REUTERS/GORAN TOMASEVIC

Presiden terpilih Andres Manuel Lopez Obrador menyampaikan pidato di hadapan pendukungnya di Mexico City, Meksiko, setelah pemungutan suara pemilu presiden Meksiko ditutup, Senin (2/7/2018).

Kemenangan Obrador pada Pilpres Meksiko, Minggu lalu, patut diberi catatan. Bukan hanya karena sosoknya menarik, melainkan juga karena mengapa dia terpilih.

Andres Manuel Lopez Obrador yang dicitrakan sebagai sosok populis beraliran kiri dan tergolong "orang luar" dalam politik Meksiko bisa menang dengan mengantongi 53 sampai 53,8 persen suara pemilih. Peserta pemilu di Meksiko niscaya bernyali kuat karena politiknya yang keras.

Kemenangan AMLO (inisial presiden terpilih) ini memperlihatkan bahwa rakyat Meksiko capek dengan tema perang melawan narkoba yang tak berhasil menyurutkan pertumpahan darah. Padahal, itulah topik unggulan dua partai unggulan lain.

Partai petahana, PRI, terus-menerus berkuasa dari tahun 1929 hingga 2000. Sementara partai konservatif pesaingnya, PAN, berkuasa selama 12 tahun, sampai kemenangan Presiden Enrique Pena Nieto mengembalikan PRI ke kekuasaan.

Jadi, kemenangan AMLO bisa diterjemahkan sebagai pemberontakan publik terhadap partai besar yang gagal menawarkan jalan keluar untuk menanggulangi persoalan bangsa. Dalam berita harian ini Selasa (3/7/2018), kemenangan AMLO bisa memberinya pijakan kuat untuk menangani masalah dalam negeri dan dari luar seperti ancaman perang dagang dengan AS.

Selain masalah kekerasan yang dipicu perang bandar obat bius, masalah besar dan kronis Meksiko adalah korupsi. Korupsi oleh AMLO dianggap sebagai penyebab pokok ketidakadilan dan kejahatan kriminal yang tahun lalu diwarnai dengan 25.000 kasus pembunuhan. AMLO menegaskan, siapa pun yang terlibat akan dihukum. "Pengadilan yang baik diawali di rumah sendiri," katanya.

Dari pernyataan yang disampaikan Obrador, muncul kekhawatiran bahwa dirinya akan menerapkan kebijakan ala Venezuela. Menanggapi kekhawatiran itu, AMLO menepis dan mengatakan tidak akan membangun kediktatoran. Ia justru ingin membangun demokrasi yang otentik.

Mungkin demokrasi akan jadi wacana elitis tatkala kondisi ekonomi terus merosot seperti halnya kemerosotan mata uang peso terhadap dollar AS. Dalam konteks ini, tugas berat presiden terpilih yang mantan Wali Kota Mexico City ini adalah memperbaiki perekonomian negaranya. Apakah ia bisa menaikkan upah minimum tanpa menaikkan pajak. Presiden terpilih mengatakan hal itu bisa jika korupsi bisa ditanggulangi dan dilakukan perundingan lebih tangguh dalam NAFTA.

Dalam kaitan ini, hubungan dengan AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump akan sangat menentukan. Presiden terpilih Meksiko tentu akan belajar dari kegagalan kebijakan pendahulunya yang dianggap terlalu mengekor AS.