Beberapa bulan terakhir, banyak pebisnis merasa kurang ada gairah dalam ekonomi sehingga timbul pertanyaan, bagaimana menggairahkan ekonomi. Ada juga persoalan lain, tingkat bunga yang didengungkan Amerika Serikat akan dinaikkan tiga kali dalam tahun ini. Di sisi lain, Bank Indonesia sudah menaikkan tingkat suku bunga. Tulisan ini akan membahas diskusi pebisnis terkait kondisi ini.
Seperti kita pahami, pendapatan domestik suatu negara merupakan hasil penjumlahan dari konsumsi rumah tangga (CRT), konsumsi lembaga nonprofit (CLNP), konsumsi pemerintah (G), pembentukan modal bruto (I), dan net ekspor (Ekspor, X, dikurangi Impor, M). Beberapa tahun terakhir net ekspor kita selalu negatif yang menyatakan lebih besar impor daripada ekspor. Pembentukan modal bruto (I) tergantung dari berbagai faktor yang bisa menjadi pembahasan tersendiri. Konsumsi pemerintah merupakan perencanaan yang dilakukan pemerintah untuk mendorong perekonomian, walaupun belanja pegawai pemerintah sangat besar saat ini.
Sebelum Joko Widodo dan Jusuf Kalla memimpin negara ini semua pihak sepakat bahwa pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi masyarakat, yang besarannya sekitar 4 persen per tahun. Bila pertumbuhan ekonomi lebih besar daripada 4 persen, sisanya merupakan faktor konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan net ekspor. Variabel makro ini tidak bisa lagi diharapkan melihat data yang ada dalam tiga tahun terakhir, tetapi target pemerintah selalu menginginkan pertumbuhan ekonomi melebihi 5 persen dan pemerintah harus bertindak agar tercapai pertumbuhan tersebut.
Jika diperhatikan, masyarakat bisa dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok bawah yang berpenghasilan rendah, seperti buruh dan sebagainya, kelompok menengah yang berpenghasilan sedikit lebih tinggi dan merupakan pendorong dari demokrasi dan pertumbuhan ekonomi, serta kelompok atas yang berpenghasilan tinggi.
Cara membelanjakan dana pada ketiga kelompok ini berbeda-beda. Kelompok bawah sangat tidak bisa diatur karena yang didapat juga sering kurang. Kelompok menengah merupakan kelompok yang sangat diharapkan karena besarannya cukup banyak di Indonesia saat ini. Sementara kelompok atas tidak perlu diberikan penjelasan untuk pembelanjaan, bahkan sering kali sudah tidak menjadi persoalan bagi suatu negara.
Kelompok berpendapatan rendah dan menengah perlu mendapatkan perhatian agar bisa juga mendorong perekonomian nasional. Sebaiknya, pemerintah membuat kebijakan yang bisa mendorong ekonomi yang lebih bagus pada masa depan. Pemikiran yang perlu dilakukan, yaitu merombak penggajian para buruh yang saat ini dibayar bulanan dan juga pegawai perkantoran yang juga dibayar bulanan.
Sebaiknya, buruh dibayar upahnya setiap akhir minggu sehingga buruh mempunyai dana untuk berbelanja. Pegawai perkantoran dibayar setiap dua minggu atas gaji yang telah disepakati pegawai dengan majikannya. Pegawai pemerintah juga dibayar gaji yang diterimanya setiap bulan menjadi dua mingguan. Pembayaran upah buruh ini melalui bank di mana buruh memiliki ATM untuk bertransaksi atas uangnya. Buruh bisa ambil uang di ATM sebesar yang disukai sehingga tidak perlu uang besar dan kemungkinan uang kertas yang paling tinggi sebesar Rp 50.000 saja.
Penulis mencoba mencari informasi, upah buruh dibayar sering kali pada akhir bulan dan gaji kantoran juga pada akhir bulan. Oleh karena itu, sering kali kita melihat bahwa tempat perbelanjaan akan sangat ramai pada minggu pertama setiap bulan karena adanya dana yang dipegang. Setelah bekerja dalam satu bulan baru mendapatkan upah. Bahkan, office boy yang merupakan pegawai terendah di perusahaan juga dibayar setiap akhir bulan.
Jika dilakukan perubahan dengan setiap minggu, buruh akan sangat terbantu karena sudah bisa melakukan pembelanjaan setiap minggu. Perubahan pembayaran upah buruh ini juga membuat buruh lebih tenang dalam bekerja karena cara berpikir penggunaan uang sudah lebih singkat, bukan untuk sebulan bahkan mingguan. Sering kali buruh mencari pinjaman untuk membayar anak pergi ke sekolah. Apabila upah dibayar mingguan, buruh akan sangat terbantu. Apalagi jika pembayaran dilakukan setiap Senin pagi. Ketika dibayar setiap Jumat atau Sabtu bisa jadi uang tersebut akan habis pada hari Sabtu atau Minggu yang merupakan hari libur.
Pembayaran gaji dua mingguan kepada karyawan juga membantu karyawan melakukan perencanaan keuangan dalam dua mingguan. Tindakan ini diperlukan untuk memungkinkan rumah tangga lebih bisa melakukan perubahan.
Keputusan itu bukan melanggar semua aktivitas yang ada selama ini. Cukup banyak negara melakukan tindakan serupa. Australia sebagai negara yang termasuk negara kelompok menengah telah memberlakukan tindakan ini. Upah buruh dibayar mingguan dan pemerintah menerima pembayaran pajak setiap minggu dari perusahaan sehingga semua akan terbantu. Pegawai kantoran di Australia juga mendapatkan gajinya sekali dua minggu sehingga pajak atas gajinya juga dibayar setiap dua minggu. Pada akhir tahun, jika terjadi kelebihan bayar, pemerintah mengembalikan pungutan pajak yang dikenal dengan tax refund. Oleh karena itu, pemerintah sudah selayaknya melakukan perubahan penggajian semua pihak di Indonesia. Kebijaksanaan ini bisa saja dari Kementerian Tenaga Kerja untuk penggajian pekerja dan Kementerian Keuangan cq. Dirjen Pajak untuk pembayaran pajaknya.
Dampak atas perubahan pembayaran gaji akan sangat luas karena setiap orang akan memegang uang dan siap berbelanja. Para buruh akan berbelanja pada ritel informal dan perekonomian kelompok bawah akan meningkat. Bukankah ini yang perlu dibesarkan untuk perekonomian. Jika ini terjadi, kelompok bawah akan tidak mencari pinjaman lagi sehingga pengelolaan moneter akan lebih mudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar