Prita H. Ghozie

 

Pernahkah tebersit dalam pikiran Anda mengenai kehidupan di masa pensiun kelak? Bagi seorang karyawan, gaji setiap bulan adalah pemasukan yang ditunggu untuk membiayai berbagai pengeluaran rumah tangga. Namun, saat menjelang pensiun, pemasukan tersebut harus dapat digantikan dengan sumber penghasilan lain, salah satunya adalah dana pesangon. Jika tidak dikelola dengan baik, dana pesangon bisa saja tidak dapat memberikan manfaat maksimal bagi kehidupan selanjutnya.

Tidak mampu untuk pensiun saat diinginkan menjadi kekhawatiran finansial nomor 2 bagi para karyawan, demikian salah satu hasil survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga konsultan manajemen asing pada 2017.

Apalagi, situasi kehidupan setiap rumah tangga adalah unik. Beberapa orang saya dapati mulai peduli dengan perencanaan pensiunnya di usia tertentu, biasanya
mulai usia 50 tahun. Beberapa orang juga ada yang terpaksa untuk mengambil paket pensiun lebih cepat dari waktunya, pada usia 30-an tahun karena perubahan situasi bisnis perusahaan. Ada juga yang saat ini sudah mulai pensiun, tetapi membutuhkan nasihat tentang bagaimana mengelola keuangannya. Produk dan jasa keuangan kemungkinan akan terus berubah di masa mendatang, tetapi prinsip dasar perencanaannya akan tetap sama.

Secara umum, penggunaan aset dan dana pesangon akan terbagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama, yaitu 5 tahun setelah mendapatkan pesangon biasanya tergambarkan dengan masa suka cita dan banyak menghabiskan uang pesangon. Tahap kedua, yaitu 5 tahun berikutnya mulai memasuki masa sulit di mana saldo tabungan sudah menipis, padahal hidup masih terus berjalan. Apabila seseorang masih bekerja secara aktif, mungkin tidak ada masalah berarti dalam hidupnya. Tahap terakhir, yaitu 10 tahun setelahnya adalah masa kritis yang membutuhkan pembiayaan dari aset bertumbuh.

Saat memperoleh dana pesangon dalam jumlah yang cukup besar, sering kali seseorang akan tergoda untuk langsung memanfaatkannya tanpa perhitungan yang matang. Sebenarnya, ada 7 prioritas dalam alokasi dana pesangon yang dapat menjadi pertimbangan. Pertama, pengeluaran untuk zakat. Apabila sudah mencapai batas perhitungan, maka zakat ataupun pengeluaran sosial lain sebaiknya dialokasikan dari dana pesangon.

Kedua, dana darurat. Kebutuhan dana darurat yang ideal jumlah bervariasi tergantung status dan kondisi pekerjaan di masa mendatang. Untuk mereka yang masih memiliki tanggungan dan tidak yakin mengenai kepastian pekerjaan berikutnya, maka jumlah ideal kebutuhan dana darurat sebesar 12 kali pengeluaran rutin bulanan. Misalnya, pengeluaran rutin bulanan sebesar Rp 5 juta, maka jumlah dana darurat sebaiknya menjadi Rp 60 juta. Sedangkan untuk mereka yang telah mendapatkan kepastian kerja selanjutnya, maka dana darurat yang perlu disiapkan dapat diturunkan menjadi hanya 3 kali pengeluaran rutin bulanan.

Ketiga, bayar pinjaman konsumtif. Idealnya, saat memperoleh dana pesangon, maka seluruh pinjaman yang bersifat konsumtif, seperti utang kartu kredit, utang kredit tanpa agunan, dan lainnya dapat dilunasi. Jika masih tersisa, dana pesangon juga dapat dialokasikan untuk melunasi sebagian pinjaman kredit kendaraan dan kredit perumahan. Untuk mereka yang memiliki aset investasi yang mungkin masih dalam status pinjaman, maka melakukan pelunasan dengan dana pesangon belum menjadi prioritas utama.

Keempat, biaya untuk pendidikan anak. Pada umumnya, dana pesangon juga sangat dianjurkan untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan dana pendidikan anak, terutama untuk dana universitas. Apabila orangtua masih bekerja lagi, maka biaya sekolah bulanan disarankan terpenuhi dari gaji bulanan. Sedangkan dana pesangon digunakan untuk mempersiapkan dana uang pangkalnya. Untuk jangka waktu investasi di bawah 2 tahun, orangtua dapat mempergunakan produk reksa dana pasar uang. Sedangkan untuk jangka waktu di atasnya, bisa mulai menggunakan produk reksa dana campuran.

Kelima, dana pensiun dan kesehatan. Sebelum digunakan untuk pembelian berbagai kebutuhan konsumtif maupun usaha, maka sebaiknya penerima dana pesangon juga menginvestasikan dana untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah usia 60 tahun kelak. Biaya kesehatan sebaiknya dibantu dengan kepesertaan BPJS Kesehatan. Sedangkan, untuk investasi dana pensiun dapat dicarikan alternatif aset yang memberikan penghasilan pasif. Contohnya adalah obligasi yang memberikan kupon bulanan, indekos yang memberikan penghasilan sewa, dan lainnya.

Keenam, dana pesangon untuk tujuan keuangan lain. Berbagai tujuan keuangan penting, seperti naik haji, dana pernikahan anak, serta dana untuk modal usaha juga dapat dibantu disiapkan dari dana pesangon. Hanya saja, seseorang harus menghitung dengan cermat agar penggunaan dana pesangon tetap dapat dialokasikan untuk pos-pos lainnya. Apabila ingin memenuhi berbagai tujuan keuangan ini, maka sangat disarankan untuk tidak mengambil pinjaman lagi sebagai tambahan dana.

Ketujuh, pengeluaran yang bersifat gaya hidup. Bagi mereka yang sudah berusia 50 tahun dan mulai memasuki masa pensiun, sangat diperbolehkan menggunakan dana pesangon sebagian kecil untuk keinginan yang bersifat gaya hidup. Contohnya, setelah bekerja selama puluhan tahun, mungkin ingin liburan bersama keluarga, bisa saja. Asalkan, jumlahya tidak mencapai 10 persen dari total dana pesangon yang diperoleh.

Penggunaan dana pesangon seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup di masa depan. Perencanaan dan perhitungan sebaiknya dilakukan dengan cermat, serta tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan sebelum mengambil keputusan.