Sempat terjadi pertempuran dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) Mesir, yang dikenal NIIS Sinai, sebelum akhirnya polisi Mesir dapat melumpuhkannya meski kehilangan empat anggota polisi tewas dan sembilan orang lainnya luka-luka. Pada pertempuran untuk merebut pos polisi di jalur utama penghubung kota El-Arish dan Kairo hari Sabtu itu, empat anggota NIIS ikut tewas.

Sebelumnya, pada awal Januari lalu, delapan anggota NIIS Sinai juga tewas dalam sebuah pertempuran dengan polisi Mesir di dekat kota El-Arish. Diduga, para militan itu menjadikan rumah di dekat kota Rasiah, yang dikenal sebagai tempat tujuan wisata, sebagai basis utamanya. Amaq, kantor berita yang diduga sebagai afiliasi NIIS, mengatakan, kelompok mereka menargetkan pos pemeriksaan Kilometer 17 di barat El-Arish tanpa menyebutkan berapa banyak anggota yang terlibat.

Pada Juli 2015, kelompok bersenjata Wilayah Sinai gagal menguasai kota Sheikh Zuweid yang terletak antara El-Arish dan Rafah di Sinai utara. Saat itu mereka menyerang secara mendadak dan serempak lima pos pemeriksaan militer Mesir di kota Sheikh Zuweid. Mereka menguasai sebagian besar kota Sheikh Zuweid selama beberapa jam sebelum dipukul mundur oleh serangan balik militer Mesir dengan menggunakan pesawat tempur F-16 dan helikopter tempur Apache.

Sulit bertahan di Suriah dan Irak, sel NIIS di beberapa negara, tak terkecuali di Indonesia, mencoba terus bangkit dengan cara melakukan serangan secara sporadis. Jika militan NIIS berhasil menguasai pos pemeriksaan itu, mereka dapat menggunakannya untuk memutus jalur suplai logistik dari Kairo ke El-Arish hingga kota Rafah (perbatasan Mesir-Jalur Gaza).

Sudah sejak tahun 2013, militer Mesir melancarkan berbagai serangan ke kantong-kantong NIIS di Sinai Utara, dan ternyata masih bertahan sampai saat ini. Bahkan, sejak Februari lalu, pasukan Mesir, didukung polisi, melakukan operasi besar dengan target mereka. Diduga ratusan militan tewas atau tertangkap dalam operasi itu.

Presiden Mesir Abdel-Fatah el-Sisi pernah mengatakan, memerangi militan Islam adalah prioritas untuk memulihkan keamanan di negara berpenduduk sekitar 96 juta orang itu setelah bertahun-tahun penuh gejolak menyusul protes Musim Semi Arab tahun 2011.

Namun, sama seperti upaya yang dilakukan banyak negara, upaya El-Sisi belum sepenuhnya berhasil. NIIS kerap muncul tak terduga untuk menunjukkan eksistensinya. Di Indonesia, sel-sel NIIS terus ditangkapi oleh aparat keamanan sebelum sempat membuat teror.

Kemajuan teknologi informasi sangat menguntungkan NIIS untuk terus merekrut anggota yang terbukti efektif dan aparat keamanan sulit melacaknya. Melihat dari sisi ini, rasanya memang sulit untuk dapat memberantas NIIS sampai tuntas.

Kompas, 28 Agustus 2018