AFP PHOTO/BULENT KILIC

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan mengangkat menantunya, Berat Albayrak, jadi menteri keuangan. Albayrak berjanji menurunkan inflasi Turki satu digit.

Namun, efeknya cukup besar bagi ekonomi Turki. Mata uang Turki, lira, turun sekitar 3 persen dibandingkan sehari setelah pelantikan. Di jajaran kabinet baru Erdogan, hanya mantan Wakil Perdana Menteri Mehmet Simsek yang dianggap ramah pasar.

Sepanjang tahun 2018, nilai tukar lira terhadap dollar Amerika Serikat turun lebih dari 20 persen. Penurunan nilai tukar setelah pengumuman kabinet terjadi sebab investor khawatir Erdogan akan mengontrol sepenuhnya kebijakan moneter Turki.

Penunjukan Berat Albayrak sebagai menteri keuangan membuat investor khawatir Erdogan akan memiliki kontrol lebih besar terhadap kebijakan moneter. Apalagi, dua ekonom senior Turki, Simsek dan Naci Agbal, tak masuk dalam kabinet.

"Albayrak harus bergerak cepat untuk meyakinkan kembali pasar keuangan dan perlu mengirim sinyal bahwa dia akan memperhatikan (reaksi pasar)," kata ahli strategi BlueBay Asset Management, Timothy Ash.

Namun, Albayrak yakin dapat mengendalikan penurunan nilai tukar dan memperkecil angka inflasi. "Kami harus bekerja intensif untuk bisa melihat dalam waktu dekat angka inflasi turun menjadi satu digit," kata Albayrak yang pernah menjabat sebagai menteri energi ini. Ia berjanji akan menjadikan Turki sebagai contoh untuk urusan kedisiplinan dalam kebijakan moneter yang kuat dan energik. "Turki akan menuliskan sejarah baru," ungkapnya tanpa merinci lebih jauh.

Namun, investor asing justru ragu dengan kemampuan Albayrak karena perannya selama ini sangat minim. "Investor asing tak mengenalnya dengan baik," kata Andressa Tezine, analis di Fidelity International. "Kami tidak tahu tentang proposalnya untuk model ekonomi baru Turki, kalaupun itu ada. Kami tidak mengetahui apa yang dia pikirkan tentang nilai tukar atau tingkat suku bunga."

Keraguan pasar itu semakin besar karena jajaran kabinet Erdogan hanya dipenuhi loyalis, bahkan untuk jabatan Gubernur Bank Sentral Turki. Erdogan berhasil mengamandemen UUD lewat referendum untuk mengubah sistem pemerintahan parlementer menjadi presidensial. Pada pemilu pertama presiden, Erdogan meraih dukungan 52,5 persen.

Namun, kemenangan itu justru mengkhawatirkan karena bisa membuat Erdogan menjadi diktator. Padahal, Turki mempunyai semua prasyarat untuk menjadi negara dengan ekonomi yang bisa terus tumbuh dan berkembang.