Suami saya menderita darah tinggi selama 12 tahun. Dia baik-baik saja dan tahun lalu memasuki usia pensiun. Selama pensiun, dia banyak di rumah dan makan kurang terjaga. Dia bangun pagi lebih lambat dari waktu kerja. Biasanya pukul 08.00 baru bangun dan malas jalan kaki. Saya berusaha mengajak dia jalan kaki bersama, tetapi dia malas. Selama tidak bekerja, berat badannya naik empat kilogram meski darah tinggi tetap terkendali.

Dua bulan lalu, suami saya mengalami serangan stroke. Malam hari ketika akan ke kamar mandi, dia terjatuh. Rupanya badan sebelah kanan lemah sehingga jatuh ketika berjalan. Saya segera membawanya ke instalasi gawat darurat terdekat. Dia mendapat pertolongan segera, termasuk pemasangan infus, pemberian oksigen, dan kemudian pemeriksaan CT scan di bagian kepala. Ternyata ada perdarahan di pembuluh darah otak yang memengaruhi pusat gerak di otak. Untunglah dia masih mampu berbicara meski suaranya pelan dan agak cadel.

Setiap hari, saya mendampingi suami di rumah sakit dan berkomunikasi dengan dokter yang merawat. Menurut dokter, kemajuan suami saya cukup baik. Namun, kelumpuhan badan sebelah kanan dan kemampuan bicara harus tetap dilatih agar dapat kembali normal. Sewaktu dirawat di rumah sakit, suami saya sudah dikonsultasikan ke bagian rehabilitasi medik dan telah direncanakan latihan fisioterapi. Saya mengantar suami konsultasi dan menjalani rehabilitasi medik secara teratur.

Faktor-faktor yang menjadi pemicu stroke, seperti tekanan darah, kadar lemak darah, dan berat badan, sudah mulai membaik, tetapi suami saya kurang sabar dalam menjalani rehabilitasi medik. Dia ingin cepat kembali gagah seperti semula, padahal rehabilitasi medik harus dijalani bertahap dan diharapkan fungsi gerakannya akan kembali normal. Namun, semua tentu tergantung kesungguhan untuk menjalani terapi.

Saya ingin memberi semangat kepada suami saya agar rajin menjalani rehabilitasi medik. Dapatkah dokter menjelaskan manfaat fisioterapi pada penderita stroke? Apa yang akan terjadi jika penderita malas berlatih? Terima kasih atas penjelasan dokter.

M di S

Stroke memang penyakit yang sering dijumpai di negeri kita. Gangguan aliran darah di otak dapat berupa penyempitan, penyumbatan, ataupun perdarahan. Kelainan ini akan memengaruhi pusat-pusat di otak tergantung dari lokasi kelainan pembuluh darah, apakah memengaruhi pusat bicara, pusat motorik, dan lainnya. Perjalanan stroke juga bermacam-macam.

Kelainan pada stroke ada yang dapat kembali pulih, ada yang menimbulkan kecacatan, bahkan stroke yang berat dapat mengakibatkan kematian. Rehabilitasi medik berusaha mengembalikan kelainan akibat stroke agar dapat kembali ke keadaan sebelum stroke. Latihan pada rehabilitasi medik cakupannya luas, baik berupa rehabilitasi fisik maupun psikis. Gangguan bicara dapat diperbaiki melalui latihan bicara. Diharapkan melalui rehabilitasi medik kualitas hidup penderita akan menjadi baik.

Sudah tentu untuk menjalani rehabilitasi medik pasien harus mempunyai motivasi kuat untuk pulih. Pasien perlu memahami manfaat rehabilitasi medik serta apa yang akan terjadi jika dia tak menjalani fisioterapi. Tujuan rehabilitasi medik adalah memulihkan fungsi tubuh ke fungsi normal atau hampir mendekati normal. Dengan demikian, dia dapat melaksanakan tugas sehari-hari dan dapat pula melakukan interaksi sosial dengan orang lain.

Rehabilitasi medik dapat dimulai sewaktu dirawat di rumah sakit, selanjutnya dilaksanakan melalui kunjungan berobat jalan. Biasanya dimulai dengan aktivitas ringan dan secara bertahap latihan diperberat. Latihan harus diulang-ulang agar hasil latihan baik. Kegiatan hari-hari pasien meliputi kemampuan mengurus diri sendiri berpakaian, makan, mandi, ke kamar mandi, dan merawat diri. Pasien juga diharapkan mampu berkomunikasi, menulis, menelepon, dan menggunakan alat komunikasi lain.

Selain itu, pasien diharapkan juga dapat membuka pintu, menutup keran air, mematikan lampu, dan lainnya. Semakin mandiri, semakin kurang bantuan yang diperlukan, pasien akan lebih mempunyai kepercayaan diri, tak bergantung pada orang lain.

Pada terapi wicara, pasien dilatih vokal, verbal, dan konsonan agar bicaranya dapat dimengerti orang lain. Memang sering kali pasien merasa bosan dan kesal karena keterampilan tersebut sudah pernah dikuasai dengan baik dan sekarang harus dilatih lagi.

Dukungan psikologis jangan dilupakan. Kondisi emosional pasien perlu diperhatikan. Dukungan psikologis keluarga amat membantu dan jika dianggap perlu, terapi oleh profesional dapat dimintakan.

Cobalah bicarakan dengan dokter spesialis rehabilitasi medik kondisi fisik dan psikis suami Anda. Latihan apa saja yang diperlukan serta dukungan yang diharapkan. Dokter dapat menjelaskan kembali manfaat rehabilitasi medik agar fungsi berjalan dan bicara suami Anda dapat mendekati normal.

Sebaliknya, jika tak menjalani rehabilitasi medik, otot-otot yang tak dipakai dapat mengecil dan sendi yang jarang digunakan akan kaku. Begitu pula jika tidak menjalani latihan bicara, orang lain akan sukar mengerti pembicaraan suami Anda. Adakalanya petugas rehabilitasi medik menganjurkan alat bantu, seperti tongkat dan kursi roda, sesuai dengan keperluan.

Beberapa rumah sakit telah membentuk klub stroke yang bertujuan menghimpun penderita pascastroke untuk bersama menuju pemulihan. Di klub ini dilakukan berbagai kegiatan, seperti ceramah, senam, renang, dan rekreasi di alam terbuka. Melalui kelompok ini, pasien stroke tak merasa sendiri lagi. Mereka bertemu sesama pasien pascastroke, saling mendukung dan berbagi kegembiraan. Klub stroke biasanya dibimbing oleh dokter dan petugas sosial. Anda dapat mempertimbangkan setelah bicara dengan suami apakah beliau bersedia menjadi anggota klub stroke.

Di klub stroke juga diadakan terapi okupasi. Penderita pascastroke dilatih mengerjakan sesuatu, misalnya anyaman. Jika pasien berhasil mengerjakan, pasien akan merasa bangga dan lebih percaya diri. Latihan bersama, seperti senam, bermain musik, dan bernyanyi bersama, akan meningkatkan kualitas hidup penderita stroke.

Saya menghargai kesediaan Anda untuk selalu menemani suami dan memberikan bantuan. Namun, patut diingat secara bertahap suami Anda harus menuju ke keadaan mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Dia tentu akan lebih senang jika mampu mengerjakan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain.

Untuk mencegah stroke berulang, berbagai faktor yang dapat mencetuskan stroke harus dikendalikan dengan baik. Ini berarti pengaturan makan, tidur yang cukup, olahraga sesuai kemampuan, serta pengendalian penyakit yang dapat mencetuskan stroke, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes, harus dipantau secara teratur agar dapat terkendali.