Prita H. Ghozie

 

Bulan Agustus adalah salah satu momen yang baik menurut saya untuk mensyukuri arti kemerdekaan, tak terkecuali dalam hal keuangan. Berdasarkan hasil survei dari PwC di Amerika Serikat tahun 2017, bahkan mengungkapkan bahwa bagi masyarakat lintas generasi, memiliki kemerdekaan finansial itu adalah salah satu poin penting dalam kesejahteraan keluarga. Bagaimana dengan Anda, sudahkah merdeka secara keuangan?

Kemerdekaan finansial adalah kondisi kehidupan sebuah keluarga dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanpa harus bekerja secara aktif. Lebih jauh lagi, berdasarkan survei tersebut juga dinyatakan oleh lintas generasi bahwa mereka merasa sudah mencapai kemerdekaan keuangan apabila tidak lagi merasa stres dengan kondisi keuangan dan jeratan utang, dapat menikmati hidup, dan selalu siaga dalam berbagai kondisi darurat. Bahkan, tidak sedikit dari peserta survei yang menyatakan masih tetap ingin bekerja meski sudah memasuki usia 60 tahun ke atas, tetapi bukan semata-mata karena besaran gajinya.

Setiap orang memiliki potensi untuk dapat meraih kemerdekaan finansial. Hambatan umumnya datang dari pola pengeluaran atau gaya hidup yang dianut oleh seseorang beserta keluarganya. Untuk dapat meraih kemerdekaan finansial, berikut langkah-langkah yang ditempuh.

Pertama, memiliki rencana keuangan. Tanpa rencana keuangan, bahaya terbesar adalah alokasi penghasilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan keluarga. Selain itu, penempatan dana di tabungan, pembelian aset investasi, serta pembelian barang bisa jadi tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan optimal dari seseorang. Untuk memiliki rencana keuangan, seseorang harus dapat memprioritaskan tujuan-tujuan utama, menentukan kapan mau diraih, dan bagaimana meraihnya.

Kedua, menghapus utang konsumtif. Saldo utang kartu kredit, pinjaman koperasi, kredit online dan kredit dana tunai akan menghambat seseorang mencapai kemerdekaan finansial. Agar dapat terlepas dari utang konsumtif, seseorang dan keluarganya harus berkomitmen hidup sesuai dengan pemasukan. Jika ingin lebih, harus berusaha lebih keras atau mencari tambahan penghasilan.

Ketiga, memiliki dana darurat. Setiap orang sebaiknya memiliki dana darurat 3 kali pengeluaran rutin bulanan. Contohnya, jika seseorang memiliki biaya hidup Rp 5 juta per bulan, jumlah dana darurat minimal menjadi Rp 15 juta. Dana darurat ini sebaiknya berbentuk aset likuid dan nilainya tidak turun. Aset yang populer untuk menyimpan dana darurat adalah tabungan, deposito, dan reksa dana pasar uang. Jika saat ini tidak punya dana darurat, disarankan mulai menyisihkan 10 persen dari penghasilan, sedikit demi sedikit hingga hasil ideal tercapai.

Keempat, berinvestasi untuk tujuan keuangan utama. Ada dua pos investasi yang umumnya perlu dipersiapkan setiap keluarga, yaitu rencana dana pendidikan anak dan rencana dana pensiun. Perencanaan dana pensiun sangat vital untuk seseorang yang tidak rela menurunkan gaya hidup di masa depan. Contoh nyata kerap terlihat adalah karyawan yang dahulu sukses tetapi tidak mempersiapkan masa pensiunnya dengan baik akhirnya terpaksa menjual berbagai aset, bahkan rumah tinggalnya, hanya untuk menyambung hidup.

Idealnya, 10 persen dari penghasilan saat ini disisihkan untuk kebutuhan masa depan. Bagi seseorang yang berinvestasi Rp 1 juta setiap bulan ke reksa dana saham dengan asumsi hasil rata-rata 15 persen per tahun, potensi dana pensiunnya akan berkembang menjadi Rp 2 miliar. Seorang karyawan pada umumnya telah menyisihkan 8 persen dari gaji dalam bentuk JHT BPJS Ketenagakerjaan dan produk DPLK. Akan tetapi, jumlah ini tidak cukup! Usahakan menyisihkan penghasilan ke produk investasi yang sesuai untuk dana pensiun. Jika ada bonus atau THR, sebaiknya digunakan untuk menambal kekurangan investasi sebelumnya.

Perencanaan dana pendidikan juga sebaiknya disiapkan orangtua sejak anak masih kecil. Bagaimana tidak, dengan kenaikan biaya pendidikan yang rata-rata bisa melebihi 10 persen per tahun, jangan pertaruhkan masa depan anak dengan gagal mempersiapkannya. Kebutuhan dana pendidikan anak sebaiknya dihitung dengan benar kemudian kebutuhan dana dipenuhi dengan berinvestasi.