AFP PHOTO/FRANCK FIFE

Bek sayap timnas Belgia Thomas Meunier (tengah) mengontrol bola dengan kepala saat sesi latihan di Stadion Guchkovo, Dedovsk, Moskwa, Rusia, Senin (9/7/2018). Belgia akan melawan Perancis di semifinal Piala Dunia 2018 di Stadion Saint Petersburg, Rabu (11/7) pukul 01.00 WIB.

Siapa bisa mengalahkan Brasil, dia boleh menatap final dengan optimistis. Rupanya itulah sebuah kepercayaan tradisi dalam Piala Dunia. Dan, lewat sebuah pertandingan perempat final yang amat sulit, Belgia pada Piala Dunia 2018 ini telah memenuhi persyaratan tradisi itu. Akankah generasi emas Belgia ini sampai ke final dan menjadi juara?

Dalam Piala Dunia 1986, Belgia juga sampai ke semifinal bersama generasi emasnya, seperti Jan Ceulemans, Enzo Scifo, dan René Vandereycken. Ternyata Ceulemans dan segenerasinya kandas 0-2 di kaki Argentina bersama Diego Maradona. Baru setelah 32 tahun berlalu, dalam Piala Dunia 2018 ini, Belgia sampai kembali ke semifinal, juga bersama generasi emasnya, seperti Kevin de Bruyne, Romelu Lukaku, dan Eden Hazard. Akankah dengan generasi emas itu Belgia dapat melewati semifinal dengan mengalahkan Perancis?

Buat Kevin de Bruyne, ternyata generasi emas itu bukanlah kosakata penting. "Apakah generasi emas atau bukan, turnamen macam ini selalu sulit. Jika kita ingin menang, kita harus bisa mengalahkan nama-nama besar," kata gelandang kreatif itu.

Dengan mengalahkan Brasil, De Bruyne dan kawan-kawannya telah melewati ujian yang amat sulit. Ujian itu tidak hanya berkenaan dengan kecerdikan bermain, tetapi juga dengan ketahanan mentalitas. "Lima belas menit terakhir melawan Brasil sungguh merupakan tes karakter," kata De Bruyne.

Pelatih Belgia Roberto Martinez menyebut kemenangan Belgia atas Brasil itu sebagai "sebuah kemenangan mentalitas". Di babak kedua, Belgia tampak kedodoran, lebih-lebih setelah Renato Augusto membobol gawang mereka, memperkecil ketinggalan Brasil, 1-2.

Namun, dengan keteguhan mentalnya, pemain Belgia dapat membela gawang Thibaut Courtois untuk tidak kebobolan sampai akhir laga. "Mereka sungguh kuat. Kemenangan mereka bukanlah keberuntungan. Mereka mempunyai Courtois. Dan, mereka efektif," kata Tite, Pelatih Brasil.

Menurut Hazard, sekarang Belgia lebih kuat daripada empat tahun lalu. Ketika itu, pada Piala Dunia Brasil 2014, mereka dikalahkan Argentina. Selain itu, Belgia juga lebih matang dibandingkan dua tahun lalu saat ditekuk Wales, 1-3, di perempat final Piala Eropa 2016. "Kami mempunyai pemain-pemain top dan kami bermain sebagai grup, bukan sendiri-sendiri. Kami tahu apa yang harus kami lakukan dan apa yang tidak boleh kami lakukan," kata Hazard.

Walau tidak memandang enteng, Belgia 100 persen siap mengalahkan Perancis. Di mata Hazard, Perancis dengan taburan pemain mudanya justru punya permasalahan yang lebih rumit. Dihadapkan pada sistem knock out, pengalaman dan kematangan itu sangat perlu. Dalam hal ini, Belgia kiranya lebih berpengalaman. "Sekarang usia kami di antara 25 dan 30 tahun. Kami mempunyai kematangan yang sama. Itu kiranya modal yang sangat berarti dalam pertandingan ini," ujarnya.

Bahwa Belgia sekarang dipandang hebat, itu tidak terlepas dari pelatih mereka, Roberto Martinez. Martinez dianggap sebagai "intelektual bola" yang sangat terinspirasi oleh Johan Cruyff dan Pep Guardiola. Martinez banyak menimba pengalaman di Liga Inggris dan pernah membawa Wigan Athletic menjadi juara Piala FA. Ia cerdik dalam mengolah taktik. Rantai pertahanan Belgia dibuatnya efektif lagi sehingga Belgia dapat menunjukkan kelasnya kembali jika mereka menyerang balik.

Selain itu, pemain-pemain Belgia rupanya merasa nyaman bermain di bawah asuhan Martinez. Lebih-lebih De Bruyne. Dia tak asing dengan Martinez karena gaya dan taktik Martinez nyaris sama dengan Guardiola, guru dan pelatihnya di Manchester City.

De Bruyne memang telah menginternalisasi ajaran Guardiola. Di bawah Guardiola, ia berkembang sepesat-pesatnya. Saking hebatnya, De Bruyne yang pemalu dan pendiam itu mendapat julukan "King Kevin".

AFP PHOTO/FRANCK FIFE

Gelandang kreatif timnas Belgia Kevin De Bruyne menyundul bola dalam sesi latihan di Stadion Guchkovo, Dedovsk, Moskwa, Rusia, Minggu (8/7/2018). De Bruyne menjadi pemain kunci Belgia di Piala Dunia 2018.

De Bruyne bukan seorang pemain yang egoistis. Betapa pun kelihatan ia mempunyai peluang untuk mencetak gol, ia toh memberikan bola kepada rekannya sehingga gol itu tercipta dengan lebih indah. Maka, passing-nya menjadi sebuah seni. "Ia adalah pianis kami. Ia mempunyai wawasan, inteligensi, dan umpan dahsyat," ujar Benjamin Mendy, rekan bermainnya di Manchester City, yang malam ini akan menjadi lawannya.

Pujian dilayangkan kepada De Bruyne dan kawan-kawannya setelah mereka memulangkan Brasil. Masa lalu yang muram sudah di belakang mereka. "Ini adalah permainan hidup mereka. Permainan sebuah generasi. Segala kekecewaan masa lalu telah dilupakan dan dimaafkan. Kesebelasan ini telah memasuki sejarah bola dan akan selalu berada di dalamnya," tulis koran Belgia, La Derniere Heure.

AP PHOTO/DAVID VINCENT

Pemain serang Perancis Antoine Griezmann mengontrol bola saat sesi latihan di Saint Petersburg, Rusia, Senin (9/7/2018). Griezmann akan menjadi andalan Perancis saat melawan Belgia di semifinal Piala Dunia 2018 di Stadion Saint Petersburg, Rusia, pada Rabu (11/7) pukul 01.00 WIB.

Dalam Piala Dunia 2018 ini, sepintas Perancis lebih dijagokan ketimbang Belgia. Namun, melihat prestasi Belgia sampai fase ini, orang tidak lagi berpendapat Perancis bakal mudah mengalahkan Belgia. Dalam hal ini, Perancis harus belajar dari kesalahan Brasil. Brasil tidak memperhitungkan serangan balik Belgia yang sangat dahsyat karena keasyikan menyerang.

Jelas, pertandingan semifinal pada Rabu (11/7/2018) dini hari nanti akan seru. Le Figaro menulis, duel dua kesebelasan ini pasti akan eksplosif. Belgia versus Perancis adalah sebuah finale avant la lettre, final sesungguhnya, yang telah terjadi sebelum final.