Setelah menunggu bertahun-tahun akhirnya saya dan istri mendapat kesempatan menunaikan ibadah haji di musim haji tahun ini. Kami merasa amat bergembira, karena usia kami sudah termasuk lanjut, saya 65 tahun dan istri 61 tahun. Saya bersyukur karena kami dalam keadaan sehat. Saya penderita diabetes dan hipertensi sementara istri penderita asma. Namun, penyakit kami dapat terkendali dengan obat-obat yang kami peroleh dari puskesmas. Saya sudah minum obat sejak 10 tahun yang lalu sedangkan istri menderita asma sejak muda. Menurut petugas kami boleh membawa obat-obat yang biasa kami pakai dan jika habis, tim kesehatan akan menyediakan obat-obat yang diperlukan oleh jemaah.

Kami telah menjalani imunisasi meningokok, tetapi menurut kakak saya yang sudah pernah menunaikan ibadah haji, sebaiknya kami juga menjalani imunisasi influenza dan pneumokok, karena juga berisiko terkena penyakit infeksi saluran napas. Dokter yang mengobati istri saya juga menganjurkan istri untuk menjalani imunisasi influenza dan pneumokok karena istri saya menderita asma. Bagaimana dengan saya? Apakah saya juga harus menjalani imunisasi tersebut?

Salah satu yang kami khawatirkan untuk menjalani ibadah haji adalah berita tentang suhu di Tanah Suci yang terus meningkat. Menurut berita sekarang suhu sudah berkisar antara 40-50 derajat celsius. Saya dapat membayangkan bagaimana panasnya udara di sana nanti. Saya juga pernah mendengar mengenai bahaya sengatan panas yang dapat mengakibatkan kekurangan cairan pada tubuh. Cukup banyak orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit akibat terkena sengatan panas. Bahkan juga ada yang meninggal jika tidak ditolong dengan cepat.

Mohon penjelasan dokter bagaimana agar kami dapat menghindarkan diri dari risiko terkena sengatan panas. Apakah memang perlu minum banyak dan harus membawa minuman kemana pun pergi? Di Arafah nanti semua jemaah haji akan berkumpul dan jika suhu udara tinggi tentulah banyak yang akan terkena sengatan panas. Apakah tenda-tenda yang didirikan di sana dapat menghindarkan jemaah dari sengatan panas? Terima kasih atas penjelasan dokter.

J di B

Saya mengucapkan selamat, Anda beserta istri mendapat kesempatan menjalankan ibadah haji tahun ini. Mudah-mudahan ibadah Anda lancar, mendapat haji mabrur, dan selalu dalam keadaan sehat. Untuk mempersiapkan diri menghadapi perjalanan ibadah haji, tentulah Anda dan istri telah mengikuti pelatihan baik mengenai cara melaksanakan ibadah haji maupun cara menjaga kesehatan di Tanah Suci. Sekitar separuh jemaah kita berusia lanjut dan berpenyakit kronik sehingga harus menyadari kemampuan fisik agar tidak terlalu lelah dalam menjalankan ibadah haji.

Dapat dimengerti jemaah yang telah mempersiapkan diri cukup lama ketika mendapat kesempatan melaksanakan ibadah haji akan memanfaatkan waktu di Tanah Suci untuk beribadah sebanyak-banyaknya, termasuk melaksanakan ibadah sunah. Hanya saja, dalam melaksanakan ibadah harus tetap dijaga agar badan tetap sehat. Salah satu rukun ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Jika jemaah sakit sehingga tak mampu melaksanakan wukuf di Arafah, tentu akan merasa kecewa. Jadi, niat untuk beribadah dengan sebaik-baiknya perlu disertai dengan kesadaran untuk menjaga kesehatan.

Saya percaya, Anda dan istri telah berkonsultasi dengan dokter tentang rencana menunaikan ibadah haji ini. Dokter tentu telah memberi nasihat bagaimana agar tetap sehat dalam melaksanakan ibadah haji. Kebiasaan hidup sehat harus diteruskan, obat-obat yang diperlukan disediakan. Meski tim kesehatan haji menyediakan cukup obat, jika Anda dan istri mempunyai persediaan obat sendiri, tak banyak membuang waktu untuk memperoleh obat dari tim kesehatan.

Anda dan istri telah menjalani imunisasi meningokok. Ini amat penting karena ada risiko tertular infeksi meningokok di Tanah Suci. Jemaah berdatangan dari seluruh dunia, termasuk dari daerah yang endemik penyakit meningitis di Afrika. Mereka berpotensi membawa kuman tersebut dan dapat menularkan kepada orang di sekeliling mereka. Karena itu, setiap jemaah haji perlu mencegah penularan meningitis ini dengan mendapat imunisasi meningokok. Jadi, imunisasi ini untuk kepentingan jemaah, bukan hanya sebagai syarat untuk memperoleh visa Arab Saudi.

Memang penyakit infeksi saluran napas termasuk penyakit yang sering mengenai jemaah haji. Upaya mencegah penyakit ini melalui hidup sehat serta imunisasi influenza dan pneumokok patut dijalankan. Imunisasi influenza dan pneumokok sifatnya masih dianjurkan belum diwajibkan, tetapi untuk memelihara kesehatan Anda dan istri, saya merekomendasikan Anda dan istri menjalaninya. Imunisasi influenza dan pneumokok dapat diperoleh di layanan kesehatan, terutama rumah sakit. Selain menjalani imunisasi, gunakan masker penutup mulut dan hidung.

Anda tentu sudah memahami pentingnya menjaga makan agar mencukupi untuk kegiatan ibadah Anda. Jika Anda seorang penderita diabetes, Anda tetap harus menjalani pengaturan makan bagi penderita diabetes. Usahakan cukup tidur sekitar 7 jam sehari. Anda tentu tak ingin ketinggalan beribadah shalat berjemaah di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Silakan melaksanakan ibadah tersebut, tetapi pada waktu luang gunakan waktu untuk tidur.

Ibadah haji tahun ini di Tanah Suci jatuh pada musim panas. Suhu udara di sana memang sudah tinggi dan mungkin masih akan naik lagi. Suhu udara yang amat tinggi dapat memengaruhi tubuh kita dan memang salah satu pengaruh yang patut dihindari adalah sengatan panas (heat stroke). Suhu udara yang panas akan mengakibatkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi). Jika kekurangan cairan amat banyak, akan terjadi perubahan pada tubuh yang berisiko menggangu fungsi jantung, ginjal, dan lainnya.

Cara untuk menghindari sengatan panas adalah dengan menghindari paparan sinar matahari, terutama pada pukul 09.00 sampai 15.00. Usahakan pada jam-jam tersebut sesedikit mungkin berada di luar gedung. Jika harus keluar gedung, gunakan payung, pakaian yang tipis, serta membawa minuman. Minum harus cukup untuk mencegah kekurangan cairan tubuh.

Jika ada ibadah yang mengharuskan berada di luar gedung, seperti melempar jumrah, lakukanlah pada waktu udara tidak panas. Banyak jemaah yang membawa kipas yang dapat menyemprotkan air, sudah tentu itu boleh saja. Bahkan ada yang menyiram tubuhnya dengan air, tetapi dalam waktu sebentar biasanya pakaian yang basah akan segera kering. Jadi, yang paling penting adalah menghindari paparan sinar matahari yang terik.

Gejala sengatan panas dapat berupa rasa haus, sakit kepala, bahkan ada yang kemudian kehilangan orientasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadi kejang-kejang dan tak sadarkan diri. Juga ada yang dapat mengalami henti jantung. Pertolongan pertama pada penderita yang mengalami sengatan panas adalah membawanya ke dalam ruangan yang sejuk, melonggarkan pakaiannya, serta memberi minum. Jika penderita dalam keadaan berat, segera hubungi petugas kesehatan. Mungkin penderita memerlukan infus cairan dan berbagai tindakan pertolongan lain, termasuk perawatan di rumah sakit.