Setelah ulang tahun ke-40, saya melakukan pemeriksaan berkala menyeluruh. Hasilnya saya kegemukan, kadar kolesterol LDL tinggi, begitu juga trigliserida. Lingkar pinggang saya 94 cm. Kata dokter, lingkar pinggang laki-laki sebaiknya di bawah 90 cm. Saya tak terindikasi diabetes melitus, tetapi tekanan darah saya 145/90. Rekaman jantung baik, fungsi paru, ginjal, dan hati baik.
Saya berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam dan dokter tersebut menganjurkan saya mengubah gaya hidup. Saya harus berhenti merokok dan minum alkohol, rajin berolahraga kalau mungkin sedikitnya lima hari dalam seminggu. Saya juga harus menurunkan berat badan sehingga mencapai berat badan normal. Tidur harus cukup dan tidak boleh cepat marah.
Saya merasa anjuran dokter tersebut sulit untuk dijalankan. Saya sudah lebih dari 10 tahun merokok dan rokok merupakan teman saya dalam bekerja. Untuk menurunkan berat badan juga tidak mudah. Saya mengurangi makan dalam sebulan ini, tetapi berat badan tidak berubah.
Saya merasa dengan kemajuan ilmu kedokteran yang mampu menghasilkan obat yang dapat meningkatkan derajat kesehatan, seharusnya perubahan gaya hidup tak terlalu penting lagi. Untuk menurunkan kadar lemak darah dapat dengan cara minum obat penurun lemak. Juga untuk menurunkan berat badan minum saja obat penurun berat badan. Obat darah tinggi sudah maju sekali jadi seharusnya semua penderita darah tinggi harus diobati dan tekanan darah mereka dapat dikendalikan.
Saya mencoba berganti dokter yang tak terlalu mementingkan gaya hidup karena terus terang saya masih sulit mengubah gaya hidup saya. Namun, dokter yang baru saya temui juga tetap menganjurkan untuk mengamalkan gaya hidup sehat, bahkan dia mengatakan cukup banyak penderita darah tinggi atau diabetes melitus yang dapat dikendalikan hanya dengan pengendalian makan, olahraga, serta hidup optimistis. Jadi, tidak boleh terburu-buru minum obat karena obat tersebut mungkin memang amat bermanfaat, tapi pemakaian jangka panjang memerlukan pemantauan agar tidak terjadi efek samping yang tak diinginkan.
Sebenarnya saya ingin mendapat penjelasan dokter bagaimana cara yang benar di era teknologi maju sekarang ini untuk menurunkan kadar lemak. Apakah memang tidak boleh minum obat penurun lemak disegerakan? Terima kasih atas penjelasan dokter.
M di B
Gaya hidup kita banyak memengaruhi taraf kesehatan kita, salah satunya perubahan makan pada masyarakat kita. Semula masyarakat kita mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat, makan nasi banyak. Sekarang konsumsi karbohidrat sudah mulai berkurang, tetapi konsumsi protein dan lemak tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan, di kalangan penduduk kota porsi lemak dalam makanan meningkat tajam. Karena itulah, dalam pemeriksaan kesehatan cukup banyak ditemui penderita yang kadar lemaknya tinggi.
Kepedulian Anda tentang masalah lemak ini baik karena kita semua harus mulai menerapkan makanan yang seimbang. Kita harus cukup makan karbohidrat, tetapi juga perlu konsumsi protein dan lemak dalam porsi yang dianjurkan. Sebagian masyarakat di kota sudah mulai menghadapi persoalan kolesterol tinggi. Karena itu, mereka yang masih mengonsumsi makanan seimbang harus mempertahankannya. Jangan terjebak oleh gaya hidup modern yang konsumsi protein dan lemaknya tinggi.
Obat yang tersedia sekarang ini memang banyak jenisnya. Obat-obat tersebut dapat digunakan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi, lemak, dan gula darah. Namun, sebelum menggunakan obat tersebut, gaya hidup sehat perlu diamalkan. Pengendalian penyakit bukan dengan obat ini disebut terapi nonfarmakologis. Untuk tekanan darah yang ringan begitu pula gula darah atau kadar LDL yang sedikit meninggi, gaya hidup sehat mungkin sudah mencukupi untuk mengendalikan penyakit. Dengan demikian, obat farmakologis tak perlu dipakai atau ditunda pemakaiannya.
Mungkin untuk pemahaman bersama, penapisan kadar lemak perlu dilakukan untuk perokok aktif, penyandang diabetes melitus, hipertensi, punya riwayat keluarga penyakit jantung koroner, keluarga yang hiperlipidemia, penyakit gagal ginjal kronis, lingkar pinggang lebih dari 90 cm untuk laki laki dan 80 cm untuk perempuan, manifestasi klinis hiperlipidemia, disfungsi ereksi, obesitas, serta laki-laki yang berumur 40 tahun atau lebih dan perempuan yang berumur 50 tahun atau lebih. Adapun pemeriksaan yang dilakukan khusus untuk lemak adalah kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL.
Seperti diketahui, kolesterol LDL adalah kolesterol jahat dan kolesterol HDL adalah kolesterol baik. Jika HDL rendah tidak baik, tapi jika HDL tinggi justru baik untuk kesehatan. Kenapa kita peduli pada kadar lemak? Karena kadar lemak, misalnya, peninggian LDL merupakan faktor risiko untuk terjadinya gangguan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner.
Namun, patut diingat bahwa dokter tidak hanya memperhatikan kadar lemak pasien, tetapi juga kesehatan pasien secara keseluruhan. Dokter ingin agar pasien dalam keadaan sehat dan bugar sehingga dapat menikmati kualitas hidup yang baik serta mampu berproduksi secara optimal. Karena itu, selain pemeriksaan kadar lemak, dokter akan melakukan anamnesis (menanyakan riwayat penyakit), pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Setelah itu, barulah direncanakan terapi yang sesuai untuk pasien. Pengelolaan dislipidemia dilakukan secara komprehensif. Artinya, pasien dinilai secara keseluruhan. Kalau mungkin, dilakukan pencegahan primer untuk mencegah komplikasi penyakit kardiovaskuler, sedangkan pencegahan sekunder bertujuan mencegah komplikasi kardiovaskuler lanjutan terhadap semua pasien yang telah menderita penyakit aterosklerosis dan kardiovaskuler yang jelas.
Terapi dislipidemia dimulai memang dengan terapi nonfarmakologis dulu, seperti aktivitas fisik, pengaturan makan, dan berhenti merokok. Langkah-langkah ini merupakan langkah utama sebelum terapi farmakologis. Jika setelah terapi nonfarmakologis lipid belum terkendali, barulah dimulai terapi farmakologis. Obat penurun kadar lemak cukup banyak, dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu statin, bile acid sequestrant, asam nikotinat, dan fibrat. Obat utama yang sekarang banyak digunakan adalah golongan statin.
Apabila di samping peningkatan lemak juga didapat keadaan khusus, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, penyakit stroke, atau gagal ginjal kronis, diperlukan pendekatan yang khusus juga. Untuk itu, komunikasi antara pasien dan dokter perlu lebih diintensifkan agar pasien dapat memahami tujuan terapi yang akan dicapai serta risiko efek samping yang dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar