Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 08 Juni 2018

Pariwisata dan Teknologi//Tutup Lintasan Kereta Api (Surat Pembaca Kompas)

DHANANG DAVID

Wisatawan mancanegara berfoto di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Jumat (5/1/2018).

Pariwisata dan Teknologi

Tersua berita lama di Kompas, 17 Februari 2017, bahwa Kementerian Pariwisata sejak Oktober 2016 punya teknologi andal yang mampu menjejaki keberadaan wisatawan mancanegara, yaitu dengan menghitung roaming telepon seluler yang mereka bawa dari negara masing-masing melalui pos-pos lintas batas yang belum dilengkapi pemeriksaan imigrasi.

Terbukti memang "luar biasa". Ketika Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada 2016 hanya ada 11,519 juta wisatawan mancanegara, Kementerian Pariwisata mantap menyatakan ada tambahan 504.696 orang. Total terdata 12.023.606 orang.

Kok bisa? Bisa saja: ya, dengan memainkan teknologi itu. Jadi, begitu dimiliki pada Oktober 2016, teknologi itu langsung menjaring wisatawan mancanegara hingga 500.000 lebih. Target 2016 sebanyak 12 juta tercapai.

Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara I Gde Pitana, data itu sangat valid karena dihitung menggunakan teknologi mobile positioning data (MPD). Sejak itu saya pikir, ke depan bakal selalu akan ada dua acuan tentang jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. BPS menghitung "konvensional", Kementerian Pariwisata dengan MPD.

Nyatanya, kala BPS mencatat sepanjang 2017 hanya ada 14,04 juta wisatawan mancanegara (target 15 juta). Kementerian Pariwisata diam saja. Ada kesan menerima jumlah hitungan BPS. Sang menteri malah memprediksi realisasi meleset dari target: hilang 1 juta-1,3 juta orang.

Untung ada kambing hitam. Telunjuk pun mengarah ke erupsi Gunung Agung di Bali dan travel warning beberapa negara. Selesai. Tak usah dibahas. Alam, kok, dilawan.

Lantas, apa kabar teknologi MPD? Instrumen kebanggaan itu tentu mahal. Pertanyaan kemudian, apakah teknologi itu sekali berfungsi, sudah itu "mati"? Atau, memang tidak ada satu wisatawan mancanegara pun yang masuk lewat jalan tikus itu lagi?

Padahal, baru setahun silam dengan teknologi andalan itu, Kementerian Pariwisata mengklaim bisa menjaring lebih dari 500.000 wisatawan mancanegara (yang "lepas" dari hitungan BPS). Namun, Pak Menteri optimistis target 17 juta pada 2018 bakal tercapai.

WIRASMO W WIROTO
Pondok Pekayon Indah, Bekasi Selatan,
Jawa Barat

Tutup Lintasan Kereta Api

Sehubungan dengan banyaknya penutupan lintasan sebidang kereta api di Jakarta, dengan ini kami warga sekitar Stasiun KA Duren Kalibata menagih janji Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk menutup lintasan KA di Jalan Taman Pahlawan Kalibata.

Keamanan kami rentan sepanjang hari! Banyak pengendara sepeda motor seenaknya melawan arus. Puluhan pedagang kaki lima berjualan. Anak jalanan dan angkot mangkal di sana. Taksi dan ojek daring juga berpangkalan di sana.

Sering manusia atau kendaraan hampir tertabrak kereta yang setiap dua menit melintas dari pagi hingga petang. Kecelakaan lalu lintas antarkendaraan atau manusia terserempet sering terjadi.

Untuk mengatasi hal-hal itu, kami usulkan pembangunan jalan layang baru sebagai tambahan bagi jalan layang lama, pembangunan halte transjakarta dan pengadaan bus tersebut untuk dua jurusan (di sisi barat rel untuk Stasiun Duren Kalibata-Kebon Binatang Ragunan dan di sisi timur rel KA untuk jurusan Duren Kalibata-TMII).

Bangun taman di bawah jalan layang lama dan jalan layang yang akan dibangun. Bangun jembatan penyeberangan orang di lintasan KA. Bangun pos polisi untuk cegah kerusuhan sosial. Lebarkan jalan di pertigaan lampu merah Taman Pahlawan Kalibata sehingga kendaraan bermotor leluasa belok kiri. Bangun kembali Jembatan Ciliwung Rawajati berketinggian sama dengan jembatan penyeberangan yang sudah ada.

Teti Kustiningsih
Gang Langgar, Rawajati, Pancoran,

Jakarta Selatan

Kompas, 8 Juni 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger