bumi di perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel. Akibat penembakan tersebut, paling sedikit 17 orang Palestina tewas dan sekurang-kurangnya 1.400 orang lainnya luka-luka—dunia tidak bertindak lebih tegas dan nyata, niscaya Israel akan mengulangi lagi apa yang telah dilakukan.
Yang dilakukan Israel pada hari Jumat itu memang tidak masuk akal, sulit diterima nalar. Bagaimana orang yang melakukan demonstrasi damai dijawab dengan tembakan. Sebenarnyalah, dapat dikatakan semua yang dilakukan Israel berkait dengan Palestina adalah tidak masuk akal, termasuk pembangunan permukiman baru di wilayah Palestina; pembangunan tembok pemisah antara wilayah Israel dan Palestina.
Harus diakui, memang, bahwa kunci taatnya Israel terhadap seruan dunia, terhadap resolusi PBB, ada di tangan AS. Kalau AS tidak mendukung sepak terjang Israel, persoalannya menjadi lebih mudah. Persoalannya adalah AS selalu memainkan perang sebagai "bapak" yang melindungi Israel.
Dengan kata lain, belum terciptanya perdamaian di kawasan Timur Tengah, pada saat ini, adalah juga karena peran AS. Apakah AS berkehendak menciptakan perdamaian dunia atau tidak. Sebab, selama masalah Palestina, konflik Israel-Palestina, belum bisa diatasi, belum bisa dicapai kata sepakat, perdamaian dunia pun niscaya belum akan terwujud. Palestina adalah "ibu kandung" ketidak-amanan, ketidak-damaian dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar