KOMPAS/KELVIN HIANUSA

Foto eksposur ganda tes kecepatan tahap dua pebalap nasional sepeda disiplin trek, Sabtu (9/6/2018), di Velodrom Rawamangun, Jakarta. Tes itu dilakukan guna mengetahui peningkatan kecepatan pebalap jelang Asian Games 2018.

Ada rasa bangga sekaligus waswas menyaksikan persiapan perhelatan Pesta Olahraga Asia (Asian Games) di Jakarta dan Palembang 18 Agustus-2 September nanti.

Laporan harian ini, Senin (9 Juli 2018), memberikan gambaran, sebagian besar prasarana sudah siap. Namun, ada juga yang masih dikejar kesiapannya. Persiapan arena pertandingan dan prasarana lain sudah siap 95 persen. Sementara yang belum selesai, seperti arena squash, jet ski, layar, dan bisbol, ditargetkan beres pada akhir Juli.

Sampai di sini kita melihat, Asian Games (AG) Ke-18 secara nyata menjadi lokomotif pembangunan setidaknya di Jakarta dan Palembang. Selain Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno, yang mengingatkan warga pada penyelenggaraan AG tahun 1962, jadi lebih rapi dan semarak, berbagai sudut kota pun ikut bersolek. Ini terjadi tidak saja di area pusat kota, seperti kawasan Senayan hingga Bundaran HI, tetapi juga Danau Sunter, yang dindingnya kini mengilap.

Selain sosok fisik, ada juga perubahan dalam layanan transportasi. Jika sekarang masih dikebut pengerjaannya, saat AG dibuka nanti sudah ada LRT yang beroperasi meski baru untuk rute Kelapa Gading-Velodrom Rawamangun.

Di luar itu ada trotoar dan sejumlah prasarana lain yang dikebut penyelesaiannya. Sekilas tebersit pertanyaan, mengapa harus mepet-mepet? Bukankah akan lebih menenteramkan jika semua sudah siap beberapa bulan lalu?

Persiapan nonfisik tak kalah pentingnya. Ketika jadi tuan rumah, Beijing menerapkan kebijakan transportasi yang membuat lalu lintas lebih lega dan gas buang kendaraan bermotor menurun drastis, yang membuat udara lebih bersih dan atlet menghirup udara lebih segar.

Dari sini kita bisa memetik pengalaman, acara seperti AG bisa menjadi pendorong pembangunan di berbagai bidang. Fasilitas olahraga lebih banyak dan lebih modern, layanan transportasi lebih nyaman, dan terjadi perbaikan kualitas lingkungan.

AG 2014 di Incheon, Korea Selatan; Olimpiade Beijing tahun 2008; dan tentu Piala Dunia 2018 di Rusia juga menjadi pendorong lahirnya kemajuan perkotaan. AG 2018 di Jakarta dan Palembang kita niscayakan melahirkan dampak serupa.

Yang perlu kita refleksikan adalah cara kita mengelola acara, mulai dari persiapan, penyelenggaraan, hingga pemeliharaan fasilitas pasca-perhelatan. Kita masih berada di tahap akhir persiapan, tetapi tak ada salahnya memikirkan babak penyelenggaraan dan pemanfaatan/pemeliharaan pasca-perhelatan.

Kita menyebut AG sebagai lokomotif penggerak pembangunan di berbagai bidang. Akan tetapi, kita juga bisa berpikir bahwa jika kita rajin berinvestasi dalam berbagai fasilitas olahraga atau aktivitas lain, seperti turisme atau konvensi, akan lebih mudah kita menarik perhelatan internasional ke negeri kita.

Jika kita sungguh-sungguh menyiapkan AG, hal itu akan bermanfaat untuk melatih kita menjadi bangsa inovatif, mampu menghadirkan dan menyelenggarakan perhelatan secara profesional dan fenomenal. Semoga AG 2018 bisa membuktikan kita sebagai bangsa yang siap menyambut tamu dengan ramah, aman, dengan kota dan arena pertandingan yang mengesankan.

Kompas, 10 Juli 2018