Ibadah, seperti puasa Ramadhan, akan mengantarkan seorang hamba pada pencerahan nurani yang diharapkan mewujud pada akhlak mulia.
Nabi Muhammad SAW mengemban tugas kerasulan, antara lain bertujuan untuk memperbaiki akhlak manusia. Akhlak atau budi luhur itu sesuai dengan sifat dan sikap kemanusiaan. Dan, kegairahan umat menyambut puasa, di tengah maraknya teror bom, dapat mengurangi suasana permusuhan karena meningkatnya kesadaran akan sifat dan sikap kemanusiaan itu.
Dengan akhlak mulia, kita dapat memahami salah dan benar, baik dan buruk, mampu menenggang perbedaan (toleransi), empati terhadap penderitaan orang lain, atau rela berkorban untuk kebaikan bersama. Singkatnya, batin kita tercerahkan.
Hikmah puasa, antara lain, adalah terpupuknya rasa empati kepada sesama dan empati inilah yang dapat memunculkan nilai-nilai solidaritas sosial. Kita membutuhkan puasa untuk mengendalikan hawa nafsu serakah akan keduniawian, yang dapat membutakan dan membawa orang sulit membedakan mana milik kita dan mana yang bukan, serta pada akhirnya menjerumuskan orang dalam perilaku buruk.
Serangan teroris dalam sepekan terakhir telah mewarnai suasana menjelang Ramadhan tahun ini. Sejak bulan Rajab, umat Islam disunahkan berdoa meminta umur panjang agar bisa melaksanakan puasa wajib selama Ramadhan. Namun, tahun ini kita tak hanya dikejutkan oleh kerusuhan di Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, tetapi juga serangkaian serangan oleh teroris di beberapa kota di Indonesia.
Kita tahu perbuatan para teroris itu sama sekali tidak terkait dengan agama apa pun. Namun, kita sadar sepenuhnya pemahaman agama yang salah, apa pun agamanya, dapat membawa penganutnya kepada perbuatan yang tak lagi memedulikan akhlak mulia.
Kekhawatiran sempat merebak, tetapi kita berharap rangkaian kekerasan itu tidak berdampak, apalagi sampai mengganggu pelaksanaan puasa. Lewat pernyataan dan penangkapan terhadap para terduga teroris, pemerintah dan aparat keamanan memberikan sinyal akan adanya jaminan keamanan bagi masyarakat untuk melaksanakan puasa Ramadhan.
Pada bulan Ramadhan, kita juga disunahkan melaksanakan shalat tarawih, sebagai bagian dari pemupukan silaturahim. Namun, pada bulan Ramadhan ini pula kita harus bersedia bersunyi diri, berkomunikasi langsung dengan Allah Yang Maha Suci, yang tentu akan menerima dari sesuatu yang juga suci.
Dalam keadaan lapar dan dahaga, mungkin akan menyurutkan pikiran, tetapi kepekaan batin kita akan kian terasah. Pada saat itulah kita bisa merenung kembali lebih dalam apa dan siapa kita sebenarnya dan untuk apa kita hadir di dunia. Islam mengajarkan bahwa manusia hadir untuk beribadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar