TOTO SIHONO

Pembangunan Berbasis

Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan kekayaan alam dan budaya paling beragam. Melalui penanganan yang baik, modal kekayaan ini dapat menjadi basis pembangunan Indonesia di masa depan. Sains dan teknologi berperan penting dalam membangun ekonomi berbasis pengetahuan yang mendukung terciptanya kesejahteraan masyarakat. Di Inggris dan negara-negara maju lainnya, riset dasar adalah kunci utama dalam upaya tersebut.

Riset dasar mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental terkait cara kerja suatu hal. Tanpa riset dasar, tidak akan ada riset terapan. Pengetahuan baru yang diperoleh dari riset dasar dapat menjadi basis untuk cikal bakal penelitian terapan untuk pengembangan produk komersial, juga kebutuhan pokok seperti obat. Riset dasar juga dapat mendukung perumusan kebijakan yang tepat guna. Singkatnya, penelitian dasar sangat berguna bagi kemajuan bangsa.

KOMPAS/LUKI AULIA (LUK)

Mark Newman, salah satu pakar botani di Royal Botanic Gardens Edinburg, menunjukkan salah satu spesimen tanaman asal Indonesia yang belum berhasil diidentifikasi, Senin (12/3/2018), Edinburg, Skotlandia. Di kebun raya tersebut terdapat jutaan koleksi tanaman hidup dan ratusan ribu spesimen tanaman yang dikumpulkan dari berbagai negara di dunia.

Jika Indonesia ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang bermodalkan keragaman alam dan budaya, maka riset dasar merupakan elemen fundamental untuk mencapai hal tersebut. Sebagai salah satu mitra terdekat, Inggris menyadari potensi besar Indonesia dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan sains dan teknologi. Bersama dengan Indonesia, kami berkolaborasi dalam menjawab tantangan tersebut.

Program Newton Fund Wallacea yang baru saja diluncurkan merupakan salah satu bentuk dukungan kami dalam bidang riset dasar. Wallacea mencakup Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Wilayah ini merupakan rumah bagi sejumlah spesies unik seperti tumbuhan, ikan, amfibi, reptil, unggas, dan primata yang hanya dapat ditemukan di Wallacea. Program penelitian Wallacea, yang terwujud dari kemitraan pendanaan Pemerintah Inggris dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI senilai sekitar Rp 74 miliar diharapkan akan mendukung kolaborasi para peneliti terbaik dari Inggris dan Indonesia.

Komunitas ilmiah

Apabila Indonesia ingin mengambil posisi strategis di kancah keilmuan internasional dan ekonomi berbasis pengetahuan, maka pembangunan komunitas ilmiah yang kuat sangat penting. Walau Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keterwakilannya dalam komunitas ilmiah global dirasa masih kurang.

Hal ini disebabkan terbatasnya alokasi dana penelitian, insentif, serta fasilitas yang dapat mendukung para peneliti di Indonesia. Selain itu, alokasi dana  yang tersedia sering kali lebih diprioritaskan untuk riset terapan yang dianggap memiliki hasil lebih nyata dibandingkan dengan riset dasar.

Dalam konteks keterbatasan alokasi dana, investasi untuk riset dasar seharusnya dilihat sebagai sarana percepatan pembangunan. Sudah banyak hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif antara besaran investasi penelitian dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Negara- negara yang memberi dukungan pada riset dasar dan terapan berkembang lebih cepat daripada negara-negara yang hanya fokus pada penelitian terapan.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Ahli sejarah sains di National University of Singapore, John Van Whye, peneliti spesialis anggrek dari Royal Botanic, Andre Schuiteman, ahli genetika dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Herawati Supono, dan Jana Supriatna (kiri ke kanan) berkunjung ke Redaksi Harian Kompas, Jakarta, Selasa (17/10/2017). Dalam kunjungan yang diterima Wakil Pemimpin Redaksi Ninuk M Pambudy tersebut, mereka memaparkan tentang hasil penelitian Wallacea.

Pada 2015, UK Royal Society (semacam Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia/AIPI) melaporkan bahwa Indonesia butuh basis penelitian dasar yang kuat untuk menghasilkan ilmu terapan yang unggul; Indonesia telah mencoba melompat langsung ke tahap penelitian terapan dalam membangun sains dan teknologinya, tetapi terbukti belum berhasil. Ini artinya, penelitian terapan sering dikelola tanpa keahlian dan inovasi, serta sumber daya yang tepat, yang dapat mendukung kesuksesan penelitian.

Kami, Pemerintah Inggris, bersama-sama dengan Pemerintah Indonesia telah mencoba mengatasi hal ini. Salah satunya dengan membangun kemampuan riset dasar yang dapat menjembatani kesenjangan dalam bidang pengetahuan. Keterbukaan dan komitmen yang ditawarkan Kemristek-Dikti sangatlah positif. Kepemimpinan KemristekDikti ini sungguh penting dalam menggerakkan kolaborasi antara para peneliti Indonesia dan rekan-rekan peneliti dari Inggris. Selain itu, kemitraan Newton Fund di Indonesia juga diperkaya dengan adanya kolaborasi kami bersama Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) dan AIPI.

KOMPAS/AHMAD ARIF

John van Wyhe, pengajar pada National University of Singapore (berdiri), mempresentasikan sebagian koleksi fauna yang dikumpulkan Alfred Russel Wallace dari Nusantara, dalam acara "Wallacea Week 2017" di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (16/10/2017). Acara ini digelar untuk menghormati ilmuwan Inggris, Alfred Russel Wallace yang telah mendokumentasikan keragaman dan kekayaan alam Nusantara masa lalu dalam berbagai karya ilmiahnya.

DIPI memiliki peran penting dalam mengangkat nama Indonesia di kancah ilmiah internasional. Sebagai lembaga independen yang dapat menyalurkan dana insentif penelitian, DIPI dapat memainkan peran serupa yang telah dilakukan dewan-dewan riset di Inggris dan negara maju lainnya dalam mengembangkan sains dan teknologi.

Dengan kerja sama yang diprakarsai melalui Newton Fund, kami berharap Indonesia dapat terus mengembangkan keunggulan penelitian dan kecakapan komunitas ilmiah. Selain dapat menyediakan fondasi dalam memantapkan posisi Indonesia sebagai negara berkembang, kemitraan ini juga dapat mendukung pembangunan ekonomi nasional berbasis pengetahuan.
Kami juga berharap kolaborasi peneliti Inggris dan Indonesia dapat melahirkan wawasan baru dan penemuan mutakhir yang akan terus memperluas khazanah pengetahuan demi kelangsungan bumi kita yang kian rentan.