Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 11 Agustus 2018

Cek Kosong//Parkir di Yogya//Kondisi Jalan (Surat Pembaca Kompas)


Cek Kosong

Dalam bursa nama-nama yang akan dicalonkan menjadi presiden dan wakil presiden menjelang tenggat pendaftaran, muncul pelbagai istilah menarik. Salah satunya adalah sebutan "cek kosong", merujuk pada partai yang pernah besar, yang menyodorkan calon agar jadi pasangan calon partai yang dikunjungi.

Makna majas/kias "memberi cek kosong" adalah memberi dukungan pada partai yang dikunjungi tanpa minta imbalan. Kalaupun calon yang disodorkan tidak diterima, partai yang bersangkutan tetap mendukung partai yang punya calon lebih kuat itu.

Makna wantah atau arti sebenarnya "cek kosong" adalah cek yang diberikan kepada seseorang dengan menyilakan orang yang diberi cek itu mengisi sendiri jumlah uangnya, berapa pun yang diinginkan.

Namun, sebenarnya ada makna wantah lain dari "cek kosong", yaitu cek yang tak dapat diuangkan. Sebab, di rekening bank si pemberi cek, saldonya kurang, bahkan sudah tak ada lagi sama sekali.

Arti wantah pertama dan kedua "cek kosong" itu tidak hanya sedikit berbeda, tetapi berbeda sekali, atau berbeda diametral. Karena itu, sebaiknya dicari istilah lain untuk mengganti salah satu dan kedua istilah kembar tersebut.

Dalam bahasa Perancis ada kata/istilah yang maknanya berpadanan dengan makna majas "cek kosong". Kata itu adalah "carte blanche", yang terjemahan harfiahnya "kartu putih". Karena itu, tak sebaiknyakah istilah "cek kosong" dalam arti majasnya kita ganti saja dengan "cek putih"?

Ketaksaan kita hindari, kecuali jika ketaksaan itu terhapus sendiri oleh konteks pembicaraannya.

L Wilardjo
Klaseman, Salatiga,
Jawa Tengah

 

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Trotoar di sisi timur Jalan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (14/4/2018) petang. Pemerintah Kota Yogyakarta mulai 4 April 2016 lalu melarang pemanfaatan trotoar tersebut untuk tempat parkir kendaraan bermotor dengan maksud mengembalikan hak pejalan kaki agar dapat menggunakan fasilitas trotoar dengan nyaman.

Parkir di Yogya

Jumat dini hari, 20 Juli 2018, kami rombongan pensiunan ahli farmasi tiba di Stasiun Tugu, Yogyakarta. Kami yang dijemput dengan bus wisata diinformasikan agar berjalan ke pintu barat, menyusuri area parkir yang relatif kosong sampai di pintu keluar. Rupanya bus kami harus parkir di luar stasiun. Buat kami yang berusia di atas 60 tahun, kondisi ini merepotkan.

Saat di bus, datang anak muda menagih uang parkir Rp 70.000. Selaku ketua rombongan, saya minta bukti pembayaran. Karena tak ada, saya pun minta dipanggilkan koordinator parkirnya. Lima menit kemudian datang laki-laki berusia 40- an tahun, membenarkan bahwa tarif parkir untuk bus memang berkisar Rp 70.000-Rp 80.000, tergantung besar kecilnya bus. Bukti pembayaran ia buat di selembar kuitansi kecil.

Sorenya, rombongan ke Pasar Beringharjo. Bus diparkir di area depan Taman Pintar dan kami harus berjalan sekitar 400 meter menuju pasar. Meskipun di papan nama tertulis biaya parkir bus Rp 20.000, anak muda berseragam petugas parkir yang menagih tidak mau menerima uang sejumlah tersebut. Ia minta Rp 70.000. Katanya, "Rp 20.000 itu, kan, di pengumuman, kalau ke kami bayar Rp 70.000."

Perlakuan oknum seperti ini perlu ditindaklanjuti karena jika dibiarkan bisa menular ke pelbagai bidang lain. Kepuasan wisatawan tak hanya bergantung pada obyek yang dikunjungi, kelezatan kuliner, dan aneka budaya lainnya, tetapi juga pelayanan serta informasi yang jelas dan benar.

Semoga Yogyakarta tetap istimewa dan menarik sebagai daerah tujuan wisata.

Heru Purwanto
Kompleks Bina Lindung,
Pondokgede, Bekasi

Kondisi Jalan

Kami ingin menyampaikan keluhan masyarakat yang beraktivitas di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Polusi udara dan hiruk pikuk kian menjadi. Jalan-jalan rusak, berlubang dan bergelombang, karena banyak tambalan. Kemacetan kian meluas, motor dan ojek kian menyemut.

Kami hanya berharap proyek-proyek yang tengah berlangsung di Boulevard Raya, Barat, dan Timur cepat selesai sehingga semua kerusakan jalan bisa diperbaiki. Semoga Kelapa Gading yang sarat aktivitas bisnis segera pulih.

Amir H Rahim SPA
Jalan Kelapa Puan Timur, Kelapa Gading,

Jakarta Utara

Kompas, 11 Agustus 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger