KOMPAS/PRIYOMBODO

Pergerakan indeks terpantau di lantai Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (26/4/2018). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merosot diakhir perdagangan sebesar 2,81% atau 170,65 poin di level 5.909,198.

Kehati-hatian tetap perlu dijaga dalam mengelola nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang diikuti dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus melemah hingga kemarin. Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah Rp 13.930, sedangkan sehari sebelumnya Rp 13.888. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga turun ke 5.909.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, penguatan dollar AS mulai mereda. Pekan lalu Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut beberapa negara memanipulasi nilai tukar sehingga menimbulkan respons pasar. Kita tentu bertanya mengapa nilai tukar rupiah dapat melemah begitu rupa. Padahal, pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, sekitar 5 persen per tahun, dan inflasi juga terkendali.

Ada beberapa penyebab penurunan tersebut, yaitu naiknya imbal hasil surat utang Pemerintah AS, sejumlah investor asing membayar dividen, dan rencana Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan.

Pada dasarnya nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara relatif terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar memengaruhi neraca perdagangan dan investasi sektor riil dan keuangan sebab mata uang juga adalah komoditas perdagangan.

Pemerintah setiap negara akan menjaga nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang negara lain untuk mendorong ekspor dan menarik investasi sepanjang nilai tukar stabil. Kebijakan nilai tukar suatu negara karena itu menentukan pertumbuhan ekonomi. Nilai tukar yang lemah pada tingkat tertentu dan memang direncanakan akan meningkatkan daya saing ekspor meskipun pada sisi lain memberi beban pembiayaan impor.

Di sini kita perlu berwaspada sebab nilai tukar yang melemah terlalu dalam akan menambah defisit perdagangan mengingat Indonesia tidak memiliki cukup industri dasar untuk mendukung produksi barang jadi bernilai tambah tinggi.

Ketika Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan, sejumlah kalangan menyebut seharusnya Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga acuan untuk menarik investor asing. Namun, menaikkan suku bunga akan menekan kegiatan usaha di dalam negeri yang saat ini sedang terus didorong.

Pemerintah dapat melakukan beberapa cara untuk menguatkan nilai tukar rupiah, antara lain dengan membeli rupiah menggunakan dollar. Hal ini akan membebani cadangan devisa.

Ada beberapa cara lain yang lebih berkelanjutan. Pemerintah, misalnya, dapat mengatur agar devisa hasil ekspor wajib masuk ke rekening bank dalam negeri untuk jangka waktu tertentu. Cara lain, meningkatkan ekspor barang dan jasa. Pariwisata cara tercepat mendatangkan devisa melalui belanja wisatawan asing.